GIANYAR – Cuaca buruk yang terjadi di pantai selatan Bali dua hari terakhir nyaris menelan korban.
Seorang nelayan asal Banjar Rangkan, Desa Ketewel Kecamatan Sukawati, I Nyoman Lencot, 45, sempat terempas ombak pada Rabu siang (18/7) pukul 11.30.
Perahu dan handphone-nya rusak, alat pancingnya hilang. Lencot juga mengalami sejumlah luka. Ditemui di rumahnya di Banjar Rangkan, Lencot mengakui gelombang di pantai pada Rabu lalu sudah tinggi, berkisar 7 meter.
Walau begitu, ada empat nelayan dari kelompok Segara Windu Ketewel nekat melaut. Lencot dengan perahu berwarna kuning masuk ke laut terlebih dulu. Kemudian disusul nelayan lainnya.
“Saat ada ombak besar, mesin perahu mati karena saya lupa memompa mesin. Akhirnya perahu saya dibalik ombak,” ujar Lencot, Kamis (19/7). Dia mengaku panik ketika tercebur ke dalam laut.
“Saya bingung, panik di dalam air diputar-putar ombak besar. Mungkin ada dua menit saja di bawah air,” ujarnya.
Setelah mendapat celah, ayah dua anak yang pandai berenang itu berusaha mencari permukaan air.
“Setelah dapat permukaan, sulit juga berenang, karena ombaknya kacau. Akhirnya ombak terakhir saya dilempar ke daratan,” ujar Lencot.
Dia terhempas ke daratan, tepatnya di timur pura Segara Banjar Rangkan. Lokasi pura itu berlokasi sekitar 500 meter dari bangsal nelayan.
Sedangkan, perahunya juga terempas ke daratan tak jauh darinya. “Lamanya saya di air kira-kira 15 menitan, saya ngos-ngosan, lemas. Banyak air laut saya minum, air masuk telinga juga,” ujarnya.
Kini, Lencot yang mengalami luka lecet pada lutut kanan dan tangan kiri merasa trauma dengan kejadian tersebut.
“Tumben selama jadi nelayan saya mengalami ini. Trauma. Tapi saya mau adakan upacara Ngulapin habis ini,” jelasnya.
Setelah ombak tenang dan rasa traumanya mereda, dia berjanji akan kembali melaut. “Saya juga sambil memperbaiki perahu dan alat dulu. Kalau tidak, apa saya pakai,” tukas nelayan yang nyambi sebagai tenaga keamanan di salah satu vila di Ketewel itu.
Sementara itu, melihat ombak ganas, bendahara nelayan Segara Windu, Nyoman Sudiarta, yang berada di lokasi kejadian pada Rabu lalu tidak bisa berbuat banyak.
“Teman lagi satu berhasil masuk ke laut, dia menunggu di selatan (wilayah setelah ombak, red). Saya (di daratan) selamatkan perahunya yang terempas, saya tepikan ke pinggir. Pak Lencot saya suruh istirahat,” jelasnya.
Kata Sudiarta, cuaca seperti ini hanya mempengaruhi wilayah pesisir saja. “Kalau di tengah laut ombak tenang, seperti danau.
Ini hanya di pinggir saja. Di tengah sedang banyak-banyaknya tongkol,” ujarnya. Sebelum kejadian, Sudiarta bahkan sempat memperoleh dua box tongkol dan dijualnya.
Tangkapan itu membuat anggota nelayan lainnya berkeinginan mencari tongkol juga. Dengan kejadian itu, anggota kelompok nelayan Segara Windu yang beranggotakan 82 orang sementara ini beristirahat dulu.
“Mungkin dua tiga hari ke depan cuaca normal, mungkin bisa melaut. Kalau sekarang ini total istirahat dulu,” ujar Sudiarta yang nyambi sebagai suplier ayam itu.