29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:24 AM WIB

Sosialisasi Gema Cermat, Dinkes Minta Apoteker Jadi Agent of Change

GIANYAR– Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali konsisten menyukseskan Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

Jumat kemarin (27/9), sosialisasi Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat) dan Optimalisasi Agent of Change (AoC), digelar di Klungkung.

Sebanyak 20 apoteker diberi pembekalan sebagai agen perubahan selama dua hari, Kamis (26/9) hingga Jumat (27/9), di Dapoer Lebih, Blahbatuh, Gianyar.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Provinsi Bali dr. Ketut Suarjaya menyampaikan materi; Implementasi Penggunaan Obat Rasional (POR) Melalui Program Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat di Provinsi Bali.

Edukasi masyarakat tentang penggunaan obat rasional dinilai sangat penting. Termasuk di dalamnya penggunaan antibiotik secara bijaksana.

’’Agent of changes yang dilatih berkomitmen memberikan sosialisasi informasi kepada masyarakat untuk memperbaiki pola pikir terkait penggunaan obat,’’ ucapnya.

Suarjaya menekankan, masyarakat harus paham bahwa, penggunaan obat yang salah bisa berdampak negatif bagi tubuh. Bukannya menyembuhkan tapi justru menjadi racun.

Kepada Jawa Pos Radar Bali, Suarjaya menyebut gerakan tersebut bertujuan meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penggunaan obat secara benar.

Selain itu, meningkatkan kemandirian dan perubahan perilaku masyarakat memilih, mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat secara benar dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional.

Melalui Gema Cermat, Dinkes Provinsi Bali bersama masyarakat berupaya mewujudkan kepedulian, kesadaran, pemahaman dan keterampilan dalam menggunakan obat secara tepat dan benar.

Kadiskes berharap 20 agent of changes di Kabupaten Klungkung mampu menjawab tantangan terkait kurangnya pemahaman masyarakat. Sehingga, menggunakan antibiotik tanpa supervisi tenaga kesehatan.

Suarjaya menegaskan, penggunaan obat bebas berlebihan (over dosis), kejadian efek samping maupun interaksi obat atau penyalahgunaan obat, sering terjadi pada masyarakat.

Sehingga, menyebabkan masalah kesehatan baru. Diperparah fakta, informasi obat yang tercantum pada kemasan obat, sering tak diperhatikan dan dipahami dengan baik oleh masyarakat.

Juga menyoroti kebiasaan masyarakat Bali menyimpan obat tanpa resep. Hal itu, harus segera distop. (rba/djo)

GIANYAR– Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali konsisten menyukseskan Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

Jumat kemarin (27/9), sosialisasi Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat) dan Optimalisasi Agent of Change (AoC), digelar di Klungkung.

Sebanyak 20 apoteker diberi pembekalan sebagai agen perubahan selama dua hari, Kamis (26/9) hingga Jumat (27/9), di Dapoer Lebih, Blahbatuh, Gianyar.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Provinsi Bali dr. Ketut Suarjaya menyampaikan materi; Implementasi Penggunaan Obat Rasional (POR) Melalui Program Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat di Provinsi Bali.

Edukasi masyarakat tentang penggunaan obat rasional dinilai sangat penting. Termasuk di dalamnya penggunaan antibiotik secara bijaksana.

’’Agent of changes yang dilatih berkomitmen memberikan sosialisasi informasi kepada masyarakat untuk memperbaiki pola pikir terkait penggunaan obat,’’ ucapnya.

Suarjaya menekankan, masyarakat harus paham bahwa, penggunaan obat yang salah bisa berdampak negatif bagi tubuh. Bukannya menyembuhkan tapi justru menjadi racun.

Kepada Jawa Pos Radar Bali, Suarjaya menyebut gerakan tersebut bertujuan meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penggunaan obat secara benar.

Selain itu, meningkatkan kemandirian dan perubahan perilaku masyarakat memilih, mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat secara benar dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional.

Melalui Gema Cermat, Dinkes Provinsi Bali bersama masyarakat berupaya mewujudkan kepedulian, kesadaran, pemahaman dan keterampilan dalam menggunakan obat secara tepat dan benar.

Kadiskes berharap 20 agent of changes di Kabupaten Klungkung mampu menjawab tantangan terkait kurangnya pemahaman masyarakat. Sehingga, menggunakan antibiotik tanpa supervisi tenaga kesehatan.

Suarjaya menegaskan, penggunaan obat bebas berlebihan (over dosis), kejadian efek samping maupun interaksi obat atau penyalahgunaan obat, sering terjadi pada masyarakat.

Sehingga, menyebabkan masalah kesehatan baru. Diperparah fakta, informasi obat yang tercantum pada kemasan obat, sering tak diperhatikan dan dipahami dengan baik oleh masyarakat.

Juga menyoroti kebiasaan masyarakat Bali menyimpan obat tanpa resep. Hal itu, harus segera distop. (rba/djo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/