RadarBali.com – Kasus kelahiran bayi tanpa anus, kembali muncul di Singaraja. Orang tua bayi pun hanya bisa pasrah menanti uluran tangan karena tak punya biaya.
Pendapatan sebagai buruh tani, tak mampu menutupi kebutuhan biaya operasi yang mencapai puluhan juta rupiah.
Bayi itu bernama Ni Kadek Anindita Iswari. Anak kedua dari pasangan Kadek Kirta Yasa, 20, dan Wayan Tami Putri Yani, 19, itu lahir Minggu (16/7) lalu di bidan yang ada di Desa Pakisan.
Pasangan muda asal Banjar Dinas Kelandis, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan ini baru tahu anaknya tak memiliki anus, Rabu (19/7) lalu.
Semula kelahiran Anindita normal-normal saja. Anindita lahir di bidan desa dengan berat empat kilogram dan panjang 41 cm.
Lama kelamaan, neneknya yakni Ni Nyoman Sariani baru menyadari kondisi cucunya kurang normal. Saat itu Sariani melihat cucunya buang kotoran melalui saluran vagina.
“Kelihatan ada kotoran di vaginanya. Sedikit sekali, warna hitam. Kemarin baru ketahuan tidak ada anusnya. Itu juga karena perutnya kembung,” kata Sariani saat ditemui di RSUD Buleleng, siang kemarin.
Pihak keluarga akhirnya memutuskan membawa bayi yang baru berusia empat hari itu ke RSUD Buleleng. Bayi itu tercatat masuk ke RSUD Buleleng pada pukul 13.00 siang kemarin.
Tim dokter langsung mengambil keputusan cepat dan melakukan operasi pembuatan saluran pembuangan kotoran.
Dokter bedah membuatkan saluran pembuangan pada perut sebelah kiri. Proses operasi baru rampung pukul 00.30 Kamis (20/7) dini hari kemarin dan langsung dirawat di Ruang ICU RSUD Buleleng.
“Saya berpikir bawa saja dulu ke rumah sakit. Biaya nanti dipikirkan. Anak saya buruh tani, saya cleaning service di (dinas) perpustakaan,” katanya lagi.
Sariani pun dibuat tambah pusing, karena anaknya selama ini belum memiliki kartu keluarga sendiri dan kartu tanda penduduk.
Ayah sang bayi, Kadek Kirta Yasa menyebut tidak ada hal yang aneh selama istrinya menjalani proses kehamilan.
Pasangan ini juga rutin kontrol ke bidan desa sebulan sekali, meski tempat tinggal mereka cukup jauh dari pusat desa.
“Kadang memang perut istri saya sakit. Kalau sakit cukup lama. Kadang bisa tiga hari sekali sakit,” ceritanya.
Dirut RSUD Buleleng dr. Gede Wiartana mengatakan, pasien masuk ke RSUD Buleleng pada pukul 13.00 siang dengan keluhan tidak memiliki anus dan perut bayi dalam kondisi kembung.
Setelah melalui proses pemeriksaan, tim dokter memutuskan membuatkan saluran pembuangan kotoran pada bagian perut.
“Setelah operasi kami bawa ke ICU. Sejauh ini kondisinya stabil. Kira-kira selama 10-14 hari ke depan akan dirawat di sini. Setelah stabil, bisa nafas tanpa bantuan, baru boleh pulang,” kata Wiartana.
Menurut Wiartana dalam kurun waktu enam bulan ke depan, bayi tanpa anus itu akan menjalani operasi lanjutan pembuatan anus permanen.
“Tapi itu lihat juga kondisi bayi. Selama kondisinya normal dan stabil, tindakan bisa diambil enam bulan lagi. Kemarin (Rabu, Red) kami langsung ambil tindakan karena statusnyaemergency,” imbuhnya.
Kondisi kemiskinan yang dialami pasangan Kadek Kirta Yasa dan Wayan Tami Putri Yani juga didengar Kepala Dinas Sosial Buleleng Gede Komang.
Kemarin Gede Komang langsung mendatangi RSUD Buleleng dan mengupayakan solusi agar keluarga ini bisa mendapat keringanan biaya.
Dinsos Buleleng menyanggupi membantu memasukkan keluarga ini sebagai pemegang Kartu Indonesia Sehat (KIS) penerima bantuan iuran dari pemerintah daerah.
Dinsos Buleleng juga memfasilitasi pembuatan dokumen kependudukan keluarga ini secepatnya, agar mendapat pelayanan dari BPJS Kesehatan.
“Hari ini juga kami rekomendasikan dapat KIS biar langsung ditanggung BPJS. Kami juga sudah koordinasi dengan BPJS agar bisa dipercepat masalah ini. Ini harus ada langkah cepat, jangan sampai terlambat. Malah bisa fatal jadinya. Apalagi ini keluarga tidak mampu, pemerintah daerah wajib membantu,” demikian Gede Komang.