RadarBali.com – Kondisi di dalam Gunung Agung terus bergolak. Kekuatan gempa vulkanik Gunung Agung terus meningkat tajam.
Bahkan, gempa yang terjadi Selasa sore (26/9) pukul 16.20 dinyatakan sebagai gempa terbesar sejak ditetapkan status awas pada 22 September lalu.
Besarnya gempa secara terus menerus ini mendorong magma naik ke atas menghancurkan saluran pipa magma lama yang ada di dalam gunung.
Berdasar data BMKG, kekuatan gempa 4,2 SR dengan pusat gempa 4 kilometer barat laut Karangasem, dengan kedalaman 5 kilometer.
Gempa besar tersebut juga terasa hingga Klungkung dan Denpasar. Sementara PVMBG mencatat gempa vulkanik terbesar berkekuatan 3,4 SR.
Tidak hanya gempa yang meningkat, pengamatan visual asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis setinggi 50-100 meter di atas puncak.
“Gempa meningkat tajam, magma selalu naik mendorong ke atas. Bisa jadi proses penghancuran pipa magma yang lama,” jelas Kabid Mitigasi PVMBG, Gede Suantika kepada Jawa Pos Radar Bali.
Menurut Suantika, setelah pipa magma hancur magma akan melaju keluar ke permukaan. Saat keluar permukaan magma meleleh menjadi lava.
Jika magma meleleh, menurut Suantika, akan cukup bagus karena tidak begitu membahayakan. Namun, jika tekanan dari bawah kuat, magma bisa menyembur ke atas.
“Kalau magmanya meleleh kan bagus, bisa kita tonton. Tapi, kalau eksplosif menyembur ke atas itu yang sangat mengerikan, itu yang kami takutkan,” imbuh pria berkumis tebal itu.
Melihat pengamatan terkini, PVMBG pun terus melakukan pengamatan intensif. PVMBg tidak ingin kecolongan erupsi.
“Kami harus siaga 24 jam. Bila perlu 24 jam lebih. Sebab erupsi tidak bisa diprediksi,” tandas pria asal Buleleng itu