29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:09 AM WIB

Duh, Pusat Pangkas Jatah Pupuk Bersubsidi, Kuota untuk Petani Dipermak

RadarBali.com – Jatah pupuk bersubsidi untuk Kabupaten Gianyar berkurang dari tahun sebelumnya. Akibat pengurangan kouta pupuk bersubsidi ini tiga kecamatan di Gianyar

yaitu Kecamatan Sukawati, Kecamatan Blahbatuh dan Kecamatan Gianyar mengalami kekosongan stok pupuk jenis NPK bersubsidi.

Kepala Bidang Subak Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar, I Nyoman Tri Budi Artanto, menyatakan jatah pupuk NPK untuk padi berusia 15-45 hari dipotong oleh pemerintah pusat.

“Itu dari pusat,” ujar Tri Budi Artanto kemarin (23/10). Pihak Dinas Pertanian Gianyar pun tengah melakukan koordinasi untuk mencari jalan keluarnya.

Dijelaskan Tri Budi Artanto, anggaran pupuk subsidi tahun 2018 akan turun pada Desember 2017 mendatang. Sehingga kebutuhan pupuk akan kembali normal di bulan Januari 2018.

“Jadi sampai akhir tahun 2017 nanti petani ada yang tidak dapat pupuk NPK subsidi. Disarankan memakai urea dulu,” pintanya. 

Berkurangnya jatah pupuk subsidi untuk daerah Gianyar tentu berpengaruh pada masa tanam. Periode masa tanam di Gianyar berlangsung Oktober-Maret dan April-September.

“Bulan Oktober ini memasuki musim tanam dan kebutuhan pupuk urea dan NPK tinggi di bulan-bulan ini,” jelasnya.

Lanjut Budi Artanto, penurunan kouta pupuk subsidi tidak hanya pada pupuk NPK saja, tetapi pupuk lain seperti Urea, ZA, dan Sp36.

Meski terjadi pengurangan hanya NPK yang mengalami penipisan stok bahkan habis di tiga kecamatan.

“Kalau serapan pupuk SP36 di Gianyar memang kecil karena tidak banyak tanaman perkebunan. Paling banyak itu pupuk NPK dan urea. Untuk urea masih aman hingga akhir tahun,” jelasnya.

Karena belum mendapatkan jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan pupuk subsidi NPK ini, petani yang sudah menanam disarankan memakai urea.

Diakui Budi Artanto, jika membeli pupuk non subsidi akan sangat berat bagi petani. Sebab harga NPK non subsidi sekitar Rp 495 ribu per 50 kilogram (kg). Berbeda dengan pupuk subsidi hanya membayar Rp 115 ribu per 50 kg.

Pengurangan kouta pupuk sendiri diduga karena pusat menilai serapan pupuk Bali tidak memenuhi target atau kouta yang diajukan.

Agar tidak terulang lagi, Dinas Pertanian Gianyar mendorong petani untuk melakukan penanaman secara signifikan dan membuat pengajuan pupuk lebih tinggi dari tahun 2016.

Berdasar data kebutuhan pupuk NPK bersubsidi terjadi penurunan sekitar 15 persen dari tahun sebelumnya.

Pada tahun 2016 kouta pupuk NPK bersubsidi 2991 ton. Kuota itu tersebar di seluruh kecamatan, diantaranya Kecamatan Gianyar memperoleh 355 ton;

Blahbatuh 516 ton; Sukawati 608 ton; Ubud 541 ton; Payangan 480 ton; Tegalalang 290 ton; dan Tampaksiring 201 ton.

Sementara tahun 2017, kouta pupuk NPK bersubsidi menjadi 2550 ton. Di Gianyar memperoleh jatah 309 ton; Blahbatuh 465 ton;

Sukawati 557 ton; Ubud 459 ton; Payangan 363 ton; Tegalalang 273 ton; dan Tampaksiring 124 ton. 

RadarBali.com – Jatah pupuk bersubsidi untuk Kabupaten Gianyar berkurang dari tahun sebelumnya. Akibat pengurangan kouta pupuk bersubsidi ini tiga kecamatan di Gianyar

yaitu Kecamatan Sukawati, Kecamatan Blahbatuh dan Kecamatan Gianyar mengalami kekosongan stok pupuk jenis NPK bersubsidi.

Kepala Bidang Subak Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar, I Nyoman Tri Budi Artanto, menyatakan jatah pupuk NPK untuk padi berusia 15-45 hari dipotong oleh pemerintah pusat.

“Itu dari pusat,” ujar Tri Budi Artanto kemarin (23/10). Pihak Dinas Pertanian Gianyar pun tengah melakukan koordinasi untuk mencari jalan keluarnya.

Dijelaskan Tri Budi Artanto, anggaran pupuk subsidi tahun 2018 akan turun pada Desember 2017 mendatang. Sehingga kebutuhan pupuk akan kembali normal di bulan Januari 2018.

“Jadi sampai akhir tahun 2017 nanti petani ada yang tidak dapat pupuk NPK subsidi. Disarankan memakai urea dulu,” pintanya. 

Berkurangnya jatah pupuk subsidi untuk daerah Gianyar tentu berpengaruh pada masa tanam. Periode masa tanam di Gianyar berlangsung Oktober-Maret dan April-September.

“Bulan Oktober ini memasuki musim tanam dan kebutuhan pupuk urea dan NPK tinggi di bulan-bulan ini,” jelasnya.

Lanjut Budi Artanto, penurunan kouta pupuk subsidi tidak hanya pada pupuk NPK saja, tetapi pupuk lain seperti Urea, ZA, dan Sp36.

Meski terjadi pengurangan hanya NPK yang mengalami penipisan stok bahkan habis di tiga kecamatan.

“Kalau serapan pupuk SP36 di Gianyar memang kecil karena tidak banyak tanaman perkebunan. Paling banyak itu pupuk NPK dan urea. Untuk urea masih aman hingga akhir tahun,” jelasnya.

Karena belum mendapatkan jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan pupuk subsidi NPK ini, petani yang sudah menanam disarankan memakai urea.

Diakui Budi Artanto, jika membeli pupuk non subsidi akan sangat berat bagi petani. Sebab harga NPK non subsidi sekitar Rp 495 ribu per 50 kilogram (kg). Berbeda dengan pupuk subsidi hanya membayar Rp 115 ribu per 50 kg.

Pengurangan kouta pupuk sendiri diduga karena pusat menilai serapan pupuk Bali tidak memenuhi target atau kouta yang diajukan.

Agar tidak terulang lagi, Dinas Pertanian Gianyar mendorong petani untuk melakukan penanaman secara signifikan dan membuat pengajuan pupuk lebih tinggi dari tahun 2016.

Berdasar data kebutuhan pupuk NPK bersubsidi terjadi penurunan sekitar 15 persen dari tahun sebelumnya.

Pada tahun 2016 kouta pupuk NPK bersubsidi 2991 ton. Kuota itu tersebar di seluruh kecamatan, diantaranya Kecamatan Gianyar memperoleh 355 ton;

Blahbatuh 516 ton; Sukawati 608 ton; Ubud 541 ton; Payangan 480 ton; Tegalalang 290 ton; dan Tampaksiring 201 ton.

Sementara tahun 2017, kouta pupuk NPK bersubsidi menjadi 2550 ton. Di Gianyar memperoleh jatah 309 ton; Blahbatuh 465 ton;

Sukawati 557 ton; Ubud 459 ton; Payangan 363 ton; Tegalalang 273 ton; dan Tampaksiring 124 ton. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/