Aksi balap liar di jalanan utama cukup meresahkan masyarakat sekitar dan membahayakan pengguna kendaraan lain. Lalu apa kenikmatan balap liar sebenarnya?
___
I WAYAN WIDYANTARA, Denpasar
___
LAMPU jalanan yang hidup atau pun tidak di tengah malam tak menjadi hal utama bagi si pembalap liar. Terpenting, jalanan lurus dengan kualitas aspal yang bagus, serta suasana jalanan sudah agak sepi adalah pilihan utama untuk melakukan balap liar.
Biasanya, mereka “bermain” pada pukul 01.00 – 02.00 malam. Harinya tak menentu. Terpenting pihak kepolisian tidak mendapatkan informasi.
Pun kalau polisi tahu, mereka akan bersiap diri untuk membubarkan diri terlebih dahulu dan mencari tempat lainnya.
Balap liar sekarang dan zaman dulu sudah berbeda. Jika dulu dominan menggunakan motor kopling dan bergigi, sekarang bapak liar dominan diisi dengan motor matic. Seperti Vespa, Mio dan lainnya. Yang penting kenceng.
Seperti yang disampaikan MD, salah seorang mantan joki balap liar di Bali kepada radarbali.id Senin (29/3) malam.
“Kalau dulu enaknya memang pakai motor kopling. Cari musuhnya pun informasi dari komunitas. Kalau sekarang bisa cari di Instagram,” ujarnya.
Sebelum jauh bercerita, MD mengaku masuk ke lingkungan balap liar memang dimulai dari tongkrongan sejak masih SMP kelas 1. Kemudian muncul niat untuk menjadi joki.
Entah keberanian itu dari mana muncul. Karena tak semua punya nyali menjadi joki dengan sejumlah risiko yang dihadapi.
“Kalau jadi joki itu, yang bisa menyelamatkan diri kita, ya, kita sendiri saat berkendara. Terpenting, kalau mau aman, kita harus mengenal motor yang kita bawa. Tahu seberapa tenaganya dan bisa mengontrol keseimbangannya,” ujarnya.
Tersulit, memang saat pertama kali ngegas. Karena selain ban yang digunakan di motor berukuran kecil dan licin, juga harus bisa menyeimbangkan kendaraan agar tak goyah.
“Salah ngegass, motor bisa ngangkat,” ujarnya lantas tertawa.
Biasanya, balap liar ini mengambil trek lurus dengan rata-rata panjangnya 200 – 500 meter. Untuk taruhannya, tergantung bantingan. Bisa mulai Rp 500 ribu sampai jutaan rupiah.
Lalu, joki sendiri berapa dapat dari taruhan itu?
“Joki ini kan bisa menggunakan motor sendiri. Atau biasanya menggunakan motor bengkel. Di sini ada pertarungan nama antar bengkel. Kalau pakai motor yang bukan motor kita, biasanya diberikan 20 persen dari jumlah taruhan. Itu kalau kita menang,” ujarnya.
Sudah beberapa kali MD terlibat sebagai joki. Namun, ia akhirnya memilih untuk berhenti.
Alasannya sederhana. Karena melihat temannya yang saat balapan jatuh ke selokan.
“Saat itu mereka mau start, eh tiba-tiba ada orang tua di depan. Temen saya terkejut, dan menghindar. Tapi malah jatuh ke selokan,” ujarnya.
Selain alasan itu, MD juga memiliki ketakutan terhadap pengguna kendaraan lain di jalanan.
“Saya juga takut kalau lagi mau start begitu, ada orang lain iseng nabrak kita dari belakang. Yang salah kan memang kita. Jadi saya takutnya di sini,” sebutnya.
MD tak menampik bila balap liar seperti ini memang membahayakan, bahkan kecelakaan dengan merenggut nyawa pun bukan hal yang baru.
Untuk itu, MD berharap kepada pemerintah menyediakan tempat yang aman bagi para pecinta balap agar tidak liar.
“Saya yakin, jika diberikan di jalur aman dan kami difasilitasi (pemerintah), akan banyak bibit-bibit balap yang luar biasa di Bali. Gak akan ada lagi kecelakaan karena balap liar di jalanan,” harapnya.
Sementara itu, Dirlantas Polda Bali, Kombes Pol Indra mengaku akan menertibkan setiap ada balap liar di jalanan.
“Nanti kami akan tindaklanjuti,” ujarnya beberapa waktu lalu saat dimintai konfirmasi radarbali.id terkait aksi balap liar di Bali.