SERIRIT – Setelah 6 bulan lebih mendapat perawatan medis di RS Sanglah Denpasar. Bayi kembar siam lahir dari pasangan suami dan istri Kadek Redita, 24 dan Putu Ayu Sumadi, 19, akhirnya tutup usia, kemarin.
Bayi kembar siam yang lahir melalui operasi caesar di RSU Santi Graha Juli 2019 lalu itu meninggal karena menderita infeksi paru-paru.
Sebelumnya bayi dari pasangan Kadek Dita dan Putu Ayu Sumadi warga Desa Joanyar, Kecamatan Seririt lahir denga kondisi memprihatikan
bayi tersebut lahir dengan berat total 4.200 gram dan panjang 49 centimeter dalam kondisi dempet (menempel) pada bagian dada hingga perut.
Malangnya, kondisi ini pun justru baru diketahui Redita, ketika bayi sudah dilahirkan. Meski kondisi demikian tak menyurut
niat dari kedua orang tua bayi tersebut untuk terus berusaha agar bayi yang dempet bisa terpisah dan selamat.
Namun tuhan berkata lain bayinya yang memiliki kelainan kembar siam rencananya akan dilakukan operasi pemisahan pada usia 9 bulan mendatang meninggal setelah sebelumnya sempat mengalami demam tinggi.
Di rumah duka kedua orang tua dari bayi kembar siam tak kuasa menahan sedih. Ibuda ri si bayi Putu Ayu Sumadi tampak shock dan belum bisa merelakan anaknya.
Orang tua bayi Kadek Dita mengaku sebelumnya bayi yang diberi nama Kadek Liana Sari dan Komang Dita Ariani rencana akan dilakukan
upacara tiga bulanan maupun otonan setelah anaknya tersebut berusia 6 bulan. Upacara itu akan digelar pada Rabu (29/1) mendatang.
“Kami sudah rencanakan untuk melakukan upacara sesuai adat dan keyakinan kami. Namun nasib berkata lain, anak saya lebih dahulu meninggal,” kata Redita didampingi Kepala Desa Joanyar Ketut Wijaya.
Sebelum menghembuskan nafas terakhir, bayinya itu sempat mengalami demam tinggi. Sempat diperiksakan oleh dokter dan diagnosa mengalami infeksi paru-paru.
“Didahului demam tinggi sebelum akhirnya meninggal di RS Sanglah,” imbuhnya. Rencana jenazah Liana Sari dan Dita Ariani akan dikebumikan Minggu (26/1) lusa sebelum matahari terbit.
“Ya, sesuai kesepakatan keluarga, rencananya bayi kami akan dikebumikan Minggu pagi hari sebelum matahari terbit,” ungkapnya.
Kepala Desa Joanyar Ketut Wijaya mengaku, usai lahir almarhum sempat dirujuk ke Sanglah, Denpasar setelah sebelumnya mendapat perawatan di RSUD Buleleng.
Informasinya setelah berusia 9 bulan akan dilakukan operasi pemisahan sambil melakukan evaluasi terhadap kondisi kesehatan bayi kembar siam tersebut.
Segala proses perawatan medis selama di RS Sanglah sudah tak ada lagi kendala biaya, karena menggunakan jaminan layanan BPJS kesehatan dengan Kartu Indonesia Sehat (KIS) mengingat orang tua bayi berasal dari keluarga kurang mampu.
Saat dirawat di RS Sanglah kondisi kesehatan terus membaik, bahkan kedua orang tua bayi sudah merasa lega, karena menunggu tiga bulan lagi akan dilakukan operasi pemisahan.
Tetapi, Tuhan justru berkehandak lain. “Ada sekitar 6 bulan sudah dirawat di RS Sanglah,” tandasnya.