SINGARAJA – Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Buleleng berjanji mengerahkan para penyuluh perikanan ke masyarakat pesisir.
Penyuluh diminta menggencarkan edukasi, agar masyarakat tidak mengonsumsi ikan buntal. Karena risiko yang muncul sangat mematikan.
Kepala DKPP Buleleng Gede Melandrat mengatakan, sejak kemarin dirinya telah meminta agar penyuluh perikanan mengintensifkan pembinaan konsumsi ikan.
Sehingga tak ada lagi masyarakat yang mengonsumsi ikan buntal. Terutama masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir.
Melandrat menyebut masyarakat pesisir sebenarnya sudah paham bahwa ikan buntal sangat beracun. Namun masih ada saja yang nekat mengolah ikan tersebut menjadi makanan.
Masyarakat yang mengolah ikan buntal biasanya berdalih bahwa dirinya sudah terampil mengolah ikan tersebut. Adapula yang berdalih bahwa kemampuan mengolah ikan buntal telah didapat secara turun temurun.
“Katanya sih ikan buntal ini paling enak rasa dagingnya. Tapi masalahnya sedikit saja ada kesalahan dalam pengolahan ikan ini, risikonya itu kematian.
Meski rasanya enak, tapi menurut saya itu tidak sepadan dengan risiko yang timbul,” kata Melandrat kemarin.
Melandrat mengatakan, selama ini pengolahan ikan buntal bersifat tradisional. Belum ada masyarakat yang memiliki sertifikasi khusus terkait pengolahan ikan buntal.
Hingga kini pun pihaknya belum pernah menemukan adanya transaksi jual beli ikan buntal. Baik itu sebagai ikan konsumsi, maupun ikan hias.
Guna mencegah terjadinya hal serupa, Melandat berharap para penyuluh perikanan mengintensifkan edukasi pada masyarakat pesisir.
Warga juga diminta tidak mengonsumsi ikan tersebut. Terlebih lembaga-lembaga yang terkait dengan pangan,
baik itu Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) serta Dinas Perikanan, tak pernah merekomendasikan ikan buntal sebagai ikan konsumsi.
“Per hari ini (kemarin, Red) kami sudah turunkan penyuluh, agar lebih intens melakukan edukasi masalah ini. Jangan sampai terjadi keracunan lagi. Kami harap ini peristiwa yang terakhir,” demikian Melandrat.