29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 0:59 AM WIB

Parah, Abrasi Pantai Pebuahan Meluas, Dua Tahun Tanpa Ada Penanganan

NEGARA – Sejak dua tahun terakhir wilayah Pantai Jembrana tidak mendapat “jatah” pembangunan senderan pantai untuk menahan abrasi.

Akibatnya, abrasi semakin parah. Daratan yang terkikis air laut semakin luas. Kondisi tersebut terjadi di sepanjang pantai Jembrana dari wilayah Gilimanuk di ujung barat hingga Pengragoan di ujung timur.

Seperti abrasi yang terjadi di Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, setiap tahun daratan yang terkikis abrasi semakin luas.

Bahkan, jalan rabat beton yang baru dibangun dua tahun lalu sebagian besar sudah hilang karena tergerus abrasi.

Padahal, sebelumnya, jarak bibir pantai dengan jalan masih cukup jauh, sekitar 10 meter. Abrasi dan kerasnya gempuran ombak membuat puluhan bangunan sudah hancur tinggal puing.

Seperti bekas bangunan yang sebelumnya warung makan yang sebelumnya jauh dari pantai, kondisinya hancur dan berada dekat dengan bibir pantai.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Pemukiman Jembrana I Wayan Darwin mengatakan,

sejak dua tahun terakhir ini pemerintah pusat memang tidak mengalokasikan anggaran untuk pembangunan senderan pantai di wilayah Jembrana.

“Mudah-mudahan tahun 2020, nanti ada,” ujarnya. Panjang pantai Jembrana sekitar 76 kilometer dari Desa Pengragoan hingga Kelurahan Gilimanuk.

Kondisi pantai yang abrasi sebanyak 22 titik, terparah di Pantai Pebuahan dan Pantai Gilimanuk. “Kondisinya masih sama, ada 22 titik lokasi pantai yang abrasi. Pantauan kami masih tetap segitu,” ungkapnya.

Salah satu antisipasinya adalah dengan geotextile woven seperti di Pantai Pebuahan. Karena sudah ada hasil dari pemasangan geotextile woven dua tahun lalu, diharapkan dilanjutkan balai pantai untuk mengatasi abrasi.

NEGARA – Sejak dua tahun terakhir wilayah Pantai Jembrana tidak mendapat “jatah” pembangunan senderan pantai untuk menahan abrasi.

Akibatnya, abrasi semakin parah. Daratan yang terkikis air laut semakin luas. Kondisi tersebut terjadi di sepanjang pantai Jembrana dari wilayah Gilimanuk di ujung barat hingga Pengragoan di ujung timur.

Seperti abrasi yang terjadi di Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, setiap tahun daratan yang terkikis abrasi semakin luas.

Bahkan, jalan rabat beton yang baru dibangun dua tahun lalu sebagian besar sudah hilang karena tergerus abrasi.

Padahal, sebelumnya, jarak bibir pantai dengan jalan masih cukup jauh, sekitar 10 meter. Abrasi dan kerasnya gempuran ombak membuat puluhan bangunan sudah hancur tinggal puing.

Seperti bekas bangunan yang sebelumnya warung makan yang sebelumnya jauh dari pantai, kondisinya hancur dan berada dekat dengan bibir pantai.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Pemukiman Jembrana I Wayan Darwin mengatakan,

sejak dua tahun terakhir ini pemerintah pusat memang tidak mengalokasikan anggaran untuk pembangunan senderan pantai di wilayah Jembrana.

“Mudah-mudahan tahun 2020, nanti ada,” ujarnya. Panjang pantai Jembrana sekitar 76 kilometer dari Desa Pengragoan hingga Kelurahan Gilimanuk.

Kondisi pantai yang abrasi sebanyak 22 titik, terparah di Pantai Pebuahan dan Pantai Gilimanuk. “Kondisinya masih sama, ada 22 titik lokasi pantai yang abrasi. Pantauan kami masih tetap segitu,” ungkapnya.

Salah satu antisipasinya adalah dengan geotextile woven seperti di Pantai Pebuahan. Karena sudah ada hasil dari pemasangan geotextile woven dua tahun lalu, diharapkan dilanjutkan balai pantai untuk mengatasi abrasi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/