RadarBali.com – Meski intensitas terus naik, namun secara kasat mata Gunung Agung masih terlihat tenang.
Kondisi ini membuat pengungsi banyak yang tak percaya Gunung Agung bakal meletus. Namun, Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani meminta masyarakat tak terkecoh.
Sebab, jika dilihat tragedi 1963 silam, Gunung Agung meletus juga terlihat tenang sebelum erupsi. Namun, saat meletus Gunung Agung sangat eksplosif.
Saking eksplosifnya, daya ledakan 1963 sepuluh kali lebih besar dibandingkan erupsi Gunung Merapi di Jogjakarta 2010 silam.
“Sekarang kami belum bisa prediksi, apakah letusannya sama seperti 1963 atau lebih kecil atau lebih besar,” tukas pria asal Banyuwangi, Jawa Timur itu.
Yang perlu diwaspadai menurut Kasbani, warga harus menjauhi kawasan puncak hingga radius 9 km. Pasalnya, saat erupsi Gunung Agung memuntahkan batu pijar, batu pasir, lahar, lava, magma, hingga wedus gembel atau awan panas.
PVMBG sendiri bisa memperluas Kawasan Rawan Bencana (KRB) hingga radius 12 km lebih. Saat ini KRB paling berbahaya yaitu KRB III yang berada di radius 6 km dari puncak Gunung Agung.
“Kami juga sedang bersosialisasi tentang kemungkinan daerah yang dilalui awan panas,” imbuhnya.
Kasbani meminta bantuan pemerintah daerah mengevakuasi dan mengawasi warganya agar tidak mendekati KRB.
Kembali disinggung potensi Gunung Agung batal erupsi, Kasbani tidak berani memastikan. Ditegaskan, berdasar indikasi alam yang sudah terjadi, potensi erupsi cukup besar.
“Intinya sekarang sedang proses erupsi. Kami berusaha meminimalkan korban. Tolong semua masyarakat taati imbauan pemerintah,” tukasnya.