SINGARAJA – Hari Raya Pagerwesi di Kabupaten Buleleng berlangsung dengan meriah.
Suasananya mirip dengan kemeriahan hari raya Galungan, di Bali Selatan.
Selain melakukan persembahyangan di pura, warga juga menghaturkan sesaji di pusara keluarga yang telah meninggal.
Seperti yang terlihat di Setra Desa Pakraman Buleleng. warga berbondong-bondong mendatangi Pura Dalem Desa Pakraman Buleleng guna melakukan persembahyangan bersama.
Setelah bersembahyang di pura dalem, mereka menuju setra dan mendatangi pusara keluarga yang belum melalui prosesi ngaben.
Kelian Desa Pakraman Buleleng, Jro Nyoman Sutrisna mengatakan, saat ini tradisi menghaturkan banten punjung di pusara pada hari raya Pagerwesi mulai terkikis. Dari 14 banjar adat pakraman yang ada di Desa Pakraman Buleleng, hanya tiga banjar adat yang rutin menjalankan.
Menurutnya tradisi makin terkikis karena ada sebuah proses percepatan dalam upacara pitra yadnya, yakni upacara mekingsan ring geni. Apabila sudah melalui upacara tersebut, otomatis krama tak lagi menghaturkan banten punjung di pusara keluarga.
“Kami berharap bisa tetap lestari. Tapi ini kembali lagi pada krama. Kami akan sampaikan dan beri pengertian pada krama, supaya tradisi ini bisa tetap lestari. Jangan sampai punah,” kata Sutrisna.
Selain di Setra Desa Pakraman Buleleng, suasana di Taman Makam Pahlawan Curastana juga terlihat ramai.
Banyak warga yang berziarah ke makam para pahlawan. Di taman makan, warga menghaturkan banten penek.
Sebab pahlawan yang dimakamkan di sana, telah melalui prosesi ngaben.