32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 17:52 PM WIB

Siapkan Pengungsian Ternak Milik Pengungsi, Sayang Terkendala Pakan

RadarBali.com  – Pengungsi yang kini bermukim di sekitar Desa Les, Kecamatan Tejakula, akhirnya bisa sedikit bernafas lega.

Mereka bisa mengungsikan ternaknya di sekitar kamp pengungsian di Desa Les. Hanya saja, kendala utamanya adalah ketersedian pakan ternak.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Bali, I Putu Sumantra, saat ditemui di Desa Les, menyatakan, pemerintah tengah berusaha mengatasinya.

Ia tak memungkiri kebutuhan pangan, bisa menyebabkan gesekan antara masyarakat dengan pengungsi. Apalagi pada musim kemarau ini, ketersediaan rumput sangat terbatas.

“Sementara kami cari sedapatnya. Nanti kami olah jerami padi. Itu bisa jadi pakan. Kami upayakan konsentrat sebagai makanan tambahan. Obat-obatan sudah kami siapkan juga,” tegasnya.

Di sisi lain, pengungsi mulai fokus mengurus ternaknya. Mereka tak lagi terjerat tengkulak yang membeli ternak dengan harga sangat murah.

Hanya saja, pengungsi masih bolak-balik masuk ke kawasan rawan bencana. Alasannya mereka mencari pakan ternak, lantaran ketersediaan pakan di lokasi pengungsian terbilang minim.

Salah seorang pengungsi, Nyoman Tanda, mengaku dirinya masih sering bolak-balik ke tempat tinggalnya di Desa Ban. Meski rumahnya berada di zona merah, ia terpaksa melakukannya karena ternak butuh pakan.

“Sekarang sudah agak tenang, karena ternak sudah dekat pengungsian. Tapi cari pakan di sini kan masih susah. Makanya saya bolak-balik ke rumah, cari pakan saja,” katanya.

Warga lainnya, Nyoman Suwetra juga mengaku lega ternaknya bisa dievakuasi ke lokasi pengungsian. Menurutnya, selama di rumah, ia selalu was-was dengan keberadaan ternak.

Maklum saja, ternak-ternak itu harta pengungsi satu-satunya. Selama ini ia selalu dibayang-bayangi tengkulak yang ingin membeli dengan harga murah.

Seekor bibit sapi yang normalnya dihargai Rp 6 juta, ditawar Rp 2,5 juta. “Malah ada tetangga saya yang jual harga Rp 1 juta karena panik. Sekarang ada tempat begini, jadi tidak ada tengkulak lagi yang main-main harga,” ujarnya.

Hingga sore kemarin, ternak pengungsi yang masuk wilayah Kecamatan Tejakula, mencapai 2.512 ekor. Terdiri dari 1.553 ekor sapi, 385 ekor kambing, 191 ekor babi, dan 383 ekor ayam. 

RadarBali.com  – Pengungsi yang kini bermukim di sekitar Desa Les, Kecamatan Tejakula, akhirnya bisa sedikit bernafas lega.

Mereka bisa mengungsikan ternaknya di sekitar kamp pengungsian di Desa Les. Hanya saja, kendala utamanya adalah ketersedian pakan ternak.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Bali, I Putu Sumantra, saat ditemui di Desa Les, menyatakan, pemerintah tengah berusaha mengatasinya.

Ia tak memungkiri kebutuhan pangan, bisa menyebabkan gesekan antara masyarakat dengan pengungsi. Apalagi pada musim kemarau ini, ketersediaan rumput sangat terbatas.

“Sementara kami cari sedapatnya. Nanti kami olah jerami padi. Itu bisa jadi pakan. Kami upayakan konsentrat sebagai makanan tambahan. Obat-obatan sudah kami siapkan juga,” tegasnya.

Di sisi lain, pengungsi mulai fokus mengurus ternaknya. Mereka tak lagi terjerat tengkulak yang membeli ternak dengan harga sangat murah.

Hanya saja, pengungsi masih bolak-balik masuk ke kawasan rawan bencana. Alasannya mereka mencari pakan ternak, lantaran ketersediaan pakan di lokasi pengungsian terbilang minim.

Salah seorang pengungsi, Nyoman Tanda, mengaku dirinya masih sering bolak-balik ke tempat tinggalnya di Desa Ban. Meski rumahnya berada di zona merah, ia terpaksa melakukannya karena ternak butuh pakan.

“Sekarang sudah agak tenang, karena ternak sudah dekat pengungsian. Tapi cari pakan di sini kan masih susah. Makanya saya bolak-balik ke rumah, cari pakan saja,” katanya.

Warga lainnya, Nyoman Suwetra juga mengaku lega ternaknya bisa dievakuasi ke lokasi pengungsian. Menurutnya, selama di rumah, ia selalu was-was dengan keberadaan ternak.

Maklum saja, ternak-ternak itu harta pengungsi satu-satunya. Selama ini ia selalu dibayang-bayangi tengkulak yang ingin membeli dengan harga murah.

Seekor bibit sapi yang normalnya dihargai Rp 6 juta, ditawar Rp 2,5 juta. “Malah ada tetangga saya yang jual harga Rp 1 juta karena panik. Sekarang ada tempat begini, jadi tidak ada tengkulak lagi yang main-main harga,” ujarnya.

Hingga sore kemarin, ternak pengungsi yang masuk wilayah Kecamatan Tejakula, mencapai 2.512 ekor. Terdiri dari 1.553 ekor sapi, 385 ekor kambing, 191 ekor babi, dan 383 ekor ayam. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/