31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 12:10 PM WIB

Cap Go Meh, Cara Warga Tionghoa Warga Buang Sial

SINGARAJA – Ratusan warga keturunan Tionghoa berbondong-bondong mendatangi Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Seng Hong Bio.

Mereka melakukan sembahyang Cap Go Meh, yang jatuh kemarin (19/2). Selain itu, sejumlah warga keturunan juga melakukan tradisi cisuak untuk mencegah sial selama setahun kedepan.

Pada tahun baru Imlek 2970 ini ada tiga shio yang diyakini mengalami kesialan atau ciong. Ketiga shio itu adalah shio ular, babi, dan kerbau.

Sebagian besar warga keturunan yang memiliki shio tersebut, melakukan tradisi cisuak guna mencegah hal buruk terjadi.

Prosesi cisuak sejak pukul 09.00 pagi kemarin. Awalnya rohaniawan-rohaniawan di TITD Ling Gwan Kiong serta TITD Seng Hong Bio melakukan persembahyangan.

Mereka mengenakan jubah berwarna kuning dan sembahyang menghadap ke utara. Setelah melakukan persembahyangan, para rohaniawan kemudian membasuh tubuh menggunakan air suci.

Proses pembasuhan tubuh itu mirip dengan umat Hindu yang diperciki tirta. Baru setelah itu mereka memotong rambut dan rambut itu disimpan dalam angpao.

Selanjutnya mereka melempar sejumlah kacang ke udara. Ada pula yang melepas burung sebagai simbol membuang hal buruk.

Setelah para rohaniawan, baru giliran warga keturunan yang melakukan persembahyangan. Persembahyangan dilakukan secara bergelombang dan dipimpin rohaniawan dengan menggunakan bahasa mandarin.

Setelah persembahyangan mereka pun memotong rambut dan melempar kacang, serupa seperti yang dilakukan para rohaniawan sebelumnya.

Prosesi itu diyakini bisa menangkal energi negatif yang timbul. Rohaniawan TITD Seng Hong Bio Hartono Herlim mengatakan, masyarakat Tionghoa percaya dengan shio yang diyakini memengaruhi peruntungan dan kesialan tiap pergantian tahun imlek.

Ritual cisuak pun merupakan momen pembersihan diri bagi para umat. “Umat bersembahyang untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan buruk pada tahun monyet ini. Setiap tahun selalu ramai yang mengikuti sembahyang ini,” jelasnya.

Lebih lanjut dijelaskan, selama cisuak banyak umat yang melepas burung. Umat meyakini melepas burung semacam refleksi memohon pengampunan dosa.

Dengan melepas bebas makhluk hidup, umat merasa bisa memberikan pertolongan pada ciptaan Tuhan.

Sementara untuk kebiasaan memotong rambut, diyakini untuk memotong kesialan pada tahun sebelumnya.

“Misalnya mereka sebelumnya sial, potong rambut itu semacam simbolis membersihkan kesialan setahun belakangan, dan agar terhindar dari kesialan kedepannya,” tandas Hartono. 

SINGARAJA – Ratusan warga keturunan Tionghoa berbondong-bondong mendatangi Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Seng Hong Bio.

Mereka melakukan sembahyang Cap Go Meh, yang jatuh kemarin (19/2). Selain itu, sejumlah warga keturunan juga melakukan tradisi cisuak untuk mencegah sial selama setahun kedepan.

Pada tahun baru Imlek 2970 ini ada tiga shio yang diyakini mengalami kesialan atau ciong. Ketiga shio itu adalah shio ular, babi, dan kerbau.

Sebagian besar warga keturunan yang memiliki shio tersebut, melakukan tradisi cisuak guna mencegah hal buruk terjadi.

Prosesi cisuak sejak pukul 09.00 pagi kemarin. Awalnya rohaniawan-rohaniawan di TITD Ling Gwan Kiong serta TITD Seng Hong Bio melakukan persembahyangan.

Mereka mengenakan jubah berwarna kuning dan sembahyang menghadap ke utara. Setelah melakukan persembahyangan, para rohaniawan kemudian membasuh tubuh menggunakan air suci.

Proses pembasuhan tubuh itu mirip dengan umat Hindu yang diperciki tirta. Baru setelah itu mereka memotong rambut dan rambut itu disimpan dalam angpao.

Selanjutnya mereka melempar sejumlah kacang ke udara. Ada pula yang melepas burung sebagai simbol membuang hal buruk.

Setelah para rohaniawan, baru giliran warga keturunan yang melakukan persembahyangan. Persembahyangan dilakukan secara bergelombang dan dipimpin rohaniawan dengan menggunakan bahasa mandarin.

Setelah persembahyangan mereka pun memotong rambut dan melempar kacang, serupa seperti yang dilakukan para rohaniawan sebelumnya.

Prosesi itu diyakini bisa menangkal energi negatif yang timbul. Rohaniawan TITD Seng Hong Bio Hartono Herlim mengatakan, masyarakat Tionghoa percaya dengan shio yang diyakini memengaruhi peruntungan dan kesialan tiap pergantian tahun imlek.

Ritual cisuak pun merupakan momen pembersihan diri bagi para umat. “Umat bersembahyang untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan buruk pada tahun monyet ini. Setiap tahun selalu ramai yang mengikuti sembahyang ini,” jelasnya.

Lebih lanjut dijelaskan, selama cisuak banyak umat yang melepas burung. Umat meyakini melepas burung semacam refleksi memohon pengampunan dosa.

Dengan melepas bebas makhluk hidup, umat merasa bisa memberikan pertolongan pada ciptaan Tuhan.

Sementara untuk kebiasaan memotong rambut, diyakini untuk memotong kesialan pada tahun sebelumnya.

“Misalnya mereka sebelumnya sial, potong rambut itu semacam simbolis membersihkan kesialan setahun belakangan, dan agar terhindar dari kesialan kedepannya,” tandas Hartono. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/