32.8 C
Jakarta
21 November 2024, 17:29 PM WIB

Duh! Resapan Buruk, Hujan Cuma Sekejap, Jalanan Kota Singaraja Malah Banjir

SINGARAJA – Seolah menjadi oase, Kota Singara untuk pertama kalinya di musim ini diguyur hujan pada Senin (3/10) siang. Hujan turun sekitar pukul 13.15 siang. Untuk pertama kalinya hujan mengguyur setelah selama dua bulan terakhir tak pernah turun hujan di kawasan Kota Singaraja.

Hujan dengan curah hujan cukup tinggi, mengguyur kawasan kota hingga pukul 15.00 siang. Meski terbilang singkat, hujan ternyata memicu genangan di sejumlah ruas jalan.

Sejumlah titik yang tergenang diantaranya di ruas Jalan Srikandi, Desa Baktiseraga. Selain itu titik langganan banjir lainnya adalah ruas Jalan Raya Singaraja-Seririt. Tepatnya di simpang tiga Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Pemaron.

Pantauan Jawa Pos Radar Bali dan radarbali.id, titik terparah ada di sisi timur SKB Pemaron. Tinggi air mencapai lutut orang dewasa. Sejumlah pengguna jalan nekat menerobos genangan air. Beruntung kendaraan mereka tak sampai mogok.

Salah seorang pedagang setempat, Agus Haryanto menuturkan, air justru menggenang setelah hujan reda. “Pas hujan itu airnya nggak tinggi. Masih di sawah-sawah itu. Tapi pas reda, sekitar jam tiga sore itu malah airnya naik sampai ke jalan,” ujarnya.

Peristiwa itu rutin terjadi tiap hujan lebat turun. Bahkan air pernah masuk ke hingga ke dalam toko tempatnya berusaha.

Hal serupa diungkapkan Ajik Gus, pengusaha batu akik di Desa Pemaron. Menurutnya air rutin menggenang di ruas jalan tersebut. Saat hujan lebat, air bisa meluber hingga ke rumah warga. Ia menyebut dua tahun lalu, air menggenang hingga setinggi pinggang orang dewasa.

“Syukurnya sekarang nggak. Tapi ini kan belum puncak musim hujan. Nanti pas puncaknya, nggak tahu gimana,” ujarnya.

Sementara itu Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng Putu Ariadi Pribadi mengatakan, wilayah tersebut memang rutin tergenang air. Namun dalam kurun waktu beberapa jam saja, air sudah surut.

Menurutnya banjir akan teratasi bila dilakukan perbaikan drainase. Masalahnya pemerintah kabupaten tak punya kewenangan melakukan hal tersebut. Sebab saluran drainase melintang di jalan nasional.

“Pemicunya memang drainase yang sempit. Masalahnya kan dari pemerintah kabupaten tidak bisa langsung memperbaiki. Karena kewenangannya ada di pusat. Dari Dinas PU sudah menyampaikan usulan ke Balai Jalan. Jadi ya harus menunggu proses dulu. Memang butuh penanganan permanen untuk penanggulangan genangan di sana,” katanya.

Ariadi mengatakan, dari perkiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah 3 Denpasar, hujan semestinya sudah turun sejak September lalu. Menurut Ariadi hujan turun secara parsial di beberapa wilayah Buleleng. Utamanya di kawasan hulu. Namun kawasan kota baru diguyur hujan kemarin.

“Memang September itu hujannya belum merata. Dari perkiraan BMKG, puncak curah hujan itu ada di bulan Desember 2022 sampai akhir Januari 2023. Kami harap warga bisa meningkatkan kewaspadaan,” ujar Ariadi. (eka prasetya/rid)

 

SINGARAJA – Seolah menjadi oase, Kota Singara untuk pertama kalinya di musim ini diguyur hujan pada Senin (3/10) siang. Hujan turun sekitar pukul 13.15 siang. Untuk pertama kalinya hujan mengguyur setelah selama dua bulan terakhir tak pernah turun hujan di kawasan Kota Singaraja.

Hujan dengan curah hujan cukup tinggi, mengguyur kawasan kota hingga pukul 15.00 siang. Meski terbilang singkat, hujan ternyata memicu genangan di sejumlah ruas jalan.

Sejumlah titik yang tergenang diantaranya di ruas Jalan Srikandi, Desa Baktiseraga. Selain itu titik langganan banjir lainnya adalah ruas Jalan Raya Singaraja-Seririt. Tepatnya di simpang tiga Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Pemaron.

Pantauan Jawa Pos Radar Bali dan radarbali.id, titik terparah ada di sisi timur SKB Pemaron. Tinggi air mencapai lutut orang dewasa. Sejumlah pengguna jalan nekat menerobos genangan air. Beruntung kendaraan mereka tak sampai mogok.

Salah seorang pedagang setempat, Agus Haryanto menuturkan, air justru menggenang setelah hujan reda. “Pas hujan itu airnya nggak tinggi. Masih di sawah-sawah itu. Tapi pas reda, sekitar jam tiga sore itu malah airnya naik sampai ke jalan,” ujarnya.

Peristiwa itu rutin terjadi tiap hujan lebat turun. Bahkan air pernah masuk ke hingga ke dalam toko tempatnya berusaha.

Hal serupa diungkapkan Ajik Gus, pengusaha batu akik di Desa Pemaron. Menurutnya air rutin menggenang di ruas jalan tersebut. Saat hujan lebat, air bisa meluber hingga ke rumah warga. Ia menyebut dua tahun lalu, air menggenang hingga setinggi pinggang orang dewasa.

“Syukurnya sekarang nggak. Tapi ini kan belum puncak musim hujan. Nanti pas puncaknya, nggak tahu gimana,” ujarnya.

Sementara itu Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng Putu Ariadi Pribadi mengatakan, wilayah tersebut memang rutin tergenang air. Namun dalam kurun waktu beberapa jam saja, air sudah surut.

Menurutnya banjir akan teratasi bila dilakukan perbaikan drainase. Masalahnya pemerintah kabupaten tak punya kewenangan melakukan hal tersebut. Sebab saluran drainase melintang di jalan nasional.

“Pemicunya memang drainase yang sempit. Masalahnya kan dari pemerintah kabupaten tidak bisa langsung memperbaiki. Karena kewenangannya ada di pusat. Dari Dinas PU sudah menyampaikan usulan ke Balai Jalan. Jadi ya harus menunggu proses dulu. Memang butuh penanganan permanen untuk penanggulangan genangan di sana,” katanya.

Ariadi mengatakan, dari perkiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah 3 Denpasar, hujan semestinya sudah turun sejak September lalu. Menurut Ariadi hujan turun secara parsial di beberapa wilayah Buleleng. Utamanya di kawasan hulu. Namun kawasan kota baru diguyur hujan kemarin.

“Memang September itu hujannya belum merata. Dari perkiraan BMKG, puncak curah hujan itu ada di bulan Desember 2022 sampai akhir Januari 2023. Kami harap warga bisa meningkatkan kewaspadaan,” ujar Ariadi. (eka prasetya/rid)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/