26.7 C
Jakarta
27 April 2024, 7:58 AM WIB

Pohon Keramat Tumbang, Jro Mangku Togoh Lihat Ada Tanda-tanda Aneh

SEMARAPURA – Pohon kepuh (Sterculia Foetida) berusia ratusan tahun yang tumbuh di utama mandala Pura Sakti Togoh, Desa Bungbungan, Kecamatan Banjarangkan tumbang, kemarin.

Akibatnya, sebuah pelinggih Taru Kepah, tembok penyengker dan dapur di pura tersebut mengalami kerusakan.

Sebelum peristiwa itu terjadi, pemangku pura tersebut telah mendapat tanda-tanda.

Pemangku Pura Sakti Togoh, Jro Mangku Gede Togoh saat ditemui disela-sela penangan pohon tumbang, mengungkapkan, peristiwa tumbangnya pohon kepuh berusia ratusan tahun itu terjadi sekitar pukul 12.00.

Pada saat itu, pura yang diempon 600 kepala keluarga (KK) tersebut dalam kondisi sepi. Dia pada saat kejadian sedang berada di rumah.

“Tapi saat tumbang, itu terasa seperti gempa sampai ke rumah saya. Rumah saya jaraknya sekitar 100 meter dari pura. Jadi banyak masyarakat yang akhirnya berdatangan ke pura karena gemuruh dan getaran itu,” terangnya.

Pohon setinggi 60 meter dengan diameter empat meter yang tumbang itu menyebabkan pelinggih Taru Kepah, dan tembok penyengker pura sekitar 5 meter hancur akibat tertimpa.

Begitu juga dengan dapur pura mengalami retak akibat tertimpa ranting pohon yang tumbang tersebut.

“Sementara bale Piasan Agung yang berada di sisi selatan pohon retak akibat akar pohon yang tumbang itu sudah menjalar hingga ke bawah bangunan,” katanya.

Sebelum peristiwa itu terjadi, dia mengaku mendapatkan sejumlah tanda-tanda. Senin (14/10), dia mengaku melihat pelinggih Taru Kepah yang terbuat dari beton bergerak dan kemudian hancur.

Kemudian Selasa (15/10), pihaknya melihat ada cahaya kemerahan di tengah-tengah pohon. Namun pihaknya mengaku tidak mengetahui apa arti dari tanda-tanda itu sehingga tidak ditanggapinya secara serius.

“Cukup lama terlihat cahaya dan langsung masuk ke dalam pohon. Saya lihat itu sekitar pukul 23.00. Saya memang sering diam di pura.

Kayu pohon ini juga pernah ditunas (diminta, Red) untuk membuat pralingga dan membuat tapakan,” ujarnya.

Lebih lanjut diungkapkannya, meski sejumlah bangunan pura mengalami kerusakan namun Puja Wali pura tersebut yang jatuh Rabu (23/10) depan akan tetap digelar.

Karena tidak mungkin melakukan perbaikan dalam waktu dekat, kemungkinan perbaikan akan dilakukan setelah Puja Wali.

“Untuk saat ini kami hanya melakukan pembersihan material bangunan yang rusak dan pohon yang tumbang. Nanti upacara lainnya langsung digelar saat Puja Wali,” terangnya. 

SEMARAPURA – Pohon kepuh (Sterculia Foetida) berusia ratusan tahun yang tumbuh di utama mandala Pura Sakti Togoh, Desa Bungbungan, Kecamatan Banjarangkan tumbang, kemarin.

Akibatnya, sebuah pelinggih Taru Kepah, tembok penyengker dan dapur di pura tersebut mengalami kerusakan.

Sebelum peristiwa itu terjadi, pemangku pura tersebut telah mendapat tanda-tanda.

Pemangku Pura Sakti Togoh, Jro Mangku Gede Togoh saat ditemui disela-sela penangan pohon tumbang, mengungkapkan, peristiwa tumbangnya pohon kepuh berusia ratusan tahun itu terjadi sekitar pukul 12.00.

Pada saat itu, pura yang diempon 600 kepala keluarga (KK) tersebut dalam kondisi sepi. Dia pada saat kejadian sedang berada di rumah.

“Tapi saat tumbang, itu terasa seperti gempa sampai ke rumah saya. Rumah saya jaraknya sekitar 100 meter dari pura. Jadi banyak masyarakat yang akhirnya berdatangan ke pura karena gemuruh dan getaran itu,” terangnya.

Pohon setinggi 60 meter dengan diameter empat meter yang tumbang itu menyebabkan pelinggih Taru Kepah, dan tembok penyengker pura sekitar 5 meter hancur akibat tertimpa.

Begitu juga dengan dapur pura mengalami retak akibat tertimpa ranting pohon yang tumbang tersebut.

“Sementara bale Piasan Agung yang berada di sisi selatan pohon retak akibat akar pohon yang tumbang itu sudah menjalar hingga ke bawah bangunan,” katanya.

Sebelum peristiwa itu terjadi, dia mengaku mendapatkan sejumlah tanda-tanda. Senin (14/10), dia mengaku melihat pelinggih Taru Kepah yang terbuat dari beton bergerak dan kemudian hancur.

Kemudian Selasa (15/10), pihaknya melihat ada cahaya kemerahan di tengah-tengah pohon. Namun pihaknya mengaku tidak mengetahui apa arti dari tanda-tanda itu sehingga tidak ditanggapinya secara serius.

“Cukup lama terlihat cahaya dan langsung masuk ke dalam pohon. Saya lihat itu sekitar pukul 23.00. Saya memang sering diam di pura.

Kayu pohon ini juga pernah ditunas (diminta, Red) untuk membuat pralingga dan membuat tapakan,” ujarnya.

Lebih lanjut diungkapkannya, meski sejumlah bangunan pura mengalami kerusakan namun Puja Wali pura tersebut yang jatuh Rabu (23/10) depan akan tetap digelar.

Karena tidak mungkin melakukan perbaikan dalam waktu dekat, kemungkinan perbaikan akan dilakukan setelah Puja Wali.

“Untuk saat ini kami hanya melakukan pembersihan material bangunan yang rusak dan pohon yang tumbang. Nanti upacara lainnya langsung digelar saat Puja Wali,” terangnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/