33 C
Jakarta
21 September 2024, 15:19 PM WIB

Dari Jual Sayur Keliling, Dodol, Dupa hingga Memiliki Peternakan Babi

Setelah beberapa bulan berjualan, Nengah Sukasari, 54,  melihat beberapa ibu yang sibuk membeli kue dan dodol untuk hari raya. Dari sana Sukasari terpikir untuk membuat dodol. Ide itu ia lontarkan pada suaminya, Wayan Srinada, 55.

 

Eka Prasetya, Buleleng

 

SUKASARI lantas memberanikan diri mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) ke BRI Unit Tejakula senilai Rp 15 juta dengan tenor selama 3 tahun. Dana itu digunakan sebagai modal membeli peralatan serta bahan baku dodol. Usaha miliknya ternyata berkembang. Sukasari dan suaminya memutuskan mengundurkan diri dari KPM PKH, karena ekonomi keluarga mulai bangkit.

 

Tak puas hanya membuat dodol, Sukasari kemudian menganjukan kompensasi KUR menjadi Rp 25 juta dengan tenor 3 tahun. Dana itu digunakan untuk membangun kandang babi dan membeli babi. Hingga kini usaha ternaknya telah berkembang menjadi 16 ekor indukan babi.

 

Tahun lalu, ia kembali mengajukan KUR untuk ketiga kalinya. Kali ini ia mengajukan pinjaman sebanyak Rp 25 juta dengan tenor 3 tahun. Uang itu digunakan membuka usaha pencelupan dan pengemasan dupa.

 

Idenya sederhana saja. Ia ingin agar warga sekitar berbelanja pada dirinya. Terutama jelang piodalan maupun hari raya. “Sayur, lauk, dan buah sudah saya sediakan. Daging babi ada, dodol ada, dupa juga ada. Jadi kalau ada rahinan atau piodalan, orang itu cukup belanja di saya saja, dapat semua,” ungkapnya.

 

Upaya itu membuahkan hasil. Hingga kini keluarganya telah masuk sebagai keluarga sejahtera. Bahkan kini telah memiliki 3 bidang tanah.

 

Koordinator Kecamatan (Korcam) PKH Tejakula, Putu Wiwid Setiadi mengungkapkan, keluarga Wayan Srinada dan Nengah Sukasari merupakan salah satu Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang berhasil berkembang. Mereka tercatat sebagai KPM PKH sejak 2010 lalu. Keluarga itu akhirnya memutuskan melepas bantuan PKH sejak 2018.

 

“Statusnya itu KPM graduasi sejahtera mandiri. Malah saat ini mereka mempekerjakan 4 orang KPM PKH sebagai pekerja harian. Biasanya dipekerjakan untuk membuat dodol menjelang hari raya,” kata Wiwid.

 

Sementara itu, Regional CEO BRI Denpasar Rudy Andimono mengungkapkan, pihaknya siap mendampingi UMKM untuk berkembang.

 

“Kami selalu mendorong sektor UMKM tumbuh dan berkembang. Kami harap kedepannya UMKM dapat memanfaatkan platform digital untuk memperluas pasar maupun pengelolaan keuangan,” demikian Rudy. (Habis

 

Setelah beberapa bulan berjualan, Nengah Sukasari, 54,  melihat beberapa ibu yang sibuk membeli kue dan dodol untuk hari raya. Dari sana Sukasari terpikir untuk membuat dodol. Ide itu ia lontarkan pada suaminya, Wayan Srinada, 55.

 

Eka Prasetya, Buleleng

 

SUKASARI lantas memberanikan diri mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) ke BRI Unit Tejakula senilai Rp 15 juta dengan tenor selama 3 tahun. Dana itu digunakan sebagai modal membeli peralatan serta bahan baku dodol. Usaha miliknya ternyata berkembang. Sukasari dan suaminya memutuskan mengundurkan diri dari KPM PKH, karena ekonomi keluarga mulai bangkit.

 

Tak puas hanya membuat dodol, Sukasari kemudian menganjukan kompensasi KUR menjadi Rp 25 juta dengan tenor 3 tahun. Dana itu digunakan untuk membangun kandang babi dan membeli babi. Hingga kini usaha ternaknya telah berkembang menjadi 16 ekor indukan babi.

 

Tahun lalu, ia kembali mengajukan KUR untuk ketiga kalinya. Kali ini ia mengajukan pinjaman sebanyak Rp 25 juta dengan tenor 3 tahun. Uang itu digunakan membuka usaha pencelupan dan pengemasan dupa.

 

Idenya sederhana saja. Ia ingin agar warga sekitar berbelanja pada dirinya. Terutama jelang piodalan maupun hari raya. “Sayur, lauk, dan buah sudah saya sediakan. Daging babi ada, dodol ada, dupa juga ada. Jadi kalau ada rahinan atau piodalan, orang itu cukup belanja di saya saja, dapat semua,” ungkapnya.

 

Upaya itu membuahkan hasil. Hingga kini keluarganya telah masuk sebagai keluarga sejahtera. Bahkan kini telah memiliki 3 bidang tanah.

 

Koordinator Kecamatan (Korcam) PKH Tejakula, Putu Wiwid Setiadi mengungkapkan, keluarga Wayan Srinada dan Nengah Sukasari merupakan salah satu Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang berhasil berkembang. Mereka tercatat sebagai KPM PKH sejak 2010 lalu. Keluarga itu akhirnya memutuskan melepas bantuan PKH sejak 2018.

 

“Statusnya itu KPM graduasi sejahtera mandiri. Malah saat ini mereka mempekerjakan 4 orang KPM PKH sebagai pekerja harian. Biasanya dipekerjakan untuk membuat dodol menjelang hari raya,” kata Wiwid.

 

Sementara itu, Regional CEO BRI Denpasar Rudy Andimono mengungkapkan, pihaknya siap mendampingi UMKM untuk berkembang.

 

“Kami selalu mendorong sektor UMKM tumbuh dan berkembang. Kami harap kedepannya UMKM dapat memanfaatkan platform digital untuk memperluas pasar maupun pengelolaan keuangan,” demikian Rudy. (Habis

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/