27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 7:12 AM WIB

Kemarau Panjang: Petani Tak Bisa Menanam, Jual Sapi Karena Sulit Pakan

SEMARAPURA – Harapan petani Subak Moncong Berbunga, Desa Batumadeg, Kecamatan Nusa Penida bisa bercocok tanam di bulan November ini tidak kunjung terkabul.

Hujan yang turun hanya sehari di bulan November ini membuat lahan petani Subak Moncong Berbunga kering dan tidak bisa ditanami tanaman tumpang sari.

Tidak sampai di sana, para petani juga terpaksa menjual sapi peliharaannya karena kesulitan mencari pakan.

Kelihan Subak Moncong Berbunga, Desa Batumadeg, Nyoman Suryawan, mengatakan, hujan biasanya sudah turun sejak bulan Oktober.

Namun di bulan November ini, lahan para petani Subak Moncong Berbunga hanya sempat diguyur hujan sehari. Kondisi itu membuat para petani tidak bisa menggarap lahannya.

Padahal, petani di wilayah itu hanya punya waktu untuk bercocok tanam hingga Januari. Sebab setelah Januari, di wilayah itu tidak turun hujan hingga bulan September.

“Sebelumnya kami sangat berharap bulan November turun hujan sehingga kami bisa bercocok tanam menaman tanaman tumpang sari.

Tapi, ternyata hujannya cuma sehari dan tidak turun-turun lagi. Jadi, kami tidak bisa menggarap lahan kami. Perubahan cuaca tahun ini sangat signifikan sekali,” katanya.

Akibatnya, para petani itu hanya bisa mengandalkan upah dari bekerja sebagai buruh bangunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sebab biasanya mereka juga memanfaatkan hasil pertaniannya seperti ketela, jagung, dan kacang untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga setiap hari.

“Kalau ada jagung, dan ketela, tentunya itu yang kami makan setiap hari. Dengan situasi seperti ini, ya harus beli beras untuk makan sehari-hari,” ungkapnya.

Tidak sampai di sana, para petani di subak itu juga kesulitan mencari pakan untuk ternak sapinya akibat musim kemarau panjang tersebut.

Sehingga sejumlah petani akhirnya memutuskan menjual sapinya. “Cubang dan embung sudah kosong.

Warga kami hanya bisa mengandalkan air PDAM yang hidup dua kali dalam seminggu untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk minum sapi,” bebernya.

Pihaknya berharap hujan bisa segera turun di Nusa Penida sehingga para petani bisa menggarap lahannya. “Kami juga tidak kesulitan lagi mencari pakan untuk sapi,” tandasnya. 

SEMARAPURA – Harapan petani Subak Moncong Berbunga, Desa Batumadeg, Kecamatan Nusa Penida bisa bercocok tanam di bulan November ini tidak kunjung terkabul.

Hujan yang turun hanya sehari di bulan November ini membuat lahan petani Subak Moncong Berbunga kering dan tidak bisa ditanami tanaman tumpang sari.

Tidak sampai di sana, para petani juga terpaksa menjual sapi peliharaannya karena kesulitan mencari pakan.

Kelihan Subak Moncong Berbunga, Desa Batumadeg, Nyoman Suryawan, mengatakan, hujan biasanya sudah turun sejak bulan Oktober.

Namun di bulan November ini, lahan para petani Subak Moncong Berbunga hanya sempat diguyur hujan sehari. Kondisi itu membuat para petani tidak bisa menggarap lahannya.

Padahal, petani di wilayah itu hanya punya waktu untuk bercocok tanam hingga Januari. Sebab setelah Januari, di wilayah itu tidak turun hujan hingga bulan September.

“Sebelumnya kami sangat berharap bulan November turun hujan sehingga kami bisa bercocok tanam menaman tanaman tumpang sari.

Tapi, ternyata hujannya cuma sehari dan tidak turun-turun lagi. Jadi, kami tidak bisa menggarap lahan kami. Perubahan cuaca tahun ini sangat signifikan sekali,” katanya.

Akibatnya, para petani itu hanya bisa mengandalkan upah dari bekerja sebagai buruh bangunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sebab biasanya mereka juga memanfaatkan hasil pertaniannya seperti ketela, jagung, dan kacang untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga setiap hari.

“Kalau ada jagung, dan ketela, tentunya itu yang kami makan setiap hari. Dengan situasi seperti ini, ya harus beli beras untuk makan sehari-hari,” ungkapnya.

Tidak sampai di sana, para petani di subak itu juga kesulitan mencari pakan untuk ternak sapinya akibat musim kemarau panjang tersebut.

Sehingga sejumlah petani akhirnya memutuskan menjual sapinya. “Cubang dan embung sudah kosong.

Warga kami hanya bisa mengandalkan air PDAM yang hidup dua kali dalam seminggu untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk minum sapi,” bebernya.

Pihaknya berharap hujan bisa segera turun di Nusa Penida sehingga para petani bisa menggarap lahannya. “Kami juga tidak kesulitan lagi mencari pakan untuk sapi,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/