27.3 C
Jakarta
21 November 2024, 21:21 PM WIB

Amor Ring Acintya, Terapis Asal Klungkung Meninggal di Dubai sebelum Menikah

SEMARAPURA– Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Klungkung Ni Wayan Suyanti Ariani, 29, meninggal di Kota Dubai, Uni Emirat Arab pada Minggu (11/9). PMI yang bekerja sebagai terapis itu meninggal dunia di tempat kerjanya. Diduga karena serangan jantung.

Suasana duka terasa di kediaman Ni Wayan Suyanti Ariani di Banjar Kawan, Desa Paksebali, Kecamatan Dawan, Selasa (20/9) kemarin. Sebuah wadah untuk menempatkan jenazah Ariani telah berdiri di depan rumah. Mendiang adalah anak bungsu dari pasangan Ni Wayan Resni dan I Wayan Kisit.

Kakak Ariani, Nengah Sukadana yang ditemui di rumah duka menuturkan Ariani awalnya mengalami lemas dan langsung ambruk saat berada di tempat kerjanya di Kota Dubai. Ariani yang dilarikan ke rumah sakit pun dinyatakan telah meninggal dunia. “Manajernya memberi informasi meninggal. Lemas di tempat kerja. Kemungkinan serangan jantung,” terangnya.

Sepengetahuannya, Ariani tidak memiliki riwayat sakit jantung. Begitupun saat bekerja di Dubai, Ariani juga tidak pernah mengeluh mengenai penyakit. Hanya saja sebelum bekerja di Dubai, salah satu kaki Ariani sempat bengkak. “Setelah periksa ke dokter, bukan sakit ginjal. Karena kalau karena masalah ginjal, kedua kaki yang bengkak, bukan salah satu. Dan setelah dikasi obat, langsung sembuh,” katanya.

Kepulangan jenazah Ariani menurutnya tanpa kendala dan tiba di RSUD Klungkung pada Jumat (16/9) malam. Jenazah Ariani masih dititip di kamar mayat RSUD Klungkung dan rencananya akan disemayamkan di rumah duka hari ini. Mengingat Ariani akan diaben Kamis (22/9). “Sekarang (jenazah) masih di RSUD Klungkung,” jelasnya.

Lebih lanjut dituturkannya, Ariani baru pertama kali bekerja di luar negeri. Dan sudah 10 bulan anak bungsu dari lima bersaudara itu bekerja di Dubai sebagai terapis. “Sebelumnya bekerja di villa wilayah Petitenget sebagai waitress. Makanya sebelum berangkat ke Dubai, adik saya kursus terapis karena dulu kuliahnya perhotelan,” ujarnya.

Menurutnya, keinginan Ariani bekerja ke luar negeri cukuplah besar. Meski sempat dilarang bekerja di luar negeri, dia tetap ingin bekerja di luar negeri. Apalagi teman-teman satu tempat kerja sebelumnya juga memutuskan bekerja ke luar negeri. “Ada temannya yang mau bekerja ke luar negeri, adik saya diajak ikut kerja. Adik saya tertarik apalagi dia lihat saya juga kerja di luar negeri, jadi semangat sekali. Sambil kerja sambil kursus Spa,” bebernya.

Selama bekerja di Dubai, ibu Ariani –Ni Wayan Resni menambahkan, Ariani hampir setiap hari menelepon untuk menanyakan kabar keluarga. Tidak hanya itu, Ariani juga selalu mengirimkan uang setiap mendapatkan upah. Dan selama 10 bulan bekerja di Dubai, Ariani tidak pernah mengeluh tentang pekerjaan maupun kesehatan. “Terakhir telepon itu sehari sebelum purnama. Teleponnya tanya saya sudah makan atau belum. Kalau susu bapaknya habis langsung dibelikan,” ungkapnya.

Lebih lanjut Resni mengungkapkan, Ariani sebenarnya berencana menikah sepulang dari Dubai. Cincin dan kain songket pun telah Ariani persiapkan untuk merealisasikan momen bahagia itu. “Rencananya pulang Desember,” kata ibu dari lima anak itu.

Seperti keluarga Hindu Bali pada umumnya, bertanya ke orang pintar telah dilakukan pihak keluarga terkait meninggalnya Ariani. Di mana Ariani meminta agar cincin dan kain songketnya ikut dibakar saat proses pengabenan itu. “Cincin dan songketnya minta dibekelin,” tandasnya. (ayu)

SEMARAPURA– Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Klungkung Ni Wayan Suyanti Ariani, 29, meninggal di Kota Dubai, Uni Emirat Arab pada Minggu (11/9). PMI yang bekerja sebagai terapis itu meninggal dunia di tempat kerjanya. Diduga karena serangan jantung.

Suasana duka terasa di kediaman Ni Wayan Suyanti Ariani di Banjar Kawan, Desa Paksebali, Kecamatan Dawan, Selasa (20/9) kemarin. Sebuah wadah untuk menempatkan jenazah Ariani telah berdiri di depan rumah. Mendiang adalah anak bungsu dari pasangan Ni Wayan Resni dan I Wayan Kisit.

Kakak Ariani, Nengah Sukadana yang ditemui di rumah duka menuturkan Ariani awalnya mengalami lemas dan langsung ambruk saat berada di tempat kerjanya di Kota Dubai. Ariani yang dilarikan ke rumah sakit pun dinyatakan telah meninggal dunia. “Manajernya memberi informasi meninggal. Lemas di tempat kerja. Kemungkinan serangan jantung,” terangnya.

Sepengetahuannya, Ariani tidak memiliki riwayat sakit jantung. Begitupun saat bekerja di Dubai, Ariani juga tidak pernah mengeluh mengenai penyakit. Hanya saja sebelum bekerja di Dubai, salah satu kaki Ariani sempat bengkak. “Setelah periksa ke dokter, bukan sakit ginjal. Karena kalau karena masalah ginjal, kedua kaki yang bengkak, bukan salah satu. Dan setelah dikasi obat, langsung sembuh,” katanya.

Kepulangan jenazah Ariani menurutnya tanpa kendala dan tiba di RSUD Klungkung pada Jumat (16/9) malam. Jenazah Ariani masih dititip di kamar mayat RSUD Klungkung dan rencananya akan disemayamkan di rumah duka hari ini. Mengingat Ariani akan diaben Kamis (22/9). “Sekarang (jenazah) masih di RSUD Klungkung,” jelasnya.

Lebih lanjut dituturkannya, Ariani baru pertama kali bekerja di luar negeri. Dan sudah 10 bulan anak bungsu dari lima bersaudara itu bekerja di Dubai sebagai terapis. “Sebelumnya bekerja di villa wilayah Petitenget sebagai waitress. Makanya sebelum berangkat ke Dubai, adik saya kursus terapis karena dulu kuliahnya perhotelan,” ujarnya.

Menurutnya, keinginan Ariani bekerja ke luar negeri cukuplah besar. Meski sempat dilarang bekerja di luar negeri, dia tetap ingin bekerja di luar negeri. Apalagi teman-teman satu tempat kerja sebelumnya juga memutuskan bekerja ke luar negeri. “Ada temannya yang mau bekerja ke luar negeri, adik saya diajak ikut kerja. Adik saya tertarik apalagi dia lihat saya juga kerja di luar negeri, jadi semangat sekali. Sambil kerja sambil kursus Spa,” bebernya.

Selama bekerja di Dubai, ibu Ariani –Ni Wayan Resni menambahkan, Ariani hampir setiap hari menelepon untuk menanyakan kabar keluarga. Tidak hanya itu, Ariani juga selalu mengirimkan uang setiap mendapatkan upah. Dan selama 10 bulan bekerja di Dubai, Ariani tidak pernah mengeluh tentang pekerjaan maupun kesehatan. “Terakhir telepon itu sehari sebelum purnama. Teleponnya tanya saya sudah makan atau belum. Kalau susu bapaknya habis langsung dibelikan,” ungkapnya.

Lebih lanjut Resni mengungkapkan, Ariani sebenarnya berencana menikah sepulang dari Dubai. Cincin dan kain songket pun telah Ariani persiapkan untuk merealisasikan momen bahagia itu. “Rencananya pulang Desember,” kata ibu dari lima anak itu.

Seperti keluarga Hindu Bali pada umumnya, bertanya ke orang pintar telah dilakukan pihak keluarga terkait meninggalnya Ariani. Di mana Ariani meminta agar cincin dan kain songketnya ikut dibakar saat proses pengabenan itu. “Cincin dan songketnya minta dibekelin,” tandasnya. (ayu)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/