29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:10 AM WIB

Maestro Perupa Bali Made Wianta Meninggal, Ini Jejak Almarhum

TABANAN – Maestro perupa Bali Made Wianta telah meninggal dunia. Meninggalkan beragam karya untuk umat manusia.

Pria kelahiran Tabanan 20 Desember 1949 berpulang setelah menderita sakit bertahun-tahun lamanya.

Made Widanta mengembuskan napas terakhirnya ketika sedang menjalani perawatan medis di RS Bross Denpasar, Jumat (13/11) sekitar pukul 14.49 wita.

 

 

 

Made Wianta lahir pada 20 Desember 1949 di Banjar Apuan, Desa Apuan, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Bali.

Di tahun 1967, Wianta menerima pendidikan seni pertama kalinya ketika mempelajari karawitan. Pada tahun 1967-1969, Made mempelajari seni di Sekolah Seni Rupa Indonesia di Denpasar, Bali.

Made melanjutkan pendidikan seninya pada tahun 1975-1977 di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Selama 1975-1977, Wianta menetap di Brussel Belgia untuk menambah pengalaman di bidang seni.

Karya Wianta telah banyak dipamerkan dalam berbagai pameran, baik pameran bersama maupun pameran tunggal.

Karyanya pertama kali dipamerkan dalam pameran bersama pada tahun 1968 di Museum Bali, di Denpasar.

Di tahun 1976, pertama kali mengadakan pameran tunggal di Cultural Jacques Frank, di Brussel, Belgia.

Selanjutnya karyanya tercatat pernah dipamerkan di Jepang, Singapura, Bangladesh, Filipina, Malaysia, Thailand, Amerika, Italia, Guam, dan Uni Emirat Arab.

Made Wianta sendiri telah mengikuti berbagai pameran internasional seperti di New York, Paris, dan Tokyo. Namun, yang paling terkenal adalah keikutsertaannya dalam Bienalle di Venesia tahun 2004 silam.

Made Wianta adalah seniman yang dikenal suka membaca, khususnya dalam bidang filsafat yang menuntunnya pada falsafah Buddhisme dan Nihilisme ala Nietzsche.

Selain karena bidang bacaannya, darah seniman dalam diri Made Wianta juga tercermin dari tradisi agraris di tanah kelahirannya, Bali.

Suami dari Intan Wianta ini telah menerima berbagai penghargaan. Di antaranya adalah “Honorary Professor” dari Academico Internationale Greci-Marino di Italia (1996);

“The Most Admired Man of Decade” dari American Biographical Institute di Amerika (1997); “Dharma Kusuma” dari Pemerintah Propinsi Bali (1998);

“The Longest Handwritten Poem Writer” dari MURI (2000); “Ajeg Bali Figure Award” dari HIPMI (2003); Penghargaan dari Junior Chamber International (2007);  dan “Echosscape Wianta Galaxy” di Jepang (2008).

TABANAN – Maestro perupa Bali Made Wianta telah meninggal dunia. Meninggalkan beragam karya untuk umat manusia.

Pria kelahiran Tabanan 20 Desember 1949 berpulang setelah menderita sakit bertahun-tahun lamanya.

Made Widanta mengembuskan napas terakhirnya ketika sedang menjalani perawatan medis di RS Bross Denpasar, Jumat (13/11) sekitar pukul 14.49 wita.

 

 

 

Made Wianta lahir pada 20 Desember 1949 di Banjar Apuan, Desa Apuan, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Bali.

Di tahun 1967, Wianta menerima pendidikan seni pertama kalinya ketika mempelajari karawitan. Pada tahun 1967-1969, Made mempelajari seni di Sekolah Seni Rupa Indonesia di Denpasar, Bali.

Made melanjutkan pendidikan seninya pada tahun 1975-1977 di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Selama 1975-1977, Wianta menetap di Brussel Belgia untuk menambah pengalaman di bidang seni.

Karya Wianta telah banyak dipamerkan dalam berbagai pameran, baik pameran bersama maupun pameran tunggal.

Karyanya pertama kali dipamerkan dalam pameran bersama pada tahun 1968 di Museum Bali, di Denpasar.

Di tahun 1976, pertama kali mengadakan pameran tunggal di Cultural Jacques Frank, di Brussel, Belgia.

Selanjutnya karyanya tercatat pernah dipamerkan di Jepang, Singapura, Bangladesh, Filipina, Malaysia, Thailand, Amerika, Italia, Guam, dan Uni Emirat Arab.

Made Wianta sendiri telah mengikuti berbagai pameran internasional seperti di New York, Paris, dan Tokyo. Namun, yang paling terkenal adalah keikutsertaannya dalam Bienalle di Venesia tahun 2004 silam.

Made Wianta adalah seniman yang dikenal suka membaca, khususnya dalam bidang filsafat yang menuntunnya pada falsafah Buddhisme dan Nihilisme ala Nietzsche.

Selain karena bidang bacaannya, darah seniman dalam diri Made Wianta juga tercermin dari tradisi agraris di tanah kelahirannya, Bali.

Suami dari Intan Wianta ini telah menerima berbagai penghargaan. Di antaranya adalah “Honorary Professor” dari Academico Internationale Greci-Marino di Italia (1996);

“The Most Admired Man of Decade” dari American Biographical Institute di Amerika (1997); “Dharma Kusuma” dari Pemerintah Propinsi Bali (1998);

“The Longest Handwritten Poem Writer” dari MURI (2000); “Ajeg Bali Figure Award” dari HIPMI (2003); Penghargaan dari Junior Chamber International (2007);  dan “Echosscape Wianta Galaxy” di Jepang (2008).

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/