27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 8:18 AM WIB

Memulung Untuk Hidup, Satu Per Satu Keluarga Meninggal Karena Sakit

 

Kehidupan Ni Nyoman Domi,58,  keluarga miskin yang tinggal di Banjar Tinusan, Desa Banjar Tengah, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali ini benar-benar sangat memprihatinkan.

Selain harus hidup memulung barang rongsokan atau baran bekas, anggota keluarganya juga meninggal satu per satu karena sakit. Seperti apa?

 

ANOM SUARDANA, Negara

 

Miris! Begitulah saat Jawa Pos Radar Bali menginjakkan kaki di rumah Nyoman Domi.

 

Saat ditemui dirumahnya, perempuan 58 tahun ini mengaku tidak bisa berbuat banyak dengan kehidupan yang ia alami.

 

Domi yang sudah tua, hanya bisa memulung barang bekas untuk bisa menyambung hidup keluarganya.

 

Dia terpaksa menjadi pemulung karena tidak adalagi pekerjaan yang bisa dilakukan dan tidak ada lagi anggota keluarganya yang bisa diharapkan menjadi tulang punggung.

 

“Dulu kami buka warung kecil-kecilan di rumah ini. Tetapi sekarang tidak bisa lagi karena tidak ada modal. Untuk makan saja susah,” ujar Domi Jumat (12/4).

 

Kata Domi, kehidupan sulit yang mereka alami itu terjadi sejak dua tahun lalu.

 

Saat itu, anak laki-laki pertamanya Putu Arya Artawan, jatuh sakit. Karena keterbatasan biaya sakit yang dialami anaknya itu semakin lama semakin parah dan akhirnya meninggal dunia.

 

Meninggalnya Artawan, menambah beban keluarga Domi. Ini karena saat meninggal, Artawan meninggalkan empat anak. Dua anak dari istri pertama Artawan yang kini duduk di bangku SMP dan dua anak lagi dari istri keduanya Putu Ardani.

 

“Dua cucu saya yang SMP saya yang mengasuh sementara yang dua diasuh oleh ibunya sendiri,” ungkapnya.

 

Setelah anak pertamanya meninggal istri keduanya Putu Ardani juga sakit dan tubuhnya makin kurus. Ardani memang masih bisa bekerja tetapi hanya sebagai pemulung.

 

Setahun kemudian, giliran suaminya Ketut Suelem, yang jatuh sakit. Sakit yang dialami Suelem juga semakin lama semakian parah dan akhirnya meninggal dunia setahun lalu.

 

Derita yang dialami Domi terus berlanjut. Ditengah kesulitan ekonomi yang dialami, anak sejak beberapa bulan lalu anak ketiganta Komang Ardi Mertayasa,30, jatuh sakit. Semakin lama sakit yang dialami Mertayasa semakin parah dan kini tubuhnya semakin lemah dan kurus tinggal tulang dibalut kulit saja.

 

 ” Kami sudah tidak punya apa-apa lagi. Tidak ada lagi yang bekerja. Saya tidak punya biaya untuk mengobati anak saya  lebih maksimal lagi,” ungkapnya.

 

Petugas medis dari Puskesmas memang sering datang mengecek kondisi anaknya yang sakit dan sudah memiliki kartu KIS itu.

 

Domi mengaku selama ini untuk hidup hanya mengandalkan hidup dari belas kasihan kerabat dan orang lain dan berusaha memulung.

 

“Kami hanya punya rumah ini saja. Tidak punya apa-apa lagi. Kami berharap mendapat bantuan sembako rutin untuk menunjang kehidupannya dan cucu saya yang yatim serta bantuan pengobatan untuk anak saya yang sakit,” harapnya.

 

Sementara itu Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan mengaku sudah meminta Dinas Sosial melakukan pengecekan ke keluarga tersebut.

 

 “Kami cek dulu seperti apa kondisi ekonomi mereka. Jika memang benar-benar tidak mampu maka kami akan masukkan ke buku merah. Kami juga  telusuri dulu kenapa sampai belum masuk daftar KK miskin. Untuk yang sakit sudah rutin dikontrol puskesmas,”tukasnya.

