27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 6:33 AM WIB

Dua Siswa Tak Lulus Unas, Nilai Rendah, Perilaku Kurang Jadi Pemicu

SINGARAJA – Dua orang siswa SMP di Kabupaten Buleleng, dinyatakan tak lulus sekolah pada tahun ajaran 2017/2018 ini.

Mereka harus mengulang pendidikannya setahun lagi, agar mendapat sertifikat kelulusan. Keduanya terpaksa tak diluluskan dengan sejumlah pertimbangan dari pihak sekolah.

Dari dua siswa yang tak lulus itu, seorang di antaranya menempuh pendidikan di SMP Negeri 1 Tejakula. Sedangkan seorang lainnya menempuh pendidikan di SMP Ayodya Pura, Sukasada.

Siswa yang gagal lulus di SMPN 1 Tejakula, disebut memiliki nilai sikap kurang. Selain itu pada bulan Maret, tingkat kehadirannya cukup rendah.

Pertimbangan lainnya, nilai Ujian Nasional (Unas) juga cukup rendah. Dari empat mata pelajaran yang diujikan, tiga mata pelajaran di antaranya mendapat nilai di bawah 40.

Sedangkan satu mata pelajaran lainnya dapat nilai 50. Sementara siswa di SMP Ayodya Pura, terpaksa tidak diluluskan karena nilai ujiannya masih kurang.

Siswa di sekolah swasta itu, sebenarnya tak pernah absen mengikuti Unas. Namun saat Ujian Sekolah diselenggarakan, siswa itu memilih tak hadir pada mata pelajaran agama dan seni budaya.

“Sekolah sebenarnya sudah melakukan pendekatan, tapi siswa tidak datang-datang. Akhirnya nilainya kurang, karena tidak hadir Ujian Sekolah.

Kalau siswa yang di Tejakula, memang ada nilai sikap yang jadi catatan dan tingkat kehadirannya pada bulan Maret rendah,” kata Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng, Gede Suyasa, Senin (28/5).

Lebih lanjut Suyasa mengatakan, dari 11.791 orang siswa SMP di Buleleng, memang hanya dua orang saja yang tak lulus.

Suyasa pun menganggap masih dalam batas wajar, karena sejak awal memang ada peluang tak semua siswa lulus pada tahun ajaran ini.

Meski demikian, Suyasa meminta agar sekolah melakukan evaluasi. Untuk mencegah kasus serupa, sekolah diminta mengintensifkan pendidikan karakter yangd iikuti dengan pendidikan keluarga.

Sehingga masalah siswa dapat dideteksi sejak dini dan sekolah bisa menyelesaikannya sejak awal. “Kita tidak bisa melakukan justifikasi kedua anak ini malas atau sebagainya.

Barangkali ada masalah lain yang perlu pendekatan khusus. Makanya kami minta sekolah menjalin komunikasi dengan keluarga siswa dengan baik. Sehingga bisa dicegah sejak dini,” demikian Suyasa. 

SINGARAJA – Dua orang siswa SMP di Kabupaten Buleleng, dinyatakan tak lulus sekolah pada tahun ajaran 2017/2018 ini.

Mereka harus mengulang pendidikannya setahun lagi, agar mendapat sertifikat kelulusan. Keduanya terpaksa tak diluluskan dengan sejumlah pertimbangan dari pihak sekolah.

Dari dua siswa yang tak lulus itu, seorang di antaranya menempuh pendidikan di SMP Negeri 1 Tejakula. Sedangkan seorang lainnya menempuh pendidikan di SMP Ayodya Pura, Sukasada.

Siswa yang gagal lulus di SMPN 1 Tejakula, disebut memiliki nilai sikap kurang. Selain itu pada bulan Maret, tingkat kehadirannya cukup rendah.

Pertimbangan lainnya, nilai Ujian Nasional (Unas) juga cukup rendah. Dari empat mata pelajaran yang diujikan, tiga mata pelajaran di antaranya mendapat nilai di bawah 40.

Sedangkan satu mata pelajaran lainnya dapat nilai 50. Sementara siswa di SMP Ayodya Pura, terpaksa tidak diluluskan karena nilai ujiannya masih kurang.

Siswa di sekolah swasta itu, sebenarnya tak pernah absen mengikuti Unas. Namun saat Ujian Sekolah diselenggarakan, siswa itu memilih tak hadir pada mata pelajaran agama dan seni budaya.

“Sekolah sebenarnya sudah melakukan pendekatan, tapi siswa tidak datang-datang. Akhirnya nilainya kurang, karena tidak hadir Ujian Sekolah.

Kalau siswa yang di Tejakula, memang ada nilai sikap yang jadi catatan dan tingkat kehadirannya pada bulan Maret rendah,” kata Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng, Gede Suyasa, Senin (28/5).

Lebih lanjut Suyasa mengatakan, dari 11.791 orang siswa SMP di Buleleng, memang hanya dua orang saja yang tak lulus.

Suyasa pun menganggap masih dalam batas wajar, karena sejak awal memang ada peluang tak semua siswa lulus pada tahun ajaran ini.

Meski demikian, Suyasa meminta agar sekolah melakukan evaluasi. Untuk mencegah kasus serupa, sekolah diminta mengintensifkan pendidikan karakter yangd iikuti dengan pendidikan keluarga.

Sehingga masalah siswa dapat dideteksi sejak dini dan sekolah bisa menyelesaikannya sejak awal. “Kita tidak bisa melakukan justifikasi kedua anak ini malas atau sebagainya.

Barangkali ada masalah lain yang perlu pendekatan khusus. Makanya kami minta sekolah menjalin komunikasi dengan keluarga siswa dengan baik. Sehingga bisa dicegah sejak dini,” demikian Suyasa. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/