29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:37 AM WIB

Baru Datang dari Zona Merah di Jawa, Dua Sopir Langsung Dikarantina

GEROKGAK – Dua desa di wilayah Kecamatan Gerokgak, Buleleng kini telah mulai melakukan karantina bagi sopir yang baru datang dari perjalanan ke luar Bali ke daerah zona merah penyebaran Covid-19.

Dua desa tersebut yakni Desa Pengulon dan Desa Tukad Sumaga. “Baru satu orang sopir yang kami karantina. Sopir tersebut baru datang dari Jakarta,” kata Pebekel Pengulon I Made Juliana kemarin.

Menurutnya, karantina bagi sopir dilakukan oleh pihak desa. Setelah pihak desa bersama dengan relawan Covid-19 di desa

melakukan pendataan dan mengimbau masyarakat yang berprofesi sebagai sopir antar pulau memeriksakan kesehatan mereka.

Dari hasil turun ke lapangan pihaknya mendapat empat orang warga desa yang bekerja sebagai sopir angkutan barang yang baru tiba di desa setelah mereka mengakut barang ke luar Bali.

“Empat sopir, tiga diantaranya tidak melakukan perjalanan ke zona merah dan satu sopir melakukan perjalanan ke zona merah,” ucapnya.

Keempat sopir sudah dicek kesehatan. Mereka dalam kondisi kesehatan dan tidak menunjukkan gejala-gejala yang mengarah ke Covid-19.

Tetapi satu sopir karena perjalanan ke Jakarta tetap dilakukan karantina sesuai dengan protocol kesehatan penanganan Covid-19.

“Sopir tersebut kami karantina di gedung sekolah PAUD desa selama 14 hari,” ujarnya. Untuk pembiayaan dan kebutuhan sehari-hari sopir selama proses karantina ditanggung pemerintah desa.

Sedangkan selama masa karatina diawasi oleh relawan Covid-19 dan pecalang desa. Sementara itu, di Desa Tukad Sumaga seorang sopir yang baru saja pulang dari daerah Bondowoso, Jawa Timur dilakukan karantina.

Sopir tersebut dikarantina setelah mengalami suhu panas tinggi saat dilakukan pengecekan kesehatan.

“Sekarang kami masih karantina sopir tersebut di SDN 3 Tukad Sumaga,” kata Sekdes Desa Tukad Sumaga Kadek Kutara.

Dia menambahkan, sudah ada 8 orang sopir di desa yang terdata melakukan perjalanan keluar Bali. Namun, baru satu orang yang menjalani karantina.

Sisanya di karantina di rumah masing-masing. Karena mereka tidak melakukan perjalanan ke zona merah penyebaran Covid-19 dan dalam kondisi sehat.

Untuk para sopir di desa yang akan kembali berangkat bekerja mengangkut barang, pihaknya juga akan mengcek kesehatan

mereka kembali dan harus mendapat rekomendasi dari pihak kesehatan atau puskemas bahwa mereka bebas dari Covid-19.

“Setelah dinyatakan aman baru bisa bekerja kembali,” pungkasnya. Sebelumnya Camat Gerokgak Made Juartawan telah menginformasikan kepada seluruh perbekel

dan Satgas Gontong Royong Penanganan Covid-19 di seluruh desa untuk mengkarantina para sopir yang bekerja membawa muatan barang keluar daerah Bali.

Para sopir yang dikarantina khusus yang menuju ke daerah masuk zona merah luar Bali. Hal itu dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 melalui transmisi lokal. 

GEROKGAK – Dua desa di wilayah Kecamatan Gerokgak, Buleleng kini telah mulai melakukan karantina bagi sopir yang baru datang dari perjalanan ke luar Bali ke daerah zona merah penyebaran Covid-19.

Dua desa tersebut yakni Desa Pengulon dan Desa Tukad Sumaga. “Baru satu orang sopir yang kami karantina. Sopir tersebut baru datang dari Jakarta,” kata Pebekel Pengulon I Made Juliana kemarin.

Menurutnya, karantina bagi sopir dilakukan oleh pihak desa. Setelah pihak desa bersama dengan relawan Covid-19 di desa

melakukan pendataan dan mengimbau masyarakat yang berprofesi sebagai sopir antar pulau memeriksakan kesehatan mereka.

Dari hasil turun ke lapangan pihaknya mendapat empat orang warga desa yang bekerja sebagai sopir angkutan barang yang baru tiba di desa setelah mereka mengakut barang ke luar Bali.

“Empat sopir, tiga diantaranya tidak melakukan perjalanan ke zona merah dan satu sopir melakukan perjalanan ke zona merah,” ucapnya.

Keempat sopir sudah dicek kesehatan. Mereka dalam kondisi kesehatan dan tidak menunjukkan gejala-gejala yang mengarah ke Covid-19.

Tetapi satu sopir karena perjalanan ke Jakarta tetap dilakukan karantina sesuai dengan protocol kesehatan penanganan Covid-19.

“Sopir tersebut kami karantina di gedung sekolah PAUD desa selama 14 hari,” ujarnya. Untuk pembiayaan dan kebutuhan sehari-hari sopir selama proses karantina ditanggung pemerintah desa.

Sedangkan selama masa karatina diawasi oleh relawan Covid-19 dan pecalang desa. Sementara itu, di Desa Tukad Sumaga seorang sopir yang baru saja pulang dari daerah Bondowoso, Jawa Timur dilakukan karantina.

Sopir tersebut dikarantina setelah mengalami suhu panas tinggi saat dilakukan pengecekan kesehatan.

“Sekarang kami masih karantina sopir tersebut di SDN 3 Tukad Sumaga,” kata Sekdes Desa Tukad Sumaga Kadek Kutara.

Dia menambahkan, sudah ada 8 orang sopir di desa yang terdata melakukan perjalanan keluar Bali. Namun, baru satu orang yang menjalani karantina.

Sisanya di karantina di rumah masing-masing. Karena mereka tidak melakukan perjalanan ke zona merah penyebaran Covid-19 dan dalam kondisi sehat.

Untuk para sopir di desa yang akan kembali berangkat bekerja mengangkut barang, pihaknya juga akan mengcek kesehatan

mereka kembali dan harus mendapat rekomendasi dari pihak kesehatan atau puskemas bahwa mereka bebas dari Covid-19.

“Setelah dinyatakan aman baru bisa bekerja kembali,” pungkasnya. Sebelumnya Camat Gerokgak Made Juartawan telah menginformasikan kepada seluruh perbekel

dan Satgas Gontong Royong Penanganan Covid-19 di seluruh desa untuk mengkarantina para sopir yang bekerja membawa muatan barang keluar daerah Bali.

Para sopir yang dikarantina khusus yang menuju ke daerah masuk zona merah luar Bali. Hal itu dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 melalui transmisi lokal. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/