33.5 C
Jakarta
21 November 2024, 13:37 PM WIB

Kisah Warga Buleleng yang Jadi Pekerja Migran di Ukraina (2)

NI Komang Wirati mengaku, sehari sebelum serangan itu, dia bersama teman-temannya di Ukraina masih jalan-jalan. Warga di sana juga masih happy. Nah, sekitar jam 3 pagi itu sudah ada serangan rudal.

 

Eka Prasetya, Buleleng

 

Beberapa jam setelah serangan pertama, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kiev langsung mengeluarkan maklumat pada warga negara Indonesia (WNI) yang mukim di Ukraina. Mereka diminta mengevakuasi diri ke KBRI bila memungkinkan.

 

Wirati pun bergegas mengemas berbagai barang. Namun ia hanya bisa membawa pulang sebuah koper berukuran kecil dan sebuah tas ransel. Dompet, uang, sejumlah pakaian, serta paspor berhasil ia bawa pulang. Sedangkan dokumen-dokumen yang terkait kontrak kerja, masih tertinggal di Ukraina.

 

Pagi itu juga, ia langsung mendatangi KBRI yang terletak di 17 Universytetska Street. Kedutaan hanya berjarak sekitar 15 kilometer dari tempatnya bekerja.

Sejak 24 Februari hingga 28 Februari dia harus mengungsi di KBRI Kiev. Satu persatu WNI mulai berdatangan. Mereka tidur dengan alas seadanya. KBRI juga menyediakan konsumsi bagi para WNI yang akan menjalani proses repatriasi.

 

Wirati menyebut suasana di KBRI cukup nyaman. Kedutaan juga memberikan pelayanan yang sangat baik. Namun selama di kedutaan, dia tidak bisa tidur nyenyak. Sebab tentara Rusia semakin dekat.

 

“Tiap malam tidak bisa tidur. Biasanya dari jam 12 malam itu ada sirine. Itu artinya harus evakuasi diri ke bunker, karena ada serangan. Dari jam segitu terus ada suara rudal sampai jam 4 pagi. Memang dibilang KBRI itu aman, karena tidak akan diserang. Tapi kan tetap was-was, siapa tahu ada rudal nyasar,” ungkap wanita yang sempat bekerja di Cyprus selama 3 tahun itu.

 

Pada 28 Februari, para WNI sudah bersiap mengikuti proses repatriasi melalui bandara di Kiev. Total ada 156 orang yang siap mengikuti pemulangan. Namun pada hari itu, bandara sudah diduduki Rusia. Sehingga rencana repatriasi berubah melalui jalur darat. Mereka keluar dari Ukraina melalui Moldova, dan melanjutkan perjalanan ke Rumania.

 

Selama perjalanan keluar dari Ukraina, mereka harus melewati 6 titik pemeriksaan di bawah pengawasan tentara Ukraina. Sepanjang perjalanan dia melihat puing-puing bangunan yang hancur, tank, dan jenazah yang dibiarkan bergelimpangan di tepi jalan raya. Tapi Wirati tak sempat mengabadikan hal tersebut. (