29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:27 AM WIB

Anak Punk Lolos ke Bali Tanpa Identitas, Pengakuannya Bikin Geli…

RadarBali.com –  Lemahnya pengawasan di jalur keluar pelabuhan Gilimanuk sering dimanfaatkan oleh pendatang tanpa identitas.

Mereka bisa dengan mudah lolos karena ada celah di pagar pembatas pelabuhan dengan areal Pura Segara serta tidak adanya petugas yang melakukan pengawasan.

Lemahnya pengawasan itu terlihat dari lolosnya 20 orang anak punk dari Jawa yang tidak membawa identitas masuk ke Gilimanuk.

Mereka bisa lolos melalui pagar  di ujung dermaga LCM pada Rabu (22/11) sekitar pukul 23.00.

Anak –anak punk yang sebagian besar masih di bawah umur itu keluar pelabuhan dengan menyelinap melalui ujung pagar besi yang roboh dan saat itu air laut sedang surut.

Setelah berhasil masuk melalui jalan tikus itu, mereka kemudian menyusuri pinggiran pantai patung Siwa sehingga tidak terpantau oleh petugas pemeriksaan KTP yang berada di terminal Gilimanuk.

Beruntung aparat kelurahan Gilimanuk bersama Babinkamtibmas melihat mereka saat ngumpul di Patung Siwa, Kamis 23/11) kemarin.

Mereka kemudian digiring ke pos pemeriksaan KTP untuk didata. Anak-anak punk yang dua diantaranya perempuan itu berasal dari wilayah Jawa Timur seperti Banyuwangi, Pasuruan, dan Probolingo dengan usia mulai dari 13 tahun sampai 23 tahun.

“Kami keluar pelabuhan melalui celah pagar di dermaga LCM itu karena saat itu air surut sehingga bisa berjalan di atas batu senderan,” ujar Ratna,20, anak punk perempuan asal Srono, Banyuwangi.

Mereka mengaku datang ke Bali agar tahu Bali dan untuk makan mereka mengamen di Gilimanuk. “Kami hanya ingin tahu Bali sambil mengamen untuk makan,” ujar Robi,20, asal Seragen.

Setelah didata  dan diberikan pembinaan mereka kemudian dipulangkan ke Jawa. “Atas kesepakatan, mereka kita pulangkan ke daerah asalnya.

Sebagian besar memang masih di bawah umur dan belum memiliki KTP,” ujar Sekretaris Lurah Gilimanuk, I.B Tony Wirahadikusuma.

Menurutnya, anak-anak punk itu jika dibiarkan berkeliaran, bisa mengganggu keamanan dan ketertiban.

Manager Usaha PT. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry unit Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk, Heru Wahyono mengatakan,

pihaknya akan berkoordinasi dengan Pelabuhan Penyeberangan Ketapang agar lebih intens menyampaikan informasi terkait adanya penumpang ilegal yang lolos dari Ketapang menuju Gilimanuk.

Begitu juga dengan stakeholder lainnya agar segera melapor jika ada penumpang ilegal sehingga bisa diantisipasi dengan mengawasi jalur-jalur tikus di Pelabuhan.

“Celah di ujung pagar Pura Segara itu rencananya akan kami tutup, tapi urung karena situasinya sulit. Saat air surut memang bisa keluar lewat jalur itu,” ujarnya.

RadarBali.com –  Lemahnya pengawasan di jalur keluar pelabuhan Gilimanuk sering dimanfaatkan oleh pendatang tanpa identitas.

Mereka bisa dengan mudah lolos karena ada celah di pagar pembatas pelabuhan dengan areal Pura Segara serta tidak adanya petugas yang melakukan pengawasan.

Lemahnya pengawasan itu terlihat dari lolosnya 20 orang anak punk dari Jawa yang tidak membawa identitas masuk ke Gilimanuk.

Mereka bisa lolos melalui pagar  di ujung dermaga LCM pada Rabu (22/11) sekitar pukul 23.00.

Anak –anak punk yang sebagian besar masih di bawah umur itu keluar pelabuhan dengan menyelinap melalui ujung pagar besi yang roboh dan saat itu air laut sedang surut.

Setelah berhasil masuk melalui jalan tikus itu, mereka kemudian menyusuri pinggiran pantai patung Siwa sehingga tidak terpantau oleh petugas pemeriksaan KTP yang berada di terminal Gilimanuk.

Beruntung aparat kelurahan Gilimanuk bersama Babinkamtibmas melihat mereka saat ngumpul di Patung Siwa, Kamis 23/11) kemarin.

Mereka kemudian digiring ke pos pemeriksaan KTP untuk didata. Anak-anak punk yang dua diantaranya perempuan itu berasal dari wilayah Jawa Timur seperti Banyuwangi, Pasuruan, dan Probolingo dengan usia mulai dari 13 tahun sampai 23 tahun.

“Kami keluar pelabuhan melalui celah pagar di dermaga LCM itu karena saat itu air surut sehingga bisa berjalan di atas batu senderan,” ujar Ratna,20, anak punk perempuan asal Srono, Banyuwangi.

Mereka mengaku datang ke Bali agar tahu Bali dan untuk makan mereka mengamen di Gilimanuk. “Kami hanya ingin tahu Bali sambil mengamen untuk makan,” ujar Robi,20, asal Seragen.

Setelah didata  dan diberikan pembinaan mereka kemudian dipulangkan ke Jawa. “Atas kesepakatan, mereka kita pulangkan ke daerah asalnya.

Sebagian besar memang masih di bawah umur dan belum memiliki KTP,” ujar Sekretaris Lurah Gilimanuk, I.B Tony Wirahadikusuma.

Menurutnya, anak-anak punk itu jika dibiarkan berkeliaran, bisa mengganggu keamanan dan ketertiban.

Manager Usaha PT. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry unit Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk, Heru Wahyono mengatakan,

pihaknya akan berkoordinasi dengan Pelabuhan Penyeberangan Ketapang agar lebih intens menyampaikan informasi terkait adanya penumpang ilegal yang lolos dari Ketapang menuju Gilimanuk.

Begitu juga dengan stakeholder lainnya agar segera melapor jika ada penumpang ilegal sehingga bisa diantisipasi dengan mengawasi jalur-jalur tikus di Pelabuhan.

“Celah di ujung pagar Pura Segara itu rencananya akan kami tutup, tapi urung karena situasinya sulit. Saat air surut memang bisa keluar lewat jalur itu,” ujarnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/