29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 0:49 AM WIB

Layanan Program Angkutan Siswa Gratis Belum Dapat Diperluas

 

SEMARAPURA-Rencana memperluas layanan program Angkutan Siswa Gratis di tahun 2022 belum bisa terealisasi. Lantaran keterbatasan anggaran, program itu hanya mampu melayani siswa SMP di Kecamatan Klungkung seperti tahun sebelum-sebelumnya.

 

Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Klungkung, I Nyoman Sucitra beberapa waktu lalu menuturkan, layanan program Angkutan Siswa Gratis rencananya diperluas tahun 2022. Tidak hanya melayani siswa SMP yang ada di Kecamatan Klungkung seperti tahun-tahun sebelumnya, namun juga di Kecamatan Dawan dan Banjarangkan.

 

Adapun besar anggaran yang diusulkan, yakni Rp 4 miliar untuk Kecamatan Klungkung, Rp 3,5 miliar untuk Kecamatan Dawan dan Rp 3,5 miliar untuk Kecamatan Banjarangkan. “Anggaran untuk Kecamatan Klungkung lebih besar karena SMP yang dilayani lebih banyak. Untuk armada Angkutan Siswa Gratis, sudah siap semuanya,” katanya.

 

Hanya saja karena keterbatasan anggaran, program yang dimulai sejak tahun 2017 itu akhirnya hanya melayani siswa SMP di Kecamatan Klungkung seperti tahun sebelum-sebelumnya. Dengan alokasi anggaran sebesar Rp 4,1 miliar, program itu melayani SMPN 1 Semarapura, SMPN 2 Semarapura, SMPN 3 Semarapura, SMPN 4 Semarapura, dan MTs Hasanudin. “Jumlah siswa yang dilayani 1.500 orang dengan 110 armada,” bebernya.

 

Salah seorang supir Angkutan Siswa Gratis, Ketut Suyasa, 61 asal Desa Selat, Kecamatan Klungkung mengaku sangat gembira program itu bisa kembali berjalan. “Saya berharap ini bisa terus berlanjut. Karena tanpa program ini, saya kucar-kacir mencari penumpang untuk bisa membiayai hidup sehari-hari,” ungkapnya.

 

Menurut Suyasa, ia mulai bergabung dengan program Angkutan Siswa Gratis awal tahu 2020 lalu. Lantaran program itu baru melayani siswa SMP Negeri 4 Semarapura di tahun itu. Hanya saja baru berjalan tiga bulan, virus korona menyerang dan membuat para siswa harus menjalani pembelajaran dengan sistem daring atau online di rumah masing-masing. “Jadi baru tiga bulan dapat menikmati upah dari program Angkutan Siswa Gratis, sudah kena korona,” ungkapnya.

 

Selama siswa mengikuti pembelajaran daring, ia mengaku hanya bisa mengandalkan penumpang umum yang jumlahnya tidak banyak. Bahkan ia tidak jarang merugi lantaran penghasilan yang didapat tidak sebanding dengan biaya operasional yang harus dikeluarkan. Yang mana bila mengandalkan penumpang umum dengan trayek Klungkung-Ubud, ia biasanya mengantongi penghasilan sekitar Rp 50 ribu bahkan tidak jarang di bawah itu.

 

Sementara biaya operasionalnya sekitar Rp 40 ribu untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) saja. “Sekarang sudah banyak yang punya kendaraan. Hanya sedikit yang tidak bisa bawa motor. Sehingga hanya itu yang bisa diandalkan,” terangnya.

 

Beda halnya dengan menjadi supir Angkutan Siswa Gratis, ia mengaku mendapat upah sekitar Rp 120 ribu per harinya. Sementara supir dengan trayek yang lebih singkat bisa mendapat upah Rp 105 ribu per hari. “Upah yang diberikan tidak berdasarkan jumlah siswa yang diantar dan dijemput. Walau sedikit upahnya tetap sama. Itu sebabnya saya kocar-kacir ketika program ini berhenti sementara karena pandemi,” tandasnya.

 

 

SEMARAPURA-Rencana memperluas layanan program Angkutan Siswa Gratis di tahun 2022 belum bisa terealisasi. Lantaran keterbatasan anggaran, program itu hanya mampu melayani siswa SMP di Kecamatan Klungkung seperti tahun sebelum-sebelumnya.

 

Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Klungkung, I Nyoman Sucitra beberapa waktu lalu menuturkan, layanan program Angkutan Siswa Gratis rencananya diperluas tahun 2022. Tidak hanya melayani siswa SMP yang ada di Kecamatan Klungkung seperti tahun-tahun sebelumnya, namun juga di Kecamatan Dawan dan Banjarangkan.

 

Adapun besar anggaran yang diusulkan, yakni Rp 4 miliar untuk Kecamatan Klungkung, Rp 3,5 miliar untuk Kecamatan Dawan dan Rp 3,5 miliar untuk Kecamatan Banjarangkan. “Anggaran untuk Kecamatan Klungkung lebih besar karena SMP yang dilayani lebih banyak. Untuk armada Angkutan Siswa Gratis, sudah siap semuanya,” katanya.

 

Hanya saja karena keterbatasan anggaran, program yang dimulai sejak tahun 2017 itu akhirnya hanya melayani siswa SMP di Kecamatan Klungkung seperti tahun sebelum-sebelumnya. Dengan alokasi anggaran sebesar Rp 4,1 miliar, program itu melayani SMPN 1 Semarapura, SMPN 2 Semarapura, SMPN 3 Semarapura, SMPN 4 Semarapura, dan MTs Hasanudin. “Jumlah siswa yang dilayani 1.500 orang dengan 110 armada,” bebernya.

 

Salah seorang supir Angkutan Siswa Gratis, Ketut Suyasa, 61 asal Desa Selat, Kecamatan Klungkung mengaku sangat gembira program itu bisa kembali berjalan. “Saya berharap ini bisa terus berlanjut. Karena tanpa program ini, saya kucar-kacir mencari penumpang untuk bisa membiayai hidup sehari-hari,” ungkapnya.

 

Menurut Suyasa, ia mulai bergabung dengan program Angkutan Siswa Gratis awal tahu 2020 lalu. Lantaran program itu baru melayani siswa SMP Negeri 4 Semarapura di tahun itu. Hanya saja baru berjalan tiga bulan, virus korona menyerang dan membuat para siswa harus menjalani pembelajaran dengan sistem daring atau online di rumah masing-masing. “Jadi baru tiga bulan dapat menikmati upah dari program Angkutan Siswa Gratis, sudah kena korona,” ungkapnya.

 

Selama siswa mengikuti pembelajaran daring, ia mengaku hanya bisa mengandalkan penumpang umum yang jumlahnya tidak banyak. Bahkan ia tidak jarang merugi lantaran penghasilan yang didapat tidak sebanding dengan biaya operasional yang harus dikeluarkan. Yang mana bila mengandalkan penumpang umum dengan trayek Klungkung-Ubud, ia biasanya mengantongi penghasilan sekitar Rp 50 ribu bahkan tidak jarang di bawah itu.

 

Sementara biaya operasionalnya sekitar Rp 40 ribu untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) saja. “Sekarang sudah banyak yang punya kendaraan. Hanya sedikit yang tidak bisa bawa motor. Sehingga hanya itu yang bisa diandalkan,” terangnya.

 

Beda halnya dengan menjadi supir Angkutan Siswa Gratis, ia mengaku mendapat upah sekitar Rp 120 ribu per harinya. Sementara supir dengan trayek yang lebih singkat bisa mendapat upah Rp 105 ribu per hari. “Upah yang diberikan tidak berdasarkan jumlah siswa yang diantar dan dijemput. Walau sedikit upahnya tetap sama. Itu sebabnya saya kocar-kacir ketika program ini berhenti sementara karena pandemi,” tandasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/