28.1 C
Jakarta
22 November 2024, 20:44 PM WIB

Karantina Usai, PMI Tak Kunjung Rapid Test Protes, DPRD Sidak Dinkes

SINGARAJA – Ketua Komisi IV DPRD Buleleng Luh Putu Hesti Ranitasari kemarin melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Buleleng.

Inspeksi itu dilakukan lantaran sejumlah pekerja migran Indonesia (PMI) melaporkan ada keterbatasan alat rapid test. 

Dampaknya para pekerja migran yang sudah mengakhiri masa karantina mandiri, tak bisa menjalani rapid test dan belum bisa mendapat surat keterangan sehat.

Kemarin, Ranitasari langsung menemui Kepala Dinas Kesehatan Buleleng dr. IGN Mahapramana. Sayangnya awak media tak diperkenankan ikut masuk ke ruang rapat kadiskes.

Usai pertemuan itu, hanya Ranitasari yang bersedia memberikan keterangan pada awak media. Sementara Mahapramana menolak dan menyerahkannya pada gugus tugas.

Ketua Komisi IV Ranitasari mengatakan, pihaknya menerima keluhan beberapa pekerja migran yang tak kebagian alat rapid test.

Padahal, pekerja migran itu sudah mengakhiri masa karantina mandiri. Pekerja migran itu sudah mendatangi sejumlah puskesmas, termasuk RSUD Buleleng.

Namun tak juga mendapatkan rapid test. Ternyata setelah sidak pagi kemarin, Rani menyebut alat rapid test yang tersedia di Buleleng sudah habis.

“Memang benar kehabisan. Dinkes sedang mengusahakan pengadaan. Sebab tidak bisa mengandalkan (pemberian) dari Dinkes Bali saja.

Apalagi pekerja migran ini terus berdatangan dan sudah banyak yang selesai masa karantina. Mereka ini harus segera rapid test,” kata Rani.

Rani menyebut keterbatasan alat rapid test memang dipicu minimnya alat yang tersedia di pasaran. Sebenarnya, pemerintah sudah melakukan penambahan anggaran di belanja tidak terduga.

Salah satu pos anggaran yang dimasukkan adalah pengadaan alat rapid test. “Anggaran itu (pembelian rapid test) kan sudah ada di dana talangan (belanja tidak terduga, Red).

Kami harap ini bisa segera. Paling tidak ada stok, jangan sampai kosong banget. Saya temukan ada puskesmas yang memang kondisinya kosong,” imbuhnya.

Sementara itu Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Buleleng Gede Suyasa mengatakan, sah-sah saja ada keluhan di media sosial.

Meski begitu, pihaknya tetap meminta tim medis bekerja dengan optimal. Sebab gugus tugas tak bisa memenuhi seluruh keluhan yang disampaikan.

“Tim kami sudah melakukan rapid test secara masif selama tiga hari terakhir. Catatan kami sudah ada 1.228 orang yang kami rapid test.

Yang melakukan rapid juga tidak bisa sembarangan, harus yang ngerti. Memang saat rapid, kami dahulukan yang masa pantaunya sudah habis,” kata Suyasa.

Terkait kondisi alat rapid test yang kosong, Suyasa menyebut pemerintah telah mendatangkan seribu alat rapid test baru, bantuan dari Dinkes Bali.

“Kalau memang ada puskesmas yang alat rapid-nya habis, segera ajukan permohonan ke dinkes. Butuhnya berapa, biar bisa kami distribusikan segera,” tukas Suyasa.

SINGARAJA – Ketua Komisi IV DPRD Buleleng Luh Putu Hesti Ranitasari kemarin melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Buleleng.

Inspeksi itu dilakukan lantaran sejumlah pekerja migran Indonesia (PMI) melaporkan ada keterbatasan alat rapid test. 

Dampaknya para pekerja migran yang sudah mengakhiri masa karantina mandiri, tak bisa menjalani rapid test dan belum bisa mendapat surat keterangan sehat.

Kemarin, Ranitasari langsung menemui Kepala Dinas Kesehatan Buleleng dr. IGN Mahapramana. Sayangnya awak media tak diperkenankan ikut masuk ke ruang rapat kadiskes.

Usai pertemuan itu, hanya Ranitasari yang bersedia memberikan keterangan pada awak media. Sementara Mahapramana menolak dan menyerahkannya pada gugus tugas.

Ketua Komisi IV Ranitasari mengatakan, pihaknya menerima keluhan beberapa pekerja migran yang tak kebagian alat rapid test.

Padahal, pekerja migran itu sudah mengakhiri masa karantina mandiri. Pekerja migran itu sudah mendatangi sejumlah puskesmas, termasuk RSUD Buleleng.

Namun tak juga mendapatkan rapid test. Ternyata setelah sidak pagi kemarin, Rani menyebut alat rapid test yang tersedia di Buleleng sudah habis.

“Memang benar kehabisan. Dinkes sedang mengusahakan pengadaan. Sebab tidak bisa mengandalkan (pemberian) dari Dinkes Bali saja.

Apalagi pekerja migran ini terus berdatangan dan sudah banyak yang selesai masa karantina. Mereka ini harus segera rapid test,” kata Rani.

Rani menyebut keterbatasan alat rapid test memang dipicu minimnya alat yang tersedia di pasaran. Sebenarnya, pemerintah sudah melakukan penambahan anggaran di belanja tidak terduga.

Salah satu pos anggaran yang dimasukkan adalah pengadaan alat rapid test. “Anggaran itu (pembelian rapid test) kan sudah ada di dana talangan (belanja tidak terduga, Red).

Kami harap ini bisa segera. Paling tidak ada stok, jangan sampai kosong banget. Saya temukan ada puskesmas yang memang kondisinya kosong,” imbuhnya.

Sementara itu Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Buleleng Gede Suyasa mengatakan, sah-sah saja ada keluhan di media sosial.

Meski begitu, pihaknya tetap meminta tim medis bekerja dengan optimal. Sebab gugus tugas tak bisa memenuhi seluruh keluhan yang disampaikan.

“Tim kami sudah melakukan rapid test secara masif selama tiga hari terakhir. Catatan kami sudah ada 1.228 orang yang kami rapid test.

Yang melakukan rapid juga tidak bisa sembarangan, harus yang ngerti. Memang saat rapid, kami dahulukan yang masa pantaunya sudah habis,” kata Suyasa.

Terkait kondisi alat rapid test yang kosong, Suyasa menyebut pemerintah telah mendatangkan seribu alat rapid test baru, bantuan dari Dinkes Bali.

“Kalau memang ada puskesmas yang alat rapid-nya habis, segera ajukan permohonan ke dinkes. Butuhnya berapa, biar bisa kami distribusikan segera,” tukas Suyasa.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/