SINGARAJA– Kunjungan wisatawan pada akhir tahun 2021 ini terbilang stagnan. Hotel-hotel yang biasanya melayani wisatawan dari Benua Eropa, tidak kebagian cipratan wisatawan. Bahkan beberapa hotel di Buleleng tingkat huniannya kini di bawah 10 persen.
Di Kawasan Wisata Lovina misalnya. Tingkat hunian wisatawan di hotel-hotel berbintang hanya berkisar pada angka 20 persen. Padahal pada akhir tahun, tingkat hunian wisatawan biasanya di atas angka 50 persen.
Eksekutif Manajer Hotel Lovina Beach Club Nyoman Suarna mengatakan, saat ini tingkat hunian sangat jauh dari target. Saat ini hingga akhir tahun booking hunian hanya berkisar pada angka 20 persen saja. Pihaknya tak bisa berbuat banyak, karena pangsa pasar berasal dari Benua Eropa.
“Saat ini masih stagnan 20 persen. Kami masih menunggu pergerakan wisatawan. Tapi belum ada dampak. Karena kalau kami lihat, orang sebenarnya berlibur lebih awal, menghindari himbauan dari pemerintah itu,” kata Suarna.
Kondisi serupa terlihat di Hotel Puri Sharon Lovina. Pangsa pasar saat ini mengalami pergeseran. Semula wisatawan mancanegara yang lebih banyak menginap di hotel tersebut. Namun kini lebih banyak dihuni wisatawan domestik.
“Kami lebih banyak wisatawan lokal Bali. Mudah-mudahan dengan di Denpasar dan Badung ramai wisatawan, kami juga dapat menerima dampaknya,” kata Desak Riya Noviantari, Eksekutif Manajer Hotel Puri Sharon.
Sementara itu, Ketua BPC PHRI Buleleng Dewa Ketut Suardipa mengatakan, tingkat hunian hotel tahun ini lebih buruk ketimbang tahun 2020 lalu. Saat itu tingkat hunian berkisar pada angak 50-80 persen. Namun kini tingkat hunian hanya berkisar 20-40 persen. Hal itu mengacu pada tingkat hunian rata-rata 209 hotel yang ada di seantero Buleleng.
Menurut Suardipa saat ini hanya ada 2 hotel di Buleleng yang tingkat huniannya di atas 90 persen. Sementara hotel-hotel lainnya, tingkat hunian berada di bawah angka 40 persen. Bahkan ada yang berada di angka nol persen.
Ia menilai penyebab minimnya kunjungan wisatawan karena pasar yang berbeda. Saat ini Buleleng mengandalkan wisatawan dari Benua Eropa. Disamping itu pengelola hotel juga disulitkan dengan nihilnya hiburan yang diberikan pada wisatawan.
“Kami tidak bisa menyelenggarakan entertainment. Padahal kami ingin melaksanakan entertainment bagi tamu kami. Toh mereka masuk sudah ada skrining dulu lewat PeduliLindungi. Kami tidak bisa merebut wisatawan domestik, karena memang Buleleng bukan pasarnya,” kata Suardipa.