RadarBali.com – Pasca diturunkannya status Gunung Agung dari awas menjadi siaga, Minggu (29/10) sore lalu, ratusan pengungsi Gunung Agung yang berada di kawasan rawan bencana (KRB) I dan II mulai meninggalkan posko pengungsian di Klungkung.
Meski begitu, ada juga pengungsi berasal dari KRB II yang tetap bertahan di posko pengungsian karena masih merasa takut dengan kondisi Gunung Agung.
Gelombang pengungsi yang ingin kembali ke rumah masing-masing setelah status Gunung Agung diturunkan menjadi siaga mulai terjadi sejak pukul 08.00.
Ratusan pengungsi ini kembali ke kampung halaman dengan menggunakan kendaraan yang disiapkan pemerintah seperti bus Damri yang dipergunakan pengungsi posko GOR Swecapura, Klungkung.
Suasana haru mengiringi kepulangan mereka ke kampung halaman yang sangat dirindukan. Seperti yang dirasakan Nyoman Wenten, 45, asal Dusun Perang Sari, Desa Duda Utara, Selat, Karangasem.
Dirinya menangis tersedu-sedu menerima kenyataan bawah dirinya sudah diperbolehkan untuk pulang ke kampung halamannya.
Meski setibanya di rumah, dia akan dipusingkan dengan berbagai persiapan menyambut Hari Raya Galungan yang tidak mungkin dia biarkan lewat begitu saja tanpa persembahan apapun kepada Tuhan dan leluhur.
“Uangnya sudah tinggal sedikit. Jadi nanti setelah sampai di rumah, saya mau ke kebun lihat-lihat hasil kebun yang bisa dijual,” ungkapnya sambil menangis.
Hal berbeda dilakukan Nengah Sarmi asal Desa Duda, Kecamatan Sela. Sarmi mengaku akan tetap tinggal di pengungsian. Masih belum yakin akan keamanan situasi Gunung Agung saat ini, merupakan hal yang membuat ia dan keluarganya memiliki untuk tetap tinggal di pengungsian.
Dia akan pulang saat Hari Raya Galungan, namun akan kembali setelah melakukan persembahyangan. “Saya masih takut dengan Gunung Agung. Habis sembahyang saya kembali ke sini (kamp pengungsian),” tandasnya.
Kalak BPBD Klungkung, Putu Widiada mengungkapkan, jumlah pengungsi di Klungkung yang memutuskan kembali pulang ke kampung halaman Senin (30/10) pagi hingga pukul 18.30 mencapai 484 jiwa.
Itu artinya, jumlah pengungsi di Klungkung dari semula 17.850 jiwa, kini tinggal menjadi 17.366 jiwa.