33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:43 PM WIB

Cuaca Buruk, Ikan Menghilang, Nelayan Kelimpungan

RadarBali.com – Nasib nelayan di Jembrana hingga kini masih belum membaik. Mereka masih tetap kesulitan ekonomi karena hasil tangkapan ikan yang didapat tidak menentu.

Setelah mengalami paceklik panjang, nelayan di Jembrana, khususnya di Pengembengan sempat senang karena ikan mulai ada.

Mereka mulai mendapat tangkapan yang lumayan setelah musim ikan mulai terjadi sekitar empat bulan lalu. Namun belakangan ini ikan lemuru dan tongkol yang menjai buruan mereka mulai menghilang.

“Dengan kondisi hasil tangkap seperti saat ini, pemilik perahu serta anak buahnya berhitung betul sebelum melaut, karena kalau tidak mendapat ikan mereka rugi biaya operasional.

Sekali melaut membutuhkan biaya operasional seperti bahan bakar jutaan rupiah. Kalau tidak dapat ikan kami jelas rugi,” ujar Akim, anak buah perahu selerek, yang terpaksa sering libur, Rabu (15/11).

Samsuri, Madek Rahman dan beberapa nelayan lainnya juga mengaku, mereka sering libur karena tidak yakin saat melaut mendapatkan ikan.

Karena lebih banyak disebabkan faktor alam, para nelayan ini mengaku tidak bisa berbuat apa-apa, hanya berusaha mencari pekerjaan di darat untuk menyambung ekonomi keluarga mereka.

Untuk menopang ekonomi keluarganya, banyak nelayan bekerja serabutan seperti menjadi buruh bangunan. 

“Jika saat hasil tangkap melimpah, dalam satu kali gelap bulan atau sekitar 20 hari melaut, bisa mendapatkan minimal Rp3 juta rupiah.

Hasil itu bersih, karena pemilik perahu biasanya juga memberikan bantuan untuk hidup kami sehari-hari. Namun sekarang sangat sulit bisa mendapat hasil seperti itu,” ungkap Madek Rahman.

Menurutnya, antara pemilik dan anak buah perahu, masing-masing memiliki sistem pembagian hasil tangkap. Ada yang dibagi setiap bulan ada yang penjualannya langsung dibagi setiap hari.

Namun, dengan hasil tangkap sedikit saat ini,maka rata-rata anak buah minta penjualan hasil tangkap dibagi setiap hari, karena mereka harus mencukupi kebutuhan rumah tangganya.

“Kalau ikannya banyak tidak apa-apa dibagi setiap bulan, tapi kalau sedikit lebih baik dibagi, karena kami juga perlu nafkah untuk keluarga,” ungkapnya.

H. Sulaimik, salah seorang pengurus perahu mengatakan, harapan nelayan cukup besar saat ikan mulai ada di laut sekitar empat bulan lalu, namun saat ini ikan jenis tongkol dan lemuru yang menjadi sasaran tangkap nelayan kembali menghilang.

“Setelah hampir dua tahun paceklik, ikan sempat ada. Namun  sekarang hasil tangkap sepi lagi,”ujarnya.

Menurutnya, banyak kendala yang harus dihadapi nelayan di Jembrana, tidak hanya ikan yang menghilang dari perairan Selat Bali, tapi juga cuaca yang bisa tiba-tiba berubah buruk.

Kadang saat berangkat cuaca bagus, namun sampai ditengah laut mendadak badai datang. “Kalau sudah seperti itu, meski ada ikan, nelayan tidak berani menebar jaring karena takut terseret ombak dan angin kencang,” ungkapnya.

Selain nelayan, dampak paceklik ikan juga dirasakan warga lain yang mencari nafkah di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan. Seperti panol atau buruh angkut ikan dan juga pembeli ikan

RadarBali.com – Nasib nelayan di Jembrana hingga kini masih belum membaik. Mereka masih tetap kesulitan ekonomi karena hasil tangkapan ikan yang didapat tidak menentu.

Setelah mengalami paceklik panjang, nelayan di Jembrana, khususnya di Pengembengan sempat senang karena ikan mulai ada.

Mereka mulai mendapat tangkapan yang lumayan setelah musim ikan mulai terjadi sekitar empat bulan lalu. Namun belakangan ini ikan lemuru dan tongkol yang menjai buruan mereka mulai menghilang.

“Dengan kondisi hasil tangkap seperti saat ini, pemilik perahu serta anak buahnya berhitung betul sebelum melaut, karena kalau tidak mendapat ikan mereka rugi biaya operasional.

Sekali melaut membutuhkan biaya operasional seperti bahan bakar jutaan rupiah. Kalau tidak dapat ikan kami jelas rugi,” ujar Akim, anak buah perahu selerek, yang terpaksa sering libur, Rabu (15/11).

Samsuri, Madek Rahman dan beberapa nelayan lainnya juga mengaku, mereka sering libur karena tidak yakin saat melaut mendapatkan ikan.

Karena lebih banyak disebabkan faktor alam, para nelayan ini mengaku tidak bisa berbuat apa-apa, hanya berusaha mencari pekerjaan di darat untuk menyambung ekonomi keluarga mereka.

Untuk menopang ekonomi keluarganya, banyak nelayan bekerja serabutan seperti menjadi buruh bangunan. 

“Jika saat hasil tangkap melimpah, dalam satu kali gelap bulan atau sekitar 20 hari melaut, bisa mendapatkan minimal Rp3 juta rupiah.

Hasil itu bersih, karena pemilik perahu biasanya juga memberikan bantuan untuk hidup kami sehari-hari. Namun sekarang sangat sulit bisa mendapat hasil seperti itu,” ungkap Madek Rahman.

Menurutnya, antara pemilik dan anak buah perahu, masing-masing memiliki sistem pembagian hasil tangkap. Ada yang dibagi setiap bulan ada yang penjualannya langsung dibagi setiap hari.

Namun, dengan hasil tangkap sedikit saat ini,maka rata-rata anak buah minta penjualan hasil tangkap dibagi setiap hari, karena mereka harus mencukupi kebutuhan rumah tangganya.

“Kalau ikannya banyak tidak apa-apa dibagi setiap bulan, tapi kalau sedikit lebih baik dibagi, karena kami juga perlu nafkah untuk keluarga,” ungkapnya.

H. Sulaimik, salah seorang pengurus perahu mengatakan, harapan nelayan cukup besar saat ikan mulai ada di laut sekitar empat bulan lalu, namun saat ini ikan jenis tongkol dan lemuru yang menjadi sasaran tangkap nelayan kembali menghilang.

“Setelah hampir dua tahun paceklik, ikan sempat ada. Namun  sekarang hasil tangkap sepi lagi,”ujarnya.

Menurutnya, banyak kendala yang harus dihadapi nelayan di Jembrana, tidak hanya ikan yang menghilang dari perairan Selat Bali, tapi juga cuaca yang bisa tiba-tiba berubah buruk.

Kadang saat berangkat cuaca bagus, namun sampai ditengah laut mendadak badai datang. “Kalau sudah seperti itu, meski ada ikan, nelayan tidak berani menebar jaring karena takut terseret ombak dan angin kencang,” ungkapnya.

Selain nelayan, dampak paceklik ikan juga dirasakan warga lain yang mencari nafkah di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan. Seperti panol atau buruh angkut ikan dan juga pembeli ikan

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/