33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:39 PM WIB

Kurang Peralatan, Balawista Gianyar Pinjam Perahu Nelayan

GIANYAR – Bentang pantai Gianyar yang panjang rupanya belum didukung dengan perlengkapan penyelamatan memadai.

Petugas Badan Penyelamat Wisata Tirta (Balawista) Kabupaten Gianyar kekurangan alat yang digunakan untuk melakukan penyelamatan.

Bahkan, perahu sampai harus meminjam milik nelayan. Di sepanjang Pantai Gianyar, ada empat pos Balawista. Terdiri dari Pos Lebih; Pos Masceti; Pos Saba, dan Pos Purnama.

Menurut informasi, alat penyelamatan di pos itu belum lengkap. Terdiri dari cube rescue (pelampung), papan surfing rescue (papan selancar), hingga perahu karet.

Alat-alat tersebut memang sudah ada, namun perahu karet rusak. Bahkan alat rescue lainnya jumlahnya terbatas.

Apalagi bentangan pantai di Gianyar cukup luas. Membentang dari barat di Pantai Lembeng di Kecamatan Sukawati hingga ke timur Pantai Siyut, Kecamatan Gianyar.

Apabila mendesak, petugas terpaksa meminjam perahu nelayan yang ada di sekitar lokasi kejadian.

Kebetulan, ada anggota Balawista yang merangkap menjadi nelayan.

Selain peralatan, tanda larangan berenang ada yang belum dipasang. Dengan alat seadanya, petugas Balawista hanya dapat melaksanakan tugas dalam penanganan awal saat ada kejadian.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gianyar, Ngakan Dharma Jati, membenarkan kondisi tersebut. Peralatan yang ada saat ini tergolong sangat terbatas.

“Yang di Balawista dari segi peralatan memang pas-pasan. Perahu karet ada dua tapi sudah rusak. Tidak dapat dipakai lagi dan kami simpan di Pos Lebih,” ujarnya.

Ketika ada kejadian atau melaksanakan evakuasi pihaknya pun lebih sering meminjam di instansi terkait. Mulai dari BPBD Provinsi, Basarnas, maupun Pol Air.

“Kalau prosedurnya memang harus ada perahu karet, sementara yang ada saat ini baru cube rescue, papan surfing beberapa, dan itu pun masih kurang,” jelasnya.

Diakui pula, untuk tanda larangan di sejumlah titik rawan juga belum terpasang. “Tanda larangan juga beberapa titik rawan belum ada,” imbuhnya.

Dharma Jati menambahkan, ketika melakukan penyelamatan terlebih dahulu biasanya memanfaatkan perahu tradisional milik nelayan setempat.

Dari empat pos Balawista yang ada rata-rata lokasi perahu nelayan cukup gampang dipinjam ketika melakukan penanganan yang sifatnya mendadak.

Sementara untuk tindaklanjut dari kekurangan alat tersebut, Dharma Jati mengaku akan mencoba mengusulkan ke pemerintah Kabupaten maupun ke Pusat. 

“Lebih sering mereka (petugas, red) meminjam dari nelayan. Terlebih anggota juga beberapa memang pekerjaannya nelayan,” pungkasnya.

GIANYAR – Bentang pantai Gianyar yang panjang rupanya belum didukung dengan perlengkapan penyelamatan memadai.

Petugas Badan Penyelamat Wisata Tirta (Balawista) Kabupaten Gianyar kekurangan alat yang digunakan untuk melakukan penyelamatan.

Bahkan, perahu sampai harus meminjam milik nelayan. Di sepanjang Pantai Gianyar, ada empat pos Balawista. Terdiri dari Pos Lebih; Pos Masceti; Pos Saba, dan Pos Purnama.

Menurut informasi, alat penyelamatan di pos itu belum lengkap. Terdiri dari cube rescue (pelampung), papan surfing rescue (papan selancar), hingga perahu karet.

Alat-alat tersebut memang sudah ada, namun perahu karet rusak. Bahkan alat rescue lainnya jumlahnya terbatas.

Apalagi bentangan pantai di Gianyar cukup luas. Membentang dari barat di Pantai Lembeng di Kecamatan Sukawati hingga ke timur Pantai Siyut, Kecamatan Gianyar.

Apabila mendesak, petugas terpaksa meminjam perahu nelayan yang ada di sekitar lokasi kejadian.

Kebetulan, ada anggota Balawista yang merangkap menjadi nelayan.

Selain peralatan, tanda larangan berenang ada yang belum dipasang. Dengan alat seadanya, petugas Balawista hanya dapat melaksanakan tugas dalam penanganan awal saat ada kejadian.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gianyar, Ngakan Dharma Jati, membenarkan kondisi tersebut. Peralatan yang ada saat ini tergolong sangat terbatas.

“Yang di Balawista dari segi peralatan memang pas-pasan. Perahu karet ada dua tapi sudah rusak. Tidak dapat dipakai lagi dan kami simpan di Pos Lebih,” ujarnya.

Ketika ada kejadian atau melaksanakan evakuasi pihaknya pun lebih sering meminjam di instansi terkait. Mulai dari BPBD Provinsi, Basarnas, maupun Pol Air.

“Kalau prosedurnya memang harus ada perahu karet, sementara yang ada saat ini baru cube rescue, papan surfing beberapa, dan itu pun masih kurang,” jelasnya.

Diakui pula, untuk tanda larangan di sejumlah titik rawan juga belum terpasang. “Tanda larangan juga beberapa titik rawan belum ada,” imbuhnya.

Dharma Jati menambahkan, ketika melakukan penyelamatan terlebih dahulu biasanya memanfaatkan perahu tradisional milik nelayan setempat.

Dari empat pos Balawista yang ada rata-rata lokasi perahu nelayan cukup gampang dipinjam ketika melakukan penanganan yang sifatnya mendadak.

Sementara untuk tindaklanjut dari kekurangan alat tersebut, Dharma Jati mengaku akan mencoba mengusulkan ke pemerintah Kabupaten maupun ke Pusat. 

“Lebih sering mereka (petugas, red) meminjam dari nelayan. Terlebih anggota juga beberapa memang pekerjaannya nelayan,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/