NEGARA – Para pekerja migran Indonesia (PMI) merupakan pahlawan devisa negara. Namun karena penyebaran Covid-19, PMI kerap mendapat diskriminasi.
Pasalnya, sebagian besar PMI terinfeksi virus dari negara tempat mereka bekerja. Karena itu, para pahlawan devisa ini meminta masyarakat tidak lagi memandang mereka sebelah mata dengan stigma seakan pembawa virus.
Hal tersebut disampaikan salah satu PMI yang menjalani karantina di salah satu hotel saat dikunjungi Bupati Jembrana I Putu Artha.
Mereka berharap setelah rapid test kedua, mereka bisa pulang tanpa ada diskriminasi dan stigma dari masyarakat. Bila perlu, mereka ingin ada swab untuk memastikan bahwa mereka memang tidak terjangkit virus.
Dalam kesempatan itu, bupati yang juga ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jembrana menegaskan, bahwa situasi saat ini memang sulit bagi PMI.
Namun setelah dinyatakan negatif rapid test kedua dan selesai menjalani karantina selama 14 hari, para PMI diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing.
“Masyarakat harus menerima karena sudah negatif dari hasil tes dan menjalani karantina,” tegas Bupati Putu Artha.
Bupati Artha berharap PMI yang menjalani karantina disiplin mengikuti protokol yang telah ditentukan. Karena dengan disiplin, maka daya tahan tubuh mereka terjaga dengan baik dan tidak mudah sakit.
Disamping itu, tempat karantina yang disediakan oleh pemerintah daerah akan disiapkan dengan baik, mulai dari kebutuhan makan dan kebutuhan lain PMI.
Bupati menyadari, salah satu hotel tempat karantina masih banyak kekurangan, air yang terbatas karena hotel lama tidak dirawat.
“Kami upayakan memberikan pelayanan yang terbaik pada PMI. Semua kekurangan akan segera diperbaiki,” tegasnya.