32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 16:27 PM WIB

Pijar Magma di Puncak Kawah Paksa Ribuan Pengungsi Mengungsi ke Tembok

RadarBali.com – Ribuan warga Karangasem yang bermukim di Kawasan Rawan Bencana (KRB) II dan KRB III, kembali mengungsi ke Kabupaten Buleleng.

Arus pengungsi semakin banyak karena mereka yakin Gunung Agung telah memuntahkan magma dari kawah.

Sejak status Gunung Agung diturunkan dari awas menjadi siaga pada 29 Oktober lalu, sebenarnya pengungsi sempat bertahan selama beberapa lama di pengungsian.

Warga akhirnya benar-benar meninggalkan pengungsian pada Senin (13/11). Mereka beralasan aktifitas sekolah sudah buka.

Selain itu tambang galian juga sudah buka. Ditambah lagi, aktifitas kegempaan menurun. Mereka pun merasa lebih nyaman berada di rumah, ketimbang di pengungsian.

Saat erupsi freatik terjadi Selasa (21/11) pekan lalu, warga sudah mulai mengungsi di sejumlah titik. Hanya saja, titik pengungsian itu masih berada di radius sekitar 12 kilometer dari kawah.

Setelah asap mereda, warga pun kembali ke rumah masing-masing. Hingga erupsi freatik kedua terjadi pada Sabtu (25/11) sore, warga memilih mengungsi.

Pasalnya asap yang keluar dari kawah jauh lebih pekat dari erupsi pertama. Secara turun temurun, warga meyakini fenomena itu adalah tanda-tanda Gunung Agung segera meletus.

Kemunculan cahaya magma dari dalam kawah pada pukul 23.00 Sabtu malam, sempat membuat warga panik. Cahaya pijar magma terlihat jelas dari sisi barat Gunung Agung.

Warga yang tadinya bertahan di rumah, bergegas turun ke pengungsian yang dipusatkan di sekitar tambang Galian C Bumi Pasir Mandiri.

“Sorenya waktu masih asap itu belum ada khawatir apa-apa. Masih pulang ke rumah. Begitu lihat ada api di gunung, itu langsung keluar rumah ke pengungsian di galian C,” kata Luh Rumadani, salah seorang pengungsi.

Aparat pun memutuskan mengevakuasi warga di sekitar Kecamatan Kubu, keluar dari Kabupaten Karangasem untuk sementara waktu.

Pagi kemarin, warga dari Desa Dukuh langsung dievakuasi ke Desa Tembok. Tak kurang dari 3.100 warga memasuki kamp pengungsian secara bergelombang. Mereka menempati kamp-kamp yang dulu sudah pernah mereka huni.

RadarBali.com – Ribuan warga Karangasem yang bermukim di Kawasan Rawan Bencana (KRB) II dan KRB III, kembali mengungsi ke Kabupaten Buleleng.

Arus pengungsi semakin banyak karena mereka yakin Gunung Agung telah memuntahkan magma dari kawah.

Sejak status Gunung Agung diturunkan dari awas menjadi siaga pada 29 Oktober lalu, sebenarnya pengungsi sempat bertahan selama beberapa lama di pengungsian.

Warga akhirnya benar-benar meninggalkan pengungsian pada Senin (13/11). Mereka beralasan aktifitas sekolah sudah buka.

Selain itu tambang galian juga sudah buka. Ditambah lagi, aktifitas kegempaan menurun. Mereka pun merasa lebih nyaman berada di rumah, ketimbang di pengungsian.

Saat erupsi freatik terjadi Selasa (21/11) pekan lalu, warga sudah mulai mengungsi di sejumlah titik. Hanya saja, titik pengungsian itu masih berada di radius sekitar 12 kilometer dari kawah.

Setelah asap mereda, warga pun kembali ke rumah masing-masing. Hingga erupsi freatik kedua terjadi pada Sabtu (25/11) sore, warga memilih mengungsi.

Pasalnya asap yang keluar dari kawah jauh lebih pekat dari erupsi pertama. Secara turun temurun, warga meyakini fenomena itu adalah tanda-tanda Gunung Agung segera meletus.

Kemunculan cahaya magma dari dalam kawah pada pukul 23.00 Sabtu malam, sempat membuat warga panik. Cahaya pijar magma terlihat jelas dari sisi barat Gunung Agung.

Warga yang tadinya bertahan di rumah, bergegas turun ke pengungsian yang dipusatkan di sekitar tambang Galian C Bumi Pasir Mandiri.

“Sorenya waktu masih asap itu belum ada khawatir apa-apa. Masih pulang ke rumah. Begitu lihat ada api di gunung, itu langsung keluar rumah ke pengungsian di galian C,” kata Luh Rumadani, salah seorang pengungsi.

Aparat pun memutuskan mengevakuasi warga di sekitar Kecamatan Kubu, keluar dari Kabupaten Karangasem untuk sementara waktu.

Pagi kemarin, warga dari Desa Dukuh langsung dievakuasi ke Desa Tembok. Tak kurang dari 3.100 warga memasuki kamp pengungsian secara bergelombang. Mereka menempati kamp-kamp yang dulu sudah pernah mereka huni.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/