RadarBali.com – Sejumlah tenaga pendidik yang selama ini masih bertahan di Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, akhirnya ikut mengungsi.
Pendidik-pendidik itu semula bertahan di rumah masing-masing, berharap masih bisa mengajar siswanya bila keadaan sudah membaik.
Seperti yang terlihat di Desa Ban, Karangasem, kemarin. Sekolah-sekolah terpaksa tutup, karena tidak ada siswa yang sekolah. Sebagian besar kini menempati tenda-tenda pengungsian.
Di Desa Ban sendiri, tercatat ada tujuh sekolah dasar dan dua SMP. Masing-masing SMP Negeri 4 Kubu dan SMP Negeri Satu Atap Ban.
Seluruh sekolah tutup, karena ditinggal mengungsi. Desa pun terlihat lengang, meski masih ada warga yang lalu lalang di sekitar desa.
Sejumlah guru yang semula bertahan di desa, akhirnya memilih ikut mengungsi. Salah seorang guru yang mengungsi adalah Gusti Bagus Parwata.
Guru Penjaskes di SMP Negeri Satu Atap Ban ini, akhirnya kemarin mengemasi barang-barang di tempat tinggalnya. Semua barang-barang ia bawa mengungsi ke Desa Tukadmungga, Buleleng.
Semula ia masih tinggal di mess yang ada di SDN 3 Ban. Tapi, karena siswa tak kunjung ada yang sekolah, akhirnya ia ikut mengungsi.
“Sebetulnya beberapa hari lalu saya ikut ngungsi. Tapi masih di sini, jaga-jaga ada anak yang sekolah atau tidak. Sampai hari ini sepi, ditinggal ngungsi. Akhirnya saya ikut mengungsi juga,” kata Parwata.
Parwata kini masih menunggu pemberitahuan dari Dinas Pendidikan Karangasem, terkait nasibnya selanjutnya.
“Saya nggak tahu harus apa. Ya tunggu pemberitahuan dari dinas saja. Apa saya diperbantukan ke sekolah lain yang masih buka, atau disuruh menunggu dulu, saya menunggu saja,” katanya.
Di sisi lain, Kepala SMK Nusa Dua Toya Anyar, Karangasem, Gede Putu Suardana, mengakui banyak siswanya yang tidak sekolah karena mengungsi.
Ia memperkirakan ada 20-30 persen siswanya yang tidak bisa sekolah karena mengungsi. Suardana berharap Disdik Karangasem mengizinkan siswa-siswanya yang mengungsi, mutasi belajar ke Kabupaten Buleleng.
“Kalau tidak ada tindak lanjut segera, kasihan anak-anak. Lebih baik dimutasi saja, supaya nilai siswa semester ini tetap ada. Kita kan tidak tahu berapa lama proses Gunung Agung ini,” harapnya.