31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 10:46 AM WIB

Mimih, Talang Air Rusak, Petani Begadang Sampai Pagi Demi Dapat Air

SEMARAPURA – Sampai saat ini petani di Kabupaten Klungkung masih menghadapi masalah air yang begitu pelik.

Tidak jarang mereka haru begadang dari malam hingga pagi demi sawahnya bisa teraliri air sehingga dapat bercocok tanam dengan baik.

Salah satu penyebab sulitnya petani mendapatkan air yang cukup untuk mengairi sawahnya, yakni akibat saluran irigasi yang mengalami kerusakan sehingga mempengaruhi debit air.

Namun karena keterbatasan anggaran, hanya tiga usulan rehabilitasi daerah irigasi (DI) dari Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Kawasan Pemukiman (PU-PRKP) Klungkung yang akan direalisasikan tahun ini.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Kawasan Pemukiman (PU-PRKP) Klungkung AA Gde Lesman, kemarin mengungkapkan, Dinas PU-PRKP Klungkung memiliki wewenang terhadap 21 DI dengan panjang 94 kilometer.

Adapun puluhan DI ini mengaliri sekitar 2.306 hektare lahan pertanian. “Tidak semuanya dalam kondisi baik. Ada yang rusak sedang dan ringan,” katanya.

Untuk perbaikan DI yang mengalami kerusakan, menurutnya, Dinas PU-PRKP Klungkung hanya bisa mengandalkan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Di tahun 2019 ini, Dinas PU-PRKP Klungkung mengusulkan sebanyak 6 DI yang mesti diperbaiki tahun ini dengan total anggaran sebesar Rp 5,6 miliar.

Yaitu DI Timuhun, Sengkiding, Tegehan, Aan Dangin Desa, Jero Kuta Kawan dan Aan Dauh Desa.

Hanya saja anggaran yang disetujui hanya sebesar Rp 3,6 miliar sehingga ada beberapa usulan yang tidak bisa direalisasikan tahun ini.

“Kami akhirnya harus melakukan sesuai skala prioritas,” ujarnya. Akhirnya dengan DAK 2019 sebesar Rp 3,6 miliar itu, usulan rehabilitasi DI Timuhun, Sengkiding dan Tegehan yang akan direalisasikan tahun ini.

Untuk DI Timuhun, rencananya akan dilakukan rehabilitasi sepanjang 616 meter dengan pagu anggaran sebesar Rp 1,5 miliar.

Kemudian DI Sengkiding rencananya akan dilakukan rehabilitasi sepanjang 547 meter dengan pagu anggaran sebesar Rp 1,04 miliar.

Di Tegehan rencananya akan dilakukan rehabilitasi sepanjang 729 meter dengan pagu anggaran sebesar Rp 1,034 miliar.

“Untuk DI Timuhun ini mengairi 97 hektare sawah. DI Sengkiding 39 hektare dan DI Tegehan mengaliri 55 hektare,” bebernya.

Dipilihnya tiga DI itu untuk dilakukan rehabilitasi tahun ini lantaran kondisinya banyak yang sudah rusak, bahkan air mulai keluar dari saluran irigasi tersebut.

Sehingga kondisi itu mulai mempengaruhi volume air. Sampai-sampai petani harus begadang dari malam hingga pagi gar bisa mendapatkan air untuk sawahnya.

“Di Sengkiding itu talangnya banyak yang bocor sehingga dipakai talang seng. Kekeringan sih tidak, namun petani harus begadang

agar sawahnya bisa mendapat air. Sudah tender dan rencananya 31 Mei ini pengumuman pemenang,” ujarnya. 

SEMARAPURA – Sampai saat ini petani di Kabupaten Klungkung masih menghadapi masalah air yang begitu pelik.

Tidak jarang mereka haru begadang dari malam hingga pagi demi sawahnya bisa teraliri air sehingga dapat bercocok tanam dengan baik.

Salah satu penyebab sulitnya petani mendapatkan air yang cukup untuk mengairi sawahnya, yakni akibat saluran irigasi yang mengalami kerusakan sehingga mempengaruhi debit air.

Namun karena keterbatasan anggaran, hanya tiga usulan rehabilitasi daerah irigasi (DI) dari Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Kawasan Pemukiman (PU-PRKP) Klungkung yang akan direalisasikan tahun ini.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Kawasan Pemukiman (PU-PRKP) Klungkung AA Gde Lesman, kemarin mengungkapkan, Dinas PU-PRKP Klungkung memiliki wewenang terhadap 21 DI dengan panjang 94 kilometer.

Adapun puluhan DI ini mengaliri sekitar 2.306 hektare lahan pertanian. “Tidak semuanya dalam kondisi baik. Ada yang rusak sedang dan ringan,” katanya.

Untuk perbaikan DI yang mengalami kerusakan, menurutnya, Dinas PU-PRKP Klungkung hanya bisa mengandalkan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Di tahun 2019 ini, Dinas PU-PRKP Klungkung mengusulkan sebanyak 6 DI yang mesti diperbaiki tahun ini dengan total anggaran sebesar Rp 5,6 miliar.

Yaitu DI Timuhun, Sengkiding, Tegehan, Aan Dangin Desa, Jero Kuta Kawan dan Aan Dauh Desa.

Hanya saja anggaran yang disetujui hanya sebesar Rp 3,6 miliar sehingga ada beberapa usulan yang tidak bisa direalisasikan tahun ini.

“Kami akhirnya harus melakukan sesuai skala prioritas,” ujarnya. Akhirnya dengan DAK 2019 sebesar Rp 3,6 miliar itu, usulan rehabilitasi DI Timuhun, Sengkiding dan Tegehan yang akan direalisasikan tahun ini.

Untuk DI Timuhun, rencananya akan dilakukan rehabilitasi sepanjang 616 meter dengan pagu anggaran sebesar Rp 1,5 miliar.

Kemudian DI Sengkiding rencananya akan dilakukan rehabilitasi sepanjang 547 meter dengan pagu anggaran sebesar Rp 1,04 miliar.

Di Tegehan rencananya akan dilakukan rehabilitasi sepanjang 729 meter dengan pagu anggaran sebesar Rp 1,034 miliar.

“Untuk DI Timuhun ini mengairi 97 hektare sawah. DI Sengkiding 39 hektare dan DI Tegehan mengaliri 55 hektare,” bebernya.

Dipilihnya tiga DI itu untuk dilakukan rehabilitasi tahun ini lantaran kondisinya banyak yang sudah rusak, bahkan air mulai keluar dari saluran irigasi tersebut.

Sehingga kondisi itu mulai mempengaruhi volume air. Sampai-sampai petani harus begadang dari malam hingga pagi gar bisa mendapatkan air untuk sawahnya.

“Di Sengkiding itu talangnya banyak yang bocor sehingga dipakai talang seng. Kekeringan sih tidak, namun petani harus begadang

agar sawahnya bisa mendapat air. Sudah tender dan rencananya 31 Mei ini pengumuman pemenang,” ujarnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/