25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:12 AM WIB

Restorasi Rumah Ibunda Bung Karno Banyak Kendala, Ini Versi BPCB Bali

SINGARAJA – Tim Teknis Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Bali Giri Prayoga mengungkapkan, proses restorasi bangunan bale gede, rumah tinggal Nyoman Rai Srimben, ibunda mantan Presiden Soekarno, menemukan banyak kendala.

Seperti bahan bata dan seng. Bata yang digunakan memiliki ukuran berbeda dengan batu bata yang biasa dijumpai.

“Kami sudah survei di beberapa tempat, ada yang tidak mau membuatkan karena yang kami butuhkan hanya sedikit.

Kemudian bagian atap, bupati mintanya tetap seng. Sementara bahan seng saat ini cukup riskan dan tipis. Ini akan coba kami carikan solusinya,” ujarnya Giri Prayoga.

Ia pun tak menampik bahwa kisah historis yang terkandung pada bangunan itu, harus tetap dilestarikan.

“Kita harus punya data dan nilai tentang Rai Srimben untuk ditampilkan di bangunan ini. Cagar budaya akan mati bila tidak dihidupkan dengan wacananya. Ini lokusnya ada ke Dinas Kebudayaan, dan akan kami diskusikan,” tegasnya.

Sekadar diketahui untuk proses restorasi itu, BPCB Bali menyiapkan anggaran sebesar Rp 160 juta. Proses restorasi telah dimulai sejak awal September dan ditargetkan tuntas pada akhir November mendatang.

Setelah direstorasi, bangunan itu diharapkan mendukung wacana pembangunan Kawasan Heritage di Kota Singaraja. 

SINGARAJA – Tim Teknis Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Bali Giri Prayoga mengungkapkan, proses restorasi bangunan bale gede, rumah tinggal Nyoman Rai Srimben, ibunda mantan Presiden Soekarno, menemukan banyak kendala.

Seperti bahan bata dan seng. Bata yang digunakan memiliki ukuran berbeda dengan batu bata yang biasa dijumpai.

“Kami sudah survei di beberapa tempat, ada yang tidak mau membuatkan karena yang kami butuhkan hanya sedikit.

Kemudian bagian atap, bupati mintanya tetap seng. Sementara bahan seng saat ini cukup riskan dan tipis. Ini akan coba kami carikan solusinya,” ujarnya Giri Prayoga.

Ia pun tak menampik bahwa kisah historis yang terkandung pada bangunan itu, harus tetap dilestarikan.

“Kita harus punya data dan nilai tentang Rai Srimben untuk ditampilkan di bangunan ini. Cagar budaya akan mati bila tidak dihidupkan dengan wacananya. Ini lokusnya ada ke Dinas Kebudayaan, dan akan kami diskusikan,” tegasnya.

Sekadar diketahui untuk proses restorasi itu, BPCB Bali menyiapkan anggaran sebesar Rp 160 juta. Proses restorasi telah dimulai sejak awal September dan ditargetkan tuntas pada akhir November mendatang.

Setelah direstorasi, bangunan itu diharapkan mendukung wacana pembangunan Kawasan Heritage di Kota Singaraja. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/