28.2 C
Jakarta
17 September 2024, 2:46 AM WIB

Tak Cukup Hanya Kuliah, Mahasiswa Harus Aktif Berorganisasi

SINGARAJA – Webinar kebangsaan tentang mengenal jati diri melalui pendidikan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Singaraja mendapat sambutan antusias dari peserta dari kalangan mahasiswa, masyarakat, guru Selasa, (29/9). Kendati diskusi dilakukan secara virtual, namun menarik dan hangat silang pemikiran dari peserta dengan pemateri diskusi.

Narasumber dalam webinar Ketua DPD KNPI Buleleng I Gede Parma selaku akademisi tenaga pengajar di Universitas Pendidikan Ganesha, Plt Sekdis Dinas Pendidikan dan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng Ida Bagus Gede Surya Bharata dan Suwardi Rasyid, salah seorang guru yang juga selaku pemerhati dan pelaku pendidikan di Buleleng.

Webinar mengangkat topik mengenal jati diri melalui pendidikan yang berlangsung sekitar dua jam lebih. Ada beberapa point menarik yang bisa diambil sebagai rekomendasi yang dijadikan landasan dalam bergaul kehidupan sehari-hari untuk mengenal jati diri melalui pendidikan.

Salah satunya pendidikan kedaerahan. Bukan suku, agama atau ras yang ditonjolkan, melainkan lebih memahami nilai atau esensinya dari daerah itu sendiri. Sehingga menjadi modal dalam bergaul di tengah masyarakat kendati adanya perbedaan soal agama dan lainnya.

Point lainnya bagaimana membentuk jati diri dan karakter melalui juwana asri (aktif, smart, responsible, dan independence). Selain itu mengenal jati diri melalui pendidikan hal yang paling mendasar kontribusi dari keluarga, lingkungan dan organisasi intra maupun ekstrakampus.

Plt Sekdis Dinas Pendidikan dan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng Ida Bagus Gede Surya Bharata mengatakan, pembentukan jati diri peserta tak melulu beban tanggung jawab seorang pendidik atau sekolah. Tetapi mendasar adalah pendidikan lingkungan keluarga. Karena dalam pendidikan dikenal bagaimana karakter itu terbentuk oleh tiga hal. Keluarga, masyarakat dan sekolah.

“Maka wadah lingkungan keluarga orang tua anak sangat berperan ikut serta mengawasi anak, mendidik anaknya dan mendampingi anaknya,” ungkapnya.

Sementara itu Dosen Undiksha I Gede Parma mengatakan, perguruan tinggi tidak hanya memiliki tanggung jawab yang berat mencetak para guru atau pendidik. Melainkan pembentukan karakter dan jati diri.

Katanya, ada beberapa hal yang dapat dilakukan selain memberikan mereka bekal pengetahuan saat berada di bangku kuliah. Mahasiswa harus aktif dalam dunia organisasi kampus.

“Kampus kedua mereka (mahasiswa, Red) adalah organisasi, karena mereka dalam berorganisasi mengenal berbagai hal. Mulai bergerak, berdiskusi hingga peran mereka bertemu dengan organisasi kepemudaaan dan mahasiswa,” ungkapnya.

Di sisi lain Suwardi Rasyid pemerhati dan pelaku pendidikan mengatakan, pendidikan kedaerahan penting untuk mengenal jati diri bangsa. Pendidikan kedaerahan menjadi salah satu jalan untuk hidup berbangsa dan bertanah air.

Setiap orang, kata dia, sejatinya harus mengenal daerahnya dan mengenal daerah lainnya. Setiap daerah dengan ciri khas memiliki nilai dan esensi. Mulai dari sisi nilai kesopanan, kesusilaan dan moral sekaligus.

“Inilah yang harus menjadi dasar kita hidup di tengah masyarakat,” kata dia.

Jadi m, lanjutnya, ketika orang dari daerah lain hidup di Bali, maka perlu mengedepankan “di mana langit dipijak di situ langit dijunjung”. Jadi harus kenal daerah tempat mereka tinggal dan mengenalkan daerahnya.

“Maka apa yang terjadi ada transformasi nilai kedaerahan. Sehingga ciri daerah satu sama lain dikenal. Dan inilah yang menjadi landasan untuk bergaul setiap hari,” pungkasnya.

SINGARAJA – Webinar kebangsaan tentang mengenal jati diri melalui pendidikan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Singaraja mendapat sambutan antusias dari peserta dari kalangan mahasiswa, masyarakat, guru Selasa, (29/9). Kendati diskusi dilakukan secara virtual, namun menarik dan hangat silang pemikiran dari peserta dengan pemateri diskusi.

Narasumber dalam webinar Ketua DPD KNPI Buleleng I Gede Parma selaku akademisi tenaga pengajar di Universitas Pendidikan Ganesha, Plt Sekdis Dinas Pendidikan dan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng Ida Bagus Gede Surya Bharata dan Suwardi Rasyid, salah seorang guru yang juga selaku pemerhati dan pelaku pendidikan di Buleleng.

Webinar mengangkat topik mengenal jati diri melalui pendidikan yang berlangsung sekitar dua jam lebih. Ada beberapa point menarik yang bisa diambil sebagai rekomendasi yang dijadikan landasan dalam bergaul kehidupan sehari-hari untuk mengenal jati diri melalui pendidikan.

Salah satunya pendidikan kedaerahan. Bukan suku, agama atau ras yang ditonjolkan, melainkan lebih memahami nilai atau esensinya dari daerah itu sendiri. Sehingga menjadi modal dalam bergaul di tengah masyarakat kendati adanya perbedaan soal agama dan lainnya.

Point lainnya bagaimana membentuk jati diri dan karakter melalui juwana asri (aktif, smart, responsible, dan independence). Selain itu mengenal jati diri melalui pendidikan hal yang paling mendasar kontribusi dari keluarga, lingkungan dan organisasi intra maupun ekstrakampus.

Plt Sekdis Dinas Pendidikan dan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng Ida Bagus Gede Surya Bharata mengatakan, pembentukan jati diri peserta tak melulu beban tanggung jawab seorang pendidik atau sekolah. Tetapi mendasar adalah pendidikan lingkungan keluarga. Karena dalam pendidikan dikenal bagaimana karakter itu terbentuk oleh tiga hal. Keluarga, masyarakat dan sekolah.

“Maka wadah lingkungan keluarga orang tua anak sangat berperan ikut serta mengawasi anak, mendidik anaknya dan mendampingi anaknya,” ungkapnya.

Sementara itu Dosen Undiksha I Gede Parma mengatakan, perguruan tinggi tidak hanya memiliki tanggung jawab yang berat mencetak para guru atau pendidik. Melainkan pembentukan karakter dan jati diri.

Katanya, ada beberapa hal yang dapat dilakukan selain memberikan mereka bekal pengetahuan saat berada di bangku kuliah. Mahasiswa harus aktif dalam dunia organisasi kampus.

“Kampus kedua mereka (mahasiswa, Red) adalah organisasi, karena mereka dalam berorganisasi mengenal berbagai hal. Mulai bergerak, berdiskusi hingga peran mereka bertemu dengan organisasi kepemudaaan dan mahasiswa,” ungkapnya.

Di sisi lain Suwardi Rasyid pemerhati dan pelaku pendidikan mengatakan, pendidikan kedaerahan penting untuk mengenal jati diri bangsa. Pendidikan kedaerahan menjadi salah satu jalan untuk hidup berbangsa dan bertanah air.

Setiap orang, kata dia, sejatinya harus mengenal daerahnya dan mengenal daerah lainnya. Setiap daerah dengan ciri khas memiliki nilai dan esensi. Mulai dari sisi nilai kesopanan, kesusilaan dan moral sekaligus.

“Inilah yang harus menjadi dasar kita hidup di tengah masyarakat,” kata dia.

Jadi m, lanjutnya, ketika orang dari daerah lain hidup di Bali, maka perlu mengedepankan “di mana langit dipijak di situ langit dijunjung”. Jadi harus kenal daerah tempat mereka tinggal dan mengenalkan daerahnya.

“Maka apa yang terjadi ada transformasi nilai kedaerahan. Sehingga ciri daerah satu sama lain dikenal. Dan inilah yang menjadi landasan untuk bergaul setiap hari,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/