29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:20 AM WIB

Ogoh-Ogoh Pemuda Banjar Dibakar dan Dirusak, Warga Adat Kediri Tegang

TABANAN-Ketegangan antar kelompok pemuda terjadi Desa Kediri, Kecamatan Kediri, Tabanan menjelang perayaan Nyepi,

Ketegangan antar pemuda yang dipicu adanya aksi pengrusakan dan pembakaran ogoh-ogoh yang dilakukan sekelompok orang di Banjar Puseh, Desa Kediri, Kecamatan Kediri, Tabanan itu sempat dibuat video dan viral di media social (facebook dan instagram).

Warga net dibuat heboh karena selain melakukan perusakan dan pembakaran ogoh-ogoh, sekelompok  orang yang tak setuju ada pembuatan ogoh-ogoh di banjarnya itu juga melakukan aksi pengancaman.

Sesuai video berdurasi sekitar 1 menit lebih itu, kelompok pelaku pengrusakan dan pembakaran patung ogoh-ogoh ini mengancam pada orang tua pemuda pembuat ogoh-ogoh agar diberikan sanksi adat.

Mereka mengancam memberikan sanksi adat karena sejak lama pihak desa pekraman setempat melarang adanya pembuatan ogoh-ogoh.

Kontan, akibat viralnya video yang sempat membuat ketegangan warga setempat itu langsung menuai respon dari pihak Desa Pekraman Kediri.

 “Kami perlu mengklarifikasi. Sejumlah sejumlah anak muda yang membuat ogoh-ogoh maupun yang melakukan pengerusakan dan pembakaran yang dimaksud tidak dibuat oleh Sekaa Truna. Melainkan sejumlah kelompok pemuda di Banjar Puseh atau Sekaa Demen,” ucap Bendesa Adat Kediri Bendesa Adat Kediri, Anak Agung Ngurah Gede Panji Wisnu didampingi Kelian Banjar Adat Puseh, Ida Bagus Manik Purwa.

Dari informasi yang diperoleh pembuatan ogoh-ogoh tersebut dilakukan oleh sejumlah pemuda yang tergabung dalam sebuah kelompok di luar Sekaa Truna yang ada di banjar atau yang kerap disebut Sekaa Demen.

Jumlah anggotanya tak diketahui pasti namun diperkirakan sekitar15-20 orang pemuda. Bahkan, pembuatan ogoh-ogoh itu sendiri tidak di Banjar Puseh, melainkan di Banjar Jagasatru. Tepatnya di salah satu rumah yang dimiliki oleh salah satu warga Banjar Puseh yang memang letak agak tersembunyi. Jauh dari pantau warga desa.

Namun diketahui pembuatan ogoh-ogoh tersebut oleh prajuru banjar adat ahirnya dilakukan pendekatan ke kelompok tersebut dan menyarankan untuk tidak melanjutkan proses pembuatan ogoh-ogoh tersebut.

 Tak lama berselang, ogoh-ogoh tersebut justru dirusak kemudian dibakar oleh sejumlah pemuda. Karena diduga adanya ancaman sanksi adat jika ogoh-ogoh tersebut pembuatannya dilanjutkan. Hal itulah yang menjadi viral dimedia sosial.

“Kami tidak ada mengancam, kami hanya memberikan himbauan jika ini diteruskan nantinya akan ada sanksi dari Desa Adat sesuai dengan kesepakatan paruman desa nantinya. Karena sebelumnya sudah ada pararem,” kata Bendesa Adat Kediri saat dijumpai dikediamannya Rabu (27/2).  

Menurut Panji Wisnu, sejak tujuh tahun lebih, Desa Pakraman Kediri sudah ada kesepakatan tidak membuat ogoh-ogoh melalui Paruman Agung.

Nah pada 2016 dibuatkanlah pararem (aturan yang telah disepakati masyarakat) khususnya di Desa Kediri tidak membuat ogoh-ogoh pada saat hari pangrupukan (sehari sebelum Nyepi).

“Tetapi, karena tradisi yang sudah lama yakni tradisi tektekan. Maka setiap hari raya Nyepi kami tidak membuat ogoh-ogoh melainkan melaksakan tradisi tektekan.

Pararem yang disepakati dan dibuat sudah doisosialisasi ke masing kelian adat dan seluruh warga desa pakraman Kediri,” bebernya.

Selanjutnya peristiwa ogoh-ogoh yang dirusak dan dibakar dan viral di media sosial.  Panji Wisnu tegaskan ternyata ada sekelompok pemuda bukan atas nama Sekaa Truna membuat ogoh-ogoh dan tidak diketahui oleh pengurus adat atau desa.

Mereka membuat ogoh-ogoh tanpa minta pertimbangan dan persetujuannya.

Disinggung mengenai adanya ancaman sanksi adat kepada sejumlah orang tua pemuda. Bendesa Adat mengaku tidak pernah memberikan ancaman tapi memberikan himbauan kalau diteruskan pembuatannya tentu akan ada sanksi adat karena sudah merupakan kesepakatan.

“Sanksi secara spesifik kami tidak ada sanksi, dan jika ada pelanggaran akan rembug kembali. Sanksi jika ada berdasarkan hasil dari paruman desa,” pungkasnya.

TABANAN-Ketegangan antar kelompok pemuda terjadi Desa Kediri, Kecamatan Kediri, Tabanan menjelang perayaan Nyepi,

Ketegangan antar pemuda yang dipicu adanya aksi pengrusakan dan pembakaran ogoh-ogoh yang dilakukan sekelompok orang di Banjar Puseh, Desa Kediri, Kecamatan Kediri, Tabanan itu sempat dibuat video dan viral di media social (facebook dan instagram).

Warga net dibuat heboh karena selain melakukan perusakan dan pembakaran ogoh-ogoh, sekelompok  orang yang tak setuju ada pembuatan ogoh-ogoh di banjarnya itu juga melakukan aksi pengancaman.

Sesuai video berdurasi sekitar 1 menit lebih itu, kelompok pelaku pengrusakan dan pembakaran patung ogoh-ogoh ini mengancam pada orang tua pemuda pembuat ogoh-ogoh agar diberikan sanksi adat.

Mereka mengancam memberikan sanksi adat karena sejak lama pihak desa pekraman setempat melarang adanya pembuatan ogoh-ogoh.

Kontan, akibat viralnya video yang sempat membuat ketegangan warga setempat itu langsung menuai respon dari pihak Desa Pekraman Kediri.

 “Kami perlu mengklarifikasi. Sejumlah sejumlah anak muda yang membuat ogoh-ogoh maupun yang melakukan pengerusakan dan pembakaran yang dimaksud tidak dibuat oleh Sekaa Truna. Melainkan sejumlah kelompok pemuda di Banjar Puseh atau Sekaa Demen,” ucap Bendesa Adat Kediri Bendesa Adat Kediri, Anak Agung Ngurah Gede Panji Wisnu didampingi Kelian Banjar Adat Puseh, Ida Bagus Manik Purwa.

Dari informasi yang diperoleh pembuatan ogoh-ogoh tersebut dilakukan oleh sejumlah pemuda yang tergabung dalam sebuah kelompok di luar Sekaa Truna yang ada di banjar atau yang kerap disebut Sekaa Demen.

Jumlah anggotanya tak diketahui pasti namun diperkirakan sekitar15-20 orang pemuda. Bahkan, pembuatan ogoh-ogoh itu sendiri tidak di Banjar Puseh, melainkan di Banjar Jagasatru. Tepatnya di salah satu rumah yang dimiliki oleh salah satu warga Banjar Puseh yang memang letak agak tersembunyi. Jauh dari pantau warga desa.

Namun diketahui pembuatan ogoh-ogoh tersebut oleh prajuru banjar adat ahirnya dilakukan pendekatan ke kelompok tersebut dan menyarankan untuk tidak melanjutkan proses pembuatan ogoh-ogoh tersebut.

 Tak lama berselang, ogoh-ogoh tersebut justru dirusak kemudian dibakar oleh sejumlah pemuda. Karena diduga adanya ancaman sanksi adat jika ogoh-ogoh tersebut pembuatannya dilanjutkan. Hal itulah yang menjadi viral dimedia sosial.

“Kami tidak ada mengancam, kami hanya memberikan himbauan jika ini diteruskan nantinya akan ada sanksi dari Desa Adat sesuai dengan kesepakatan paruman desa nantinya. Karena sebelumnya sudah ada pararem,” kata Bendesa Adat Kediri saat dijumpai dikediamannya Rabu (27/2).  

Menurut Panji Wisnu, sejak tujuh tahun lebih, Desa Pakraman Kediri sudah ada kesepakatan tidak membuat ogoh-ogoh melalui Paruman Agung.

Nah pada 2016 dibuatkanlah pararem (aturan yang telah disepakati masyarakat) khususnya di Desa Kediri tidak membuat ogoh-ogoh pada saat hari pangrupukan (sehari sebelum Nyepi).

“Tetapi, karena tradisi yang sudah lama yakni tradisi tektekan. Maka setiap hari raya Nyepi kami tidak membuat ogoh-ogoh melainkan melaksakan tradisi tektekan.

Pararem yang disepakati dan dibuat sudah doisosialisasi ke masing kelian adat dan seluruh warga desa pakraman Kediri,” bebernya.

Selanjutnya peristiwa ogoh-ogoh yang dirusak dan dibakar dan viral di media sosial.  Panji Wisnu tegaskan ternyata ada sekelompok pemuda bukan atas nama Sekaa Truna membuat ogoh-ogoh dan tidak diketahui oleh pengurus adat atau desa.

Mereka membuat ogoh-ogoh tanpa minta pertimbangan dan persetujuannya.

Disinggung mengenai adanya ancaman sanksi adat kepada sejumlah orang tua pemuda. Bendesa Adat mengaku tidak pernah memberikan ancaman tapi memberikan himbauan kalau diteruskan pembuatannya tentu akan ada sanksi adat karena sudah merupakan kesepakatan.

“Sanksi secara spesifik kami tidak ada sanksi, dan jika ada pelanggaran akan rembug kembali. Sanksi jika ada berdasarkan hasil dari paruman desa,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/