BANJAR – Para tokoh di Catur Desa Adat Dalem Tamblingan, meminta kejelasan pemerintah terkait informasi pembangunan pura di Bukti Sanghyang, Desa Gesing, Kecamatan Banjar.
Sebab kejelasan soal pembangunan pura itu terkesan menggantung selama berbulan-bulan. Kabar pembangunan pura di Bukti Sanghyang sebenarnya sudah memicu keresahan warga sejak setahun terakhir.
Terutama warga di Desa Gesing. Penyebabnya, pembangunan berada di areal hutan yang disakralkan. Selain itu wilayah hulu kini gundul.
Ditambah lagi, secara historis memang tidak ada pura di kawasan tersebut. Selama ini krama di Catur Desa Adat Dalem Tamblingan, menyungsung 33 pura di wilayah catur desa.
Wilayah itu meliputi Desa Gobleg, Desa Gesing, Desa Munduk, dan Desa Umajero. Khusus di sekitar Danau Tamblingan saja, sudah ada 16 pura yang di-sungsung.
Nah sejak setahun lalu, krama mendapati aktifitas yang mencurigakan. Sejumlah buruh bangunan telrihat membawa bahan-bahan bangunan.
Seperti semen, pasir, dan besi. Bahkan beberapa kali terlihat membawa patung. Salah seorang warga Desa Gesing, Putu Sosiawan yang ditemui terpisah mengakui ada keresahan di warga terkait pembangunan pura itu.
“Kami khawatir kalau dibabat habis begitu, nanti akan longsor. Yang pertama kali kena itu jelas kami di Gesing,” kata Sosiawan.
Menurutnya, selama ini adat di catur desa memang meyakini kawasan Bukti Sanghyang sebagai kawasan suci dan sangat disakralkan.
Namun selama ini di kawasan itu tidak pernah ada pura. Hanya bebaturan saja. “Dari segi adat kami, hulu itu kepala. Jadi jangan diinjak, jangan dirusak,” imbuhnya.
Sementara itu, Pengrajeg Catur Desa Adat Dalem Tamblingan, I Gusti Ngurah Pradnyan mengakui adanya aktifitas di kawasan suci itu.
Pradnyan menyatakan, telah meminta Kelian Pecalang Catur Desa, Ketut Sriasa, mengecek lokasi tersebut. Kebetulan lokasinya berada di perbatasan antara Buleleng dengan Tabanan.
“Karena lokasinya masuk wewidangan Catur Desa, saya minta pecalang cek kebenarannya. Lokasinya cukup jauh. Dari lokasi terakhir parkir sepeda motor, harus jalan kaki naik lagi 6 jam.
Setelah pecalang kami mengecek, ternyata memang benar di sana ada semacam aktifitas pembangunan,” kata Pradnyan saat ditemui di Puri Gobleg.
Dari hasil laporan pecalang, kondisi perbukitan saat itu sudah gundul. Banyak pohon yang ditebang. Selain itu lahan juga telah diratakan.
Di sana telah berdiri sebuah bangunan yang kemungkinan digunakan untuk bersemedi. Selain itu ada sebuah pelinggih turus lumbung yang juga berdiri. Saat pecalang kesana beberapa waktu lalu, terlihat ada 10 orang yang bekerja di sana.
Pihak catur desa kemudian meminta penjelasan pada Dinas Kehutanan Bali. Penjelasan yang didapat pun mengambang.
Pihak catur desa kemudian sempat bertemu Gubernur Bali Wayan Koster pada 15 September 2019 silam. Saat itu para tokoh telah menyampaikan dresta catur desa, kondisi terkini di lokasi, dan kondisi yang terjadi di masyarakat.
“Saat itu Pak Gubernur berjanji akan mengkaji. Saya yakin pak gubernur sangat arif. Apalagi visi-misi beliau sangat memihak pada penyucian kawasan. Kami masih menunggu hasil kajian itu,” tegas Pradnyan.