RadarBali.com – Proyek pelebaran jalan menuju pelabuhan Gilimanuk, sampai saat ini masih berjalan.
Pelebaran dan pembuatan saluran drainase di kedua sisi jalan dilakukan dengan membongkar telajakan termasuk menebangi pohon perindang.
Namun, ada satu pohon yang tidak berani ditebang oleh pelaksana proyek. Pohon itu yakni pohon kelepek yang tumbuh sejak puluhan tahun di depan Pura Puseh Gilimanuk.
Pohon klepek yang posisinya persis kena jalur drainase itu oleh warga memang dikenal angker. Dibawah pohon itu dibangun pelinggih dan hampir setiap hari ada warga yang bersembahyang.
Awalnya pelaksana proyek berencana untuk menebang pohon yang tingginya sekitar 15 meter itu, seperti pohon-pohon lain yang kena pelebaran jalan.
Karena angker pohon itu dibiarkan. Padahal, posisi pohon itu persis berada ditepi jalan dan membahayakan lalulintas.
Drainase yang semestinya lurus terpaksa dibelokkan mengitari pohon kelepek itu. ” Pohon kelepek di depan Pura Puseh itu tidak ditebang karena Dinas PU tidak berani mengijinkan, “ujar Dewa Wardianta, pelaksana proyek pelebaran jalan.
Dirinya juga sudah meminta ijin untuk menebang pohon kelepek itu ke bendesa pekraman Gilimanuk, I Ketut Galung dan juga tidak berani mengizinkan.
Dari petunjuk sepritual yang didapat bendesa, ida sesuhunan yang melinggih disana tidak mau megingsir atau pindah.
Pengalaman tahun lalu diproyek pembuatan drainase di desa Sumberkelampok, Singaraja. Ada pohon kepuh yang kena proyek ditebang.
Setelah itu yang menebang meninggal dunia dan yang menyuruh mengalami kecelakaan. “Dengan pengalaman itu maka kami tidak berani menebang pohon kelepek di depan Pura Puseh itu, “ungkapnya.