30.1 C
Jakarta
27 April 2024, 16:42 PM WIB

Anjani: Hasil Kawin Sedarah, Penyakit Kulit, dan Keinginan Sekolah

SEMARAPURA – Perkawinan sedarah sangat tidak dianjurkan. Selain tidak sesuai tuntunan agama dan sosial masyarakat, ada potensi anak keturunan mereka mengidap penyakit keturunan alias genetik.

Seperti tuli dan penyakit kulit. Seperti yang dialami Ni Komang Anjani, 6, anak ketiga pasangan I Nengah Suteja, 50, dan Ni Nyoman Tika, 49, asal Lingkungan Besang Kangin, Semarapura Kaja, Klungkung.

Lahir melalui operasi sesar di rumah sakit swasta di Klungkung 17 Mei 2013 silam, Anjani mengalami gangguan genetik yang menyebabkan kulitnya sangat sensitif.

Anjani memiliki kulit yang tipis, mudah menempel dan mengelupas. Anaknya kemudian dibawa ke RSUP Sanglah untuk menjalani perawatan. Tapi, saying tidak banyak hasil.

Justru anaknya makin kurus dan terpaksa pulang paksa. Selain menjalani perawatan medis, dia juga sudah mendatang sejumlah para normal.

“Tetapi tidak ada perubahan. Beberapa spesialis kulit saya datangi, tidak ada perubahan,” kata I Nengah Suteja.

Karena berbagai upaya yang telah dilakukannya itu tidak ada yang berhasil, kulit anak bungsunya itu hingga saat ini masih tipis, mudah melekat dan mengelupas hingga membuat luka-luka menanah.

Karena kelainan genetik yang dialami, Anjani menjadi malu kalau ada orang datang ke rumah.

“Kelainan genetik sejak lahir itu kata dokter karena pernikahan sedarah. Ayah suami saya dan ibu saya adalah saudara kandung. Tetapi anak saya yang lain normal,” terang ibu Anjani, Ni Nyoman Tika.

Akibat kondisi itu, dia tidak bisa mengabulkan keinginan anaknya yang ingin bersekolah seperti anak-anak seusainya.

Padahal peralatan sekolah, lengkap dengan seragam sudah dipersiapkannya. “Kalau dibiarkan sekolah, saya khawatir anak saya terkena gesekan teman-temannya atau terjatuh.

Karena kalau sedikit saja terkena gesekan atau terjatuh, kulit anak saya langsung mengelupas dan luka. Itu cukup lama sembuhnya. Jadi hanya belajar di rumah saja,” bebernya.

Tidak hanya itu, karena kulit Anjani mudah melekat, dia selalu menggunting baju yang digunakan anaknya tersebut karena menempel pada kulit.

Pasalnya jika dipaksa dilepas, kulit anaknya akan mengelupas dan menimbulkan luka. “Jari tangan dan kaki anak saya juga melekat. Saat lahir, jari-jari anak saya normal tidak melekat,” ujarnya.

Karena kondisi kulit anaknya itu, menurutnya Anjani juga kerap menahan buang air besar (BAB). Jika BAB, Anjani akan merasakan rasa sakit yang luar biasa pada duburnya hingga menangis sejadi-jadinya.

Itu sebabnya Anjani BAB satu minggu sekali. “Selain itu, kalau mandi juga anak saya merasa perih. Jadi kalau mandi pasti menangis. Jika tidak dimandikan, anak saya akan gatal-gatal dan berbau sangat amis,” ungkapnya.

Atas apa yang dilamai anaknya itu, pihaknya berharap ada obat yang bisa menyembuhkan anaknya itu.

“Untuk kesembuhan anak, saya akan berusaha sekuat tenaga. Saya berharap ada obat yang bisa menyembuhkan anak saya,” tandasnya.

SEMARAPURA – Perkawinan sedarah sangat tidak dianjurkan. Selain tidak sesuai tuntunan agama dan sosial masyarakat, ada potensi anak keturunan mereka mengidap penyakit keturunan alias genetik.

Seperti tuli dan penyakit kulit. Seperti yang dialami Ni Komang Anjani, 6, anak ketiga pasangan I Nengah Suteja, 50, dan Ni Nyoman Tika, 49, asal Lingkungan Besang Kangin, Semarapura Kaja, Klungkung.

Lahir melalui operasi sesar di rumah sakit swasta di Klungkung 17 Mei 2013 silam, Anjani mengalami gangguan genetik yang menyebabkan kulitnya sangat sensitif.

Anjani memiliki kulit yang tipis, mudah menempel dan mengelupas. Anaknya kemudian dibawa ke RSUP Sanglah untuk menjalani perawatan. Tapi, saying tidak banyak hasil.

Justru anaknya makin kurus dan terpaksa pulang paksa. Selain menjalani perawatan medis, dia juga sudah mendatang sejumlah para normal.

“Tetapi tidak ada perubahan. Beberapa spesialis kulit saya datangi, tidak ada perubahan,” kata I Nengah Suteja.

Karena berbagai upaya yang telah dilakukannya itu tidak ada yang berhasil, kulit anak bungsunya itu hingga saat ini masih tipis, mudah melekat dan mengelupas hingga membuat luka-luka menanah.

Karena kelainan genetik yang dialami, Anjani menjadi malu kalau ada orang datang ke rumah.

“Kelainan genetik sejak lahir itu kata dokter karena pernikahan sedarah. Ayah suami saya dan ibu saya adalah saudara kandung. Tetapi anak saya yang lain normal,” terang ibu Anjani, Ni Nyoman Tika.

Akibat kondisi itu, dia tidak bisa mengabulkan keinginan anaknya yang ingin bersekolah seperti anak-anak seusainya.

Padahal peralatan sekolah, lengkap dengan seragam sudah dipersiapkannya. “Kalau dibiarkan sekolah, saya khawatir anak saya terkena gesekan teman-temannya atau terjatuh.

Karena kalau sedikit saja terkena gesekan atau terjatuh, kulit anak saya langsung mengelupas dan luka. Itu cukup lama sembuhnya. Jadi hanya belajar di rumah saja,” bebernya.

Tidak hanya itu, karena kulit Anjani mudah melekat, dia selalu menggunting baju yang digunakan anaknya tersebut karena menempel pada kulit.

Pasalnya jika dipaksa dilepas, kulit anaknya akan mengelupas dan menimbulkan luka. “Jari tangan dan kaki anak saya juga melekat. Saat lahir, jari-jari anak saya normal tidak melekat,” ujarnya.

Karena kondisi kulit anaknya itu, menurutnya Anjani juga kerap menahan buang air besar (BAB). Jika BAB, Anjani akan merasakan rasa sakit yang luar biasa pada duburnya hingga menangis sejadi-jadinya.

Itu sebabnya Anjani BAB satu minggu sekali. “Selain itu, kalau mandi juga anak saya merasa perih. Jadi kalau mandi pasti menangis. Jika tidak dimandikan, anak saya akan gatal-gatal dan berbau sangat amis,” ungkapnya.

Atas apa yang dilamai anaknya itu, pihaknya berharap ada obat yang bisa menyembuhkan anaknya itu.

“Untuk kesembuhan anak, saya akan berusaha sekuat tenaga. Saya berharap ada obat yang bisa menyembuhkan anak saya,” tandasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/