GEROKGAK – Penyebaran wabah corona virus diseases (Covid-19) melumpuhkan sendi-sendi perekonomian global. Tak luput dengan Bali.
Ribuan karyawan di PHK dan dirumahkan perusahaan tempatnya bekerja. Akhirnya beragam cara dilakukan untuk bisa bertahan hidup.
Seperti yang dilakukan emak-emak di sekitar Pelabuhan Celukan Bawang, Gerokgak, Buleleng. Mereka rela mengumpulkan serpihan semen dan pupuk yang jatuh dari bak-bak truk.
Material sisa semen dan pupuk setelah mereka kumpulkan lalu dijual dengan harga yang disepakati dengan pembeli.
Seperti itulah yang dilakukan oleh salah seorang ibu rumah tangga Ni Nyoman Wari, asal Banjar Dinas Tegalantang, Desa Pengulon bersama ibu-ibu rumah tangga lainnya.
Meski ditengah mewabahnya virus corona, tak sedikit pun rasa khawatir muncul dibenak mereka. Mereka tetap bekerja layaknya hari biasa.
“Dulu waktu anak masih sempat bekerja di pariwisata, ya anak saya yang menghidupi. Tapi, setelah anak saya di PHK karena dampak corona,
saya harus ikut bekerja untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari,” tutur Ni Nyoman Wari saat ditemui di dermaga bongkar muat pelabuhan Celukan Bawang kemarin.
Diakuinya, pekerjaan mengumpulkan sisa semen-semen dan pupuk dia lakukan karena tak ada lagi pekerjaan lain yang dapat dilakukan.
Selain itu karena ada ajakan ibu-ibu rumah tangga di desanya. “Sekarang pekerjaan kasar seperti ini saya lakukan karena tuntutan ekonomi yang sulit
dan tidak ada pekerjaan lain. Suami saya memang bekerja tetapi hasilnya tidak cukup. Sehingga saya pun harus bekerja,” ucapnya.
Kalau setiap hari perempuan berusia 60 tahun ini bisa mengumpulkan sisa-sisa semen rata-rata satu sak sampai dua sak semen.
Kadang kala juga tidak menentu. Tergantung dari bongkaran semen berada di kapal. Sedangkan untuk harga persak semen ia jual sebesar Rp 50 ribu.
“Kalau untuk pupuk persatu sak Rp 80 ribu saya jual di masyarakat petani di desa,” ujar Ni Nyoman Wari lagi.
Disinggung perihal virus Covid-19 apakah tidak khawatir, Nyoman Wari mengaku perasaan khawatir jelas ada.
Namun, ia tetap berhati-hati dan tak lupa mengikuti anjuran pemerintah ketika bekerja harus tetap menggunakan masker.
Mirisnya, meski dalam kondisi papa, Nyoman Wari mengaku belum mendapat bantauan sembako dari pemerintah.
Kendati masuk dalam keluarga miskin di desa. “Di desa saya belum kebagian sembako,” pungkasnya.