 

Kehidupan Ni Nyoman Domi,58,  keluarga miskin yang tinggal di Banjar Tinusan, Desa Banjar Tengah, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali ini benar-benar sangat memprihatinkan.

Selain harus hidup memulung barang rongsokan atau baran bekas, anggota keluarganya juga meninggal satu per satu karena sakit. Seperti apa?

 

ANOM SUARDANA, Negara

 

Miris! Begitulah saat Jawa Pos Radar Bali menginjakkan kaki di rumah Nyoman Domi.

 

Saat ditemui dirumahnya, perempuan 58 tahun ini mengaku tidak bisa berbuat banyak dengan kehidupan yang ia alami.

 

Domi yang sudah tua, hanya bisa memulung barang bekas untuk bisa menyambung hidup keluarganya.

 

Dia terpaksa menjadi pemulung karena tidak adalagi pekerjaan yang bisa dilakukan dan tidak ada lagi anggota keluarganya yang bisa diharapkan menjadi tulang punggung.

 

“Dulu kami buka warung kecil-kecilan di rumah ini. Tetapi sekarang tidak bisa lagi karena tidak ada modal. Untuk makan saja susah,” ujar Domi Jumat (12/4).

 

Kata Domi, kehidupan sulit yang mereka alami itu terjadi sejak dua tahun lalu.

 

Saat itu, anak laki-laki pertamanya Putu Arya Artawan, jatuh sakit. Karena keterbatasan biaya sakit yang dialami anaknya itu semakin lama semakin parah dan akhirnya meninggal dunia.

 

Meninggalnya Artawan, menambah beban keluarga Domi. Ini karena saat meninggal, Artawan meninggalkan empat anak. Dua anak dari istri pertama Artawan yang kini duduk di bangku SMP dan dua anak lagi dari istri keduanya Putu Ardani.

 

“Dua cucu saya yang SMP saya yang mengasuh sementara yang dua diasuh oleh ibunya sendiri,” ungkapnya.

 

Setelah anak pertamanya meninggal istri keduanya Putu Ardani juga sakit dan tubuhnya makin kurus. Ardani memang masih bisa bekerja tetapi hanya sebagai pemulung.

 

Setahun kemudian, giliran suaminya Ketut Suelem, yang jatuh sakit. Sakit yang dialami Suelem juga semakin lama semakian parah dan akhirnya meninggal dunia setahun lalu.

 

Derita yang dialami Domi terus berlanjut. Ditengah kesulitan ekonomi yang dialami, anak sejak beberapa bulan lalu anak ketiganta Komang Ardi Mertayasa,30, jatuh sakit. Semakin lama sakit yang dialami Mertayasa semakin parah dan kini tubuhnya semakin lemah dan kurus tinggal tulang dibalut kulit saja.

 

 ” Kami sudah tidak punya apa-apa lagi. Tidak ada lagi yang bekerja. Saya tidak punya biaya untuk mengobati anak saya  lebih maksimal lagi,” ungkapnya.

 

Petugas medis dari Puskesmas memang sering datang mengecek kondisi anaknya yang sakit dan sudah memiliki kartu KIS itu.

 

Domi mengaku selama ini untuk hidup hanya mengandalkan hidup dari belas kasihan kerabat dan orang lain dan berusaha memulung.

 

“Kami hanya punya rumah ini saja. Tidak punya apa-apa lagi. Kami berharap mendapat bantuan sembako rutin untuk menunjang kehidupannya dan cucu saya yang yatim serta bantuan pengobatan untuk anak saya yang sakit,” harapnya.

 

Sementara itu Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan mengaku sudah meminta Dinas Sosial melakukan pengecekan ke keluarga tersebut.

 

 “Kami cek dulu seperti apa kondisi ekonomi mereka. Jika memang benar-benar tidak mampu maka kami akan masukkan ke buku merah. Kami juga  telusuri dulu kenapa sampai belum masuk daftar KK miskin. Untuk yang sakit sudah rutin dikontrol puskesmas,”tukasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/