31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 9:52 AM WIB

Temukan Artefak dan Pecahan Gerabah Kuno Berusia 2500 Tahun

Sempat tertunda beberapa waktu lalu.

Akhirnya para arkeolog di Balai Arkeologi Bali kembali melakukan penelitian dengan menggali lahan yang diduga tersimpan sebuah situs kuno berada di Bukit Tanjung Ser, Desa Pemuteran, Gerogak, Buleleng

 

JULIADI, Buleleng

 

Tak hanya para arkeolog, saat penggalian di Bukit tanjung Ser, para peneliti tampak melibatkanDinas Pariwisata Buleleng, Kampus Undiksha dan masyarakat lokal.

“Kami baru temukan artepak pecahan gerabah (peralatan memasak) zaman dahulu,” kata Wayan Suantika Ketua Tim Penggalian Situs Tanjung Ser, Pemueteran  2019 dari Balai Arkeologi Bali.   

Menurutnya, dasar dilakukan penelitian kembali di situs Tanjung Ser Pemuteran, karena survey yang dilakukan oleh pihak Balai Akeolog Bali pada tahun 2000 dengan menemukan dua buah arca dewai dan arca nadhi yang sekarang arca tersebut masih tersimpan di areal Pura Bukit Celedu, Desa Pemuteran.  

“Kemudian barulah dilakukan penggalian pada tahun 2001 di sebuah lahan yang ditanami jagung dan kami temukan beberapa benda-benda pecahan gerabah dan keramik,” terang Wayan Suantika.

Dia pun mengakui saat dilakukan penelitian di situs Tanjung Ser Pemuteran memang sempat tertunda.

Alasannya karena banyak arkeolog  sedang sibuk melakukan penelitian di luar Bali. Sehingga penelitian kembali dilanjutkan kembali pada tahun 2018 dan tahun 2019.  

Pihaknya sudah menggali dengan kedalam 75 cm pada satu kotak. Selain itu penggalian harus berhati-hati dilakukan menginggat banyaknya ditemukan pecahan gerabah dengan hiasan dan keramik.

Sehingga tidak diperbolehkan menggunakan cakul sembarangan.

“Dari gerabah dan keramik yang kami temukan. Belum dapat kami indentifikasi usai. Karena harus diteliti kembali.

Namun dari pecahan-pecahan gerabah yang kami temukan adanya bukti kehidupan manusia pada masa lalu,” ungkapnya.

Melihat bentuk dan pecahan gerabah yang pihaknya temukan.

Suantika menduga usai gerabah sekitar 2500 tahun yang lalu. Artinya pecahan gerabah itu sudah ada pada zaman pra sejarah.

“Penelitian ini kami akan lakukan sampai 30 Mei mendatang sehingga hasil dari penelitian masih kami kumpulkan. Barulah dilakukan analisis pengujian,” pungkasnya. 

 

 

Sempat tertunda beberapa waktu lalu.

Akhirnya para arkeolog di Balai Arkeologi Bali kembali melakukan penelitian dengan menggali lahan yang diduga tersimpan sebuah situs kuno berada di Bukit Tanjung Ser, Desa Pemuteran, Gerogak, Buleleng

 

JULIADI, Buleleng

 

Tak hanya para arkeolog, saat penggalian di Bukit tanjung Ser, para peneliti tampak melibatkanDinas Pariwisata Buleleng, Kampus Undiksha dan masyarakat lokal.

“Kami baru temukan artepak pecahan gerabah (peralatan memasak) zaman dahulu,” kata Wayan Suantika Ketua Tim Penggalian Situs Tanjung Ser, Pemueteran  2019 dari Balai Arkeologi Bali.   

Menurutnya, dasar dilakukan penelitian kembali di situs Tanjung Ser Pemuteran, karena survey yang dilakukan oleh pihak Balai Akeolog Bali pada tahun 2000 dengan menemukan dua buah arca dewai dan arca nadhi yang sekarang arca tersebut masih tersimpan di areal Pura Bukit Celedu, Desa Pemuteran.  

“Kemudian barulah dilakukan penggalian pada tahun 2001 di sebuah lahan yang ditanami jagung dan kami temukan beberapa benda-benda pecahan gerabah dan keramik,” terang Wayan Suantika.

Dia pun mengakui saat dilakukan penelitian di situs Tanjung Ser Pemuteran memang sempat tertunda.

Alasannya karena banyak arkeolog  sedang sibuk melakukan penelitian di luar Bali. Sehingga penelitian kembali dilanjutkan kembali pada tahun 2018 dan tahun 2019.  

Pihaknya sudah menggali dengan kedalam 75 cm pada satu kotak. Selain itu penggalian harus berhati-hati dilakukan menginggat banyaknya ditemukan pecahan gerabah dengan hiasan dan keramik.

Sehingga tidak diperbolehkan menggunakan cakul sembarangan.

“Dari gerabah dan keramik yang kami temukan. Belum dapat kami indentifikasi usai. Karena harus diteliti kembali.

Namun dari pecahan-pecahan gerabah yang kami temukan adanya bukti kehidupan manusia pada masa lalu,” ungkapnya.

Melihat bentuk dan pecahan gerabah yang pihaknya temukan.

Suantika menduga usai gerabah sekitar 2500 tahun yang lalu. Artinya pecahan gerabah itu sudah ada pada zaman pra sejarah.

“Penelitian ini kami akan lakukan sampai 30 Mei mendatang sehingga hasil dari penelitian masih kami kumpulkan. Barulah dilakukan analisis pengujian,” pungkasnya. 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/