29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:09 AM WIB

Warga Desa Bila Mengungsi, Distan Minta PT ABS Perketat Biosecurity

KUBUTAMBAHAN – Sebanyak 16 kepala keluarga yang bermukim di sekitar PT. Anugerah Bersama Sukses (ABS), memilih mengungsi di Balai Banjar Dinas Kawanan, Desa Bila.

Mereka mengungsi, karena tak tahan dengan bau bangkai yang menyeruak dari kawasan perusahaan. Warga mengungsi sejak Kamis (27/2) malam lalu.

Salah seorang warga yang mengungsi, I Wayan Marsa, mengaku akan tetap menginap di balai dusun sampai batas waktu yang tak ditentukan.

“Kami sudah sepakat akan tetap di bale banjar, sampai rekomendasi yang dikeluarkan Kelian Adat Bila Tua dan Pelaksana tugas kepala desa dicabut,” tegasnya.

Masalah bau itu juga dikeluhkan Made Wahyu. Ia sebenarnya bermukim di pusat Desa Pakraman Bila Tua. Sehari-harinya ia bekerja sebagai petugas jaga malam di proyek Bendungan Tamblang.

Sejak sepekan terakhir ia terus mencium bau bangkai di tempat kerjanya. Semula ia menduga bau bangkai berasal dari areal pekuburan. Namun setelah dicek, ternyata bau bersumber dari peternakan.

“Saya berangkat kerja jam tujuh malam, sampai jam tujuh pagi saya pulang, bau bangkai. Pernah tiga hari lalu, saya terpaksa

pulang jam satu dini hari. Sampai rumah muntah-muntah. Padahal sudah pakai masker, tapi tembus baunya,” kata Wahyu.

Salah satu warga yakni Wayan Santri, harus berobat karena masalah tersebut. Kebetulan, Wayan Santri merupakan ibu dari Made Wahyu.

“Ibu saya pas mebanten di kebun. Pas itu ibu saya cium bau bangkai. Sampai rumah muntah-muntah sampai asam lambungnya keluar. Akhirnya dua hari lalu saya ajak berobat karena sudah lemas muntah-muntah terus,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengawasan di perusahaan tersebut.

Sumiarta menyebut perusahaan kewalahan memindahkan bangkai babi. Selain itu karyawan juga kewalahan saat diminta menggali lubang untuk mengubur bangkai.

“Kami sudah bantu ekskavator sejak hari Rabu. Untuk mempercepat proses pembuatan lubang di sana. Jadi sekarang sudah ada lima lubang.

Sebanyak dua lubang sudah diisi, dan lagi 3 lubang itu untuk antisipasi kalau ada kasus lagi,” kata Made Sumiarta.

Untuk mencegah meluasnya virus tersebut, pemerintah meminta perusahaan memperketat proses biosecurity dan memperhatikan kebersihan di kandang.

Termasuk menyemprotkan disinfektan secara berkala, sehingga babi-babi bisa terhindar dari penyakit. 

KUBUTAMBAHAN – Sebanyak 16 kepala keluarga yang bermukim di sekitar PT. Anugerah Bersama Sukses (ABS), memilih mengungsi di Balai Banjar Dinas Kawanan, Desa Bila.

Mereka mengungsi, karena tak tahan dengan bau bangkai yang menyeruak dari kawasan perusahaan. Warga mengungsi sejak Kamis (27/2) malam lalu.

Salah seorang warga yang mengungsi, I Wayan Marsa, mengaku akan tetap menginap di balai dusun sampai batas waktu yang tak ditentukan.

“Kami sudah sepakat akan tetap di bale banjar, sampai rekomendasi yang dikeluarkan Kelian Adat Bila Tua dan Pelaksana tugas kepala desa dicabut,” tegasnya.

Masalah bau itu juga dikeluhkan Made Wahyu. Ia sebenarnya bermukim di pusat Desa Pakraman Bila Tua. Sehari-harinya ia bekerja sebagai petugas jaga malam di proyek Bendungan Tamblang.

Sejak sepekan terakhir ia terus mencium bau bangkai di tempat kerjanya. Semula ia menduga bau bangkai berasal dari areal pekuburan. Namun setelah dicek, ternyata bau bersumber dari peternakan.

“Saya berangkat kerja jam tujuh malam, sampai jam tujuh pagi saya pulang, bau bangkai. Pernah tiga hari lalu, saya terpaksa

pulang jam satu dini hari. Sampai rumah muntah-muntah. Padahal sudah pakai masker, tapi tembus baunya,” kata Wahyu.

Salah satu warga yakni Wayan Santri, harus berobat karena masalah tersebut. Kebetulan, Wayan Santri merupakan ibu dari Made Wahyu.

“Ibu saya pas mebanten di kebun. Pas itu ibu saya cium bau bangkai. Sampai rumah muntah-muntah sampai asam lambungnya keluar. Akhirnya dua hari lalu saya ajak berobat karena sudah lemas muntah-muntah terus,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengawasan di perusahaan tersebut.

Sumiarta menyebut perusahaan kewalahan memindahkan bangkai babi. Selain itu karyawan juga kewalahan saat diminta menggali lubang untuk mengubur bangkai.

“Kami sudah bantu ekskavator sejak hari Rabu. Untuk mempercepat proses pembuatan lubang di sana. Jadi sekarang sudah ada lima lubang.

Sebanyak dua lubang sudah diisi, dan lagi 3 lubang itu untuk antisipasi kalau ada kasus lagi,” kata Made Sumiarta.

Untuk mencegah meluasnya virus tersebut, pemerintah meminta perusahaan memperketat proses biosecurity dan memperhatikan kebersihan di kandang.

Termasuk menyemprotkan disinfektan secara berkala, sehingga babi-babi bisa terhindar dari penyakit. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/