28 C
Jakarta
22 September 2024, 1:00 AM WIB

FAKTA MIRIS! Separuh Lebih Hutan Produksi di Jembrana Bali Gundul

NEGARA – Kondisi hutan di Jembrana kondisinya sudah memprihatinkan. Separuh lebih hutan, terutama di wilayah hutan produksi sudah gundul karena maraknya perambahan hutan.

Hutan yang dulu rimbun dengan kayu hutan berganti menjadi perkebunan pisang dan tanaman musiman.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Komisi II DPRD Jembrana Ketut Suastika, saat mengecek kondisi hutan di wilayah Sombang, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, Jumat (20/12).

Menurutnya, pengecekan kondisi hutan bersama sejumlah anggota dari Komisi II DPRD Jembrana tersebut untuk melihat langsung kondisi hutan yang selama ini sering disampaikan

masyarakat bahwa hutan saat ini sudah gundul, sehingga berdampak pada kekeringan saat kemarau dan banjir ketika musim hujan.

“Karena dampak yang paling merasakan masyarakat, terutama sekitar hutan,” terangnya. Dari pengecekan yang dilakukan, pihaknya melihat kondisi hutan yang memang sudah gundul.

Berdasar keterangan dari pihak kehutanan, dari luas hutan produksi 383 hektare dan hutan lindung 299 hektare sudah hampir tiga perempat hutan rusak dan gundul.

Perambahan hutan tersebut, tidak terjadi dalam waktu singkat, melainkan sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu. Tepatnya, saat reformasi 1998, dimana pembalakan dan perambahan hutan merajalela.

Khusus di wilayah hutan produksi, masyarakat sebenarnya diberi hak untuk mengelola dengan menanam tanaman yang bisa bermanfaat dan bernilai ekonomi.

Namun, dengan catatan pohon besar di hutan tidak dibabat, warga boleh menanam dibawahnya. “Kalau pembalakan liar itu tidak dihentikan, hutan akan habis,” tandasnya.

Pengecekan hutan yang dilakukan tersebut, sekaligus untuk survei lokasi yang akan direboisasi bersama TNI, Polri, KPH Bali Barat dan masyarakat pengawen, serta sejumlah komunitas.

Sebanyak 10 ribu bibit pohon trembesi, mahoni, bibit buah, mengkudu, sirsak, boni, taep dan pohon buah lainnya sudah disiapkan untuk reboisasi yang akan dilakukan pada 19 Januari mendatang.

“Kami ingin mengembalikan hutan sesuai dengan fungsinya untuk menjaga keseimbangan hubungan manusia dengan alam sesuai konsep tri hita karana. Masyarakat kami ajak untuk bergabung,” terangnya. 

NEGARA – Kondisi hutan di Jembrana kondisinya sudah memprihatinkan. Separuh lebih hutan, terutama di wilayah hutan produksi sudah gundul karena maraknya perambahan hutan.

Hutan yang dulu rimbun dengan kayu hutan berganti menjadi perkebunan pisang dan tanaman musiman.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Komisi II DPRD Jembrana Ketut Suastika, saat mengecek kondisi hutan di wilayah Sombang, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, Jumat (20/12).

Menurutnya, pengecekan kondisi hutan bersama sejumlah anggota dari Komisi II DPRD Jembrana tersebut untuk melihat langsung kondisi hutan yang selama ini sering disampaikan

masyarakat bahwa hutan saat ini sudah gundul, sehingga berdampak pada kekeringan saat kemarau dan banjir ketika musim hujan.

“Karena dampak yang paling merasakan masyarakat, terutama sekitar hutan,” terangnya. Dari pengecekan yang dilakukan, pihaknya melihat kondisi hutan yang memang sudah gundul.

Berdasar keterangan dari pihak kehutanan, dari luas hutan produksi 383 hektare dan hutan lindung 299 hektare sudah hampir tiga perempat hutan rusak dan gundul.

Perambahan hutan tersebut, tidak terjadi dalam waktu singkat, melainkan sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu. Tepatnya, saat reformasi 1998, dimana pembalakan dan perambahan hutan merajalela.

Khusus di wilayah hutan produksi, masyarakat sebenarnya diberi hak untuk mengelola dengan menanam tanaman yang bisa bermanfaat dan bernilai ekonomi.

Namun, dengan catatan pohon besar di hutan tidak dibabat, warga boleh menanam dibawahnya. “Kalau pembalakan liar itu tidak dihentikan, hutan akan habis,” tandasnya.

Pengecekan hutan yang dilakukan tersebut, sekaligus untuk survei lokasi yang akan direboisasi bersama TNI, Polri, KPH Bali Barat dan masyarakat pengawen, serta sejumlah komunitas.

Sebanyak 10 ribu bibit pohon trembesi, mahoni, bibit buah, mengkudu, sirsak, boni, taep dan pohon buah lainnya sudah disiapkan untuk reboisasi yang akan dilakukan pada 19 Januari mendatang.

“Kami ingin mengembalikan hutan sesuai dengan fungsinya untuk menjaga keseimbangan hubungan manusia dengan alam sesuai konsep tri hita karana. Masyarakat kami ajak untuk bergabung,” terangnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/