28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 3:52 AM WIB

Keren…Pelajar Smansa Singaraja Temukan Alat Pendeteksi Rabies

RadarBali.com – Siswa SMAN 1 Singaraja kembali menorehkan prestasi. Kali ini tim karya ilmiah Smansa Singaraja, masuk nominasi Lomba Ilmu Pengetahuan Hayati Tingkat Nasional yang diselenggarakan LIPI pada 22 Oktober mendatang di Jakarta.

Mereka mengajukan karya ilmiah berjudul “Biosensor yang Berbasiskan Antibodi dan Antigen yang Meggunakan Darah Anjing Kintamani Bali Sebagai Pendeteksi Virus Rabies”.

Karya itu berhasil membawa mereka masuk posisi 16 besar nasional, sebelum dipresentasikan pekan depan.

Karya ilmiah itu dibuat oleh Gede Parama Artha Dharma dan Made Sabda Dharma Primadika. Karya dibuat karena keprihatinan kedua siswa itu, pada maraknya kasus gigitan anjing di Buleleng.

Apalagi belum lama ini ada seorang warga Desa Bebetin yang tewas karena diduga terjangkit rabies.

Dalam karya ilmiah, mereka merancang sebuah alat yang bisa mendeteksi apakah anjing yang menggigit positif rabies atau tidak.

“Ini semacam deteksi dini rabies pada anjing. Selama ini orang kan setiap digigit anjing buru-buru minta disuntik vaksin anti rabies. biar tidak mubazir, dicek dulu apakah positif rabies atau tidak,” kata Gede Parama Artha.

Cara kerjanya pun cukup sederhana. Cukup menguji air liur anjing pada alat pendeteksi. Nantinya air liur akan diberi tetesan serum dan diberi aliran listrik.

Apabila listrik mengalir lancar, maka anjing dinyatakan negatif rabies. sebaliknya, jika terjadi hambatan rabies, anjing diduga terjangkit rabies.

“Kalau hewan rabies, arus hambatan listriknya akan meningkat. Tapi kalau tidak (rabies), hambatan arus listriknya tetap, tidak mengalami perubahan,” imbuh Prama.

Keduanya pun harap-harap cemas dengan karya ilmiah. Pasalnya mereka masih harus melakukan presentasi, sebelum pengumuman juara. “Setelah presentasi baru diumumkan juaranya,” jelasnya.

Sementara itu guru pembina KIR Smansa Singaraja, Made Sudana menjelaskan jika anak asuhnya mengangkat masalah rabies karena memang tengah menjadi persoalan di masyarakat.

Sudana menyebut, jika ide tersebut memang murni dari anak asuhnya saat melihat fenomena yang terjadi di masyarakat.

“Ini kan penerapan fisika dalam dunia kesehatan. Apalagi dengan memanfaatkan indikator arus listrik.

Virus itu dianggap mampu membuat hambatan, karena mengalirkan arus dengan hambatan tertentu. Itu kan memang prinsip fisika dasar.

Jika mereka bisa menjuarai nanti berarti bisa mewakili Indonesia di ajang Internasional dalam penulisan Karya Imiah Remaja,” jelas Sudana.

Selain lolos 16 besar di ajang nasional, di tingkat lokal Smansa Singaraja juga memboyong piala di ajang Gema Informatika Bidang Pemrograman Pascal 2017.

Lomba ini diselenggarakan oleh Manajemen Informatika, Undiksha Singaraja. Wakil Smansa sukses meraih Juara I, II, III dan Harapan II.

Juara I diraih oleh Ida Ayu Krisna Cantika Dewi, Juara II diraih Rio Alexander Audino, Juara III ditorehkan Abhi Satria Wisesa dan Juara Harapan II diraih oleh Kadek Surya Mahardika.

RadarBali.com – Siswa SMAN 1 Singaraja kembali menorehkan prestasi. Kali ini tim karya ilmiah Smansa Singaraja, masuk nominasi Lomba Ilmu Pengetahuan Hayati Tingkat Nasional yang diselenggarakan LIPI pada 22 Oktober mendatang di Jakarta.

Mereka mengajukan karya ilmiah berjudul “Biosensor yang Berbasiskan Antibodi dan Antigen yang Meggunakan Darah Anjing Kintamani Bali Sebagai Pendeteksi Virus Rabies”.

Karya itu berhasil membawa mereka masuk posisi 16 besar nasional, sebelum dipresentasikan pekan depan.

Karya ilmiah itu dibuat oleh Gede Parama Artha Dharma dan Made Sabda Dharma Primadika. Karya dibuat karena keprihatinan kedua siswa itu, pada maraknya kasus gigitan anjing di Buleleng.

Apalagi belum lama ini ada seorang warga Desa Bebetin yang tewas karena diduga terjangkit rabies.

Dalam karya ilmiah, mereka merancang sebuah alat yang bisa mendeteksi apakah anjing yang menggigit positif rabies atau tidak.

“Ini semacam deteksi dini rabies pada anjing. Selama ini orang kan setiap digigit anjing buru-buru minta disuntik vaksin anti rabies. biar tidak mubazir, dicek dulu apakah positif rabies atau tidak,” kata Gede Parama Artha.

Cara kerjanya pun cukup sederhana. Cukup menguji air liur anjing pada alat pendeteksi. Nantinya air liur akan diberi tetesan serum dan diberi aliran listrik.

Apabila listrik mengalir lancar, maka anjing dinyatakan negatif rabies. sebaliknya, jika terjadi hambatan rabies, anjing diduga terjangkit rabies.

“Kalau hewan rabies, arus hambatan listriknya akan meningkat. Tapi kalau tidak (rabies), hambatan arus listriknya tetap, tidak mengalami perubahan,” imbuh Prama.

Keduanya pun harap-harap cemas dengan karya ilmiah. Pasalnya mereka masih harus melakukan presentasi, sebelum pengumuman juara. “Setelah presentasi baru diumumkan juaranya,” jelasnya.

Sementara itu guru pembina KIR Smansa Singaraja, Made Sudana menjelaskan jika anak asuhnya mengangkat masalah rabies karena memang tengah menjadi persoalan di masyarakat.

Sudana menyebut, jika ide tersebut memang murni dari anak asuhnya saat melihat fenomena yang terjadi di masyarakat.

“Ini kan penerapan fisika dalam dunia kesehatan. Apalagi dengan memanfaatkan indikator arus listrik.

Virus itu dianggap mampu membuat hambatan, karena mengalirkan arus dengan hambatan tertentu. Itu kan memang prinsip fisika dasar.

Jika mereka bisa menjuarai nanti berarti bisa mewakili Indonesia di ajang Internasional dalam penulisan Karya Imiah Remaja,” jelas Sudana.

Selain lolos 16 besar di ajang nasional, di tingkat lokal Smansa Singaraja juga memboyong piala di ajang Gema Informatika Bidang Pemrograman Pascal 2017.

Lomba ini diselenggarakan oleh Manajemen Informatika, Undiksha Singaraja. Wakil Smansa sukses meraih Juara I, II, III dan Harapan II.

Juara I diraih oleh Ida Ayu Krisna Cantika Dewi, Juara II diraih Rio Alexander Audino, Juara III ditorehkan Abhi Satria Wisesa dan Juara Harapan II diraih oleh Kadek Surya Mahardika.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/