SINGARAJA – Warga di Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, kini kesulitan mengakses air bersih.
Krisis air yang terjadi di kampung halaman Gubernur Bali Wayan Koster alias KBS (Koster Bali Satu), ini disebabkan karena debit air dari arah hulu kini turun drastis.
Warga pun harus berhemat menggunakan air, sampai dengan musim hujan datang.
Sebenarnya krisis air bersih itu sudah terjadi sejak bulan Juni lalu.
Saat itu warga masih bisa mengakses air bersih pada jam-jam tertentu.
Namun kini debit air dari hulu makin menyusut dan menyebabkan warga benar-benar tak mendapatkan akses air bersih.
Warga di dua wilayah, masing-masing di Banjar Dinas Bukit Seni dan Banjar Dinas Panggung sama sekali tak mendapatkan akses air bersih.
Stok air tadah hujan yang disimpan di cubang milik warga, juga sudah kering.
Sementara di Banjar Dinas Dukuh dan Kawanan, air bersih hanya bisa diakses pada jam-jam tertentu.
Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Wayan Duala Arsayasa mengatakan, dalam sebulan terakhir masalah krisis air bersih memang menghantui wilayah Kecamatan Tejakula.
Beberapa pekan lalu, masalah air bersih melanda Desa Tembok.
Sementara di Desa Sembiran, krisis air bersih dilaporkan terjadi sejak pekan lalu.
“Belum masuk kategori kekeringan sih, debit air masih ada, tapi tidak mencukupi wilayah sana,” kata Duala.
Kini pihaknya pun menyuplai air bersih secara berkala tiap tiga hari sekali, sebanyak 10ribu liter air bersih.
Air yang dibawa, langsung dibawa ke reservoar milik pengelola air desa setempat, sehingga pembagian air bersih lebih merata.
Suplai air pun masih dipantau secara berkala, karena ada kekhawatiran jumlah tersebut belum memadai.
“Masih kami pantau dulu.
Cukup atau nggak.
Kalau memang masih kurang, ya kami akan tambah lagi sesuai kebutuhan di sana,” ujar Duala.