29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 0:55 AM WIB

Kerauhan, Krama Tertusuk Keris Saat Ritual Ngurek di Pura Dalem

SINGARAJA –Ritual ngurek nyaris meminta tumbal nyawa lagi di Buleleng.  

 

Seorang warga yang mengikuti piodalan di Pura Dalem Purwa, Desa Pekraman, Penglatan, Selasa (23/10) pukul 14.30 siang nyaris tewas tertembus keris.

 

Beruntung aksi ini tak sampai fatal, meski mengalami luka tusuk, Nyawa korban masih bisa terselamatkan setelah mengobati sendiri dengan ramuan tradisional.

 

Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, insiden saat ngurek, ini berawal dari salah

seorang krama desa, Gede Winasa alias Gede Badung, 63, mengalami karauhan.

 

Dalam kondisi tak sadarkan diri, ia merebut sebilah keris duwe pura dalem dan menancapkan di dada kiri. Keris itu sempat tertancap beberapa lama. Hingga kemudian Gede Badung terjatuh.

 

Saat tersadar, Gede Badung mendapati noda darah di dada kirinya.

 

Tahu dirinya terluka usai melakukan aksi ngurek, Badung memilih mengobati luka dengan ramuan tradisional yang diberikan pengempon pura.

 

Ia pun memilih pulang dan tidur di rumah.

 

Namun sekitar pukul 17.30 ia terbangun karena merasa dadanya sakit.

 

Saat itu ia mendapati dadanya kembali mengeluarkan darah.

 

 Ia pun menyampaikan hal itu pada istrinya Nengah Utari. Ia pun langsung dilarikan ke RSUD Buleleng.

 

Saat dirawat di RSUD Buleleng, ia sempat menjalani perawatan penyeluruh.

 

Dari hasil pemeriksaan tim dokter, luka tusuk akibat peristiwa ngurek itu mencapai lima millimeter.

 

Beruntung luka tak terlalu dalam, sehingga tak mengenai organ vital.

 

Korban mendapat dua jaritan dan langsung diizinkan pulang.

 

Perbekel Penglatan, Nyoman Budarsa yang dihubungi sore kemarin mengatakan, saat kejadian darah Gede Winasa tak sampai menetes ke tanah.

 

Melainkan hanya berupa bercak di baju yang dikenakan Winasa.

 

Sehingga pihak desa belum berencana melakukan upacara khusus.

 

Budarsa menyebut keris yang digunakan krama saat ritual ngurek, memang keris duwe yang disimpan di arela pura.

 

Bahkan Gede Winasa pun sering mengalami kerauhan pada acara piodalan dan melakukan aksi ngurek itu.

 

“Mungkin keris yang digunakan sedikit meleset.

 

Korban sampai sekarang biasa-biasa saja.

 

Tadi masih ikut upacara di pura. Luka sedikit di bagian dada,” kata Nyoman Budarsa.

 

 

SINGARAJA –Ritual ngurek nyaris meminta tumbal nyawa lagi di Buleleng.  

 

Seorang warga yang mengikuti piodalan di Pura Dalem Purwa, Desa Pekraman, Penglatan, Selasa (23/10) pukul 14.30 siang nyaris tewas tertembus keris.

 

Beruntung aksi ini tak sampai fatal, meski mengalami luka tusuk, Nyawa korban masih bisa terselamatkan setelah mengobati sendiri dengan ramuan tradisional.

 

Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, insiden saat ngurek, ini berawal dari salah

seorang krama desa, Gede Winasa alias Gede Badung, 63, mengalami karauhan.

 

Dalam kondisi tak sadarkan diri, ia merebut sebilah keris duwe pura dalem dan menancapkan di dada kiri. Keris itu sempat tertancap beberapa lama. Hingga kemudian Gede Badung terjatuh.

 

Saat tersadar, Gede Badung mendapati noda darah di dada kirinya.

 

Tahu dirinya terluka usai melakukan aksi ngurek, Badung memilih mengobati luka dengan ramuan tradisional yang diberikan pengempon pura.

 

Ia pun memilih pulang dan tidur di rumah.

 

Namun sekitar pukul 17.30 ia terbangun karena merasa dadanya sakit.

 

Saat itu ia mendapati dadanya kembali mengeluarkan darah.

 

 Ia pun menyampaikan hal itu pada istrinya Nengah Utari. Ia pun langsung dilarikan ke RSUD Buleleng.

 

Saat dirawat di RSUD Buleleng, ia sempat menjalani perawatan penyeluruh.

 

Dari hasil pemeriksaan tim dokter, luka tusuk akibat peristiwa ngurek itu mencapai lima millimeter.

 

Beruntung luka tak terlalu dalam, sehingga tak mengenai organ vital.

 

Korban mendapat dua jaritan dan langsung diizinkan pulang.

 

Perbekel Penglatan, Nyoman Budarsa yang dihubungi sore kemarin mengatakan, saat kejadian darah Gede Winasa tak sampai menetes ke tanah.

 

Melainkan hanya berupa bercak di baju yang dikenakan Winasa.

 

Sehingga pihak desa belum berencana melakukan upacara khusus.

 

Budarsa menyebut keris yang digunakan krama saat ritual ngurek, memang keris duwe yang disimpan di arela pura.

 

Bahkan Gede Winasa pun sering mengalami kerauhan pada acara piodalan dan melakukan aksi ngurek itu.

 

“Mungkin keris yang digunakan sedikit meleset.

 

Korban sampai sekarang biasa-biasa saja.

 

Tadi masih ikut upacara di pura. Luka sedikit di bagian dada,” kata Nyoman Budarsa.

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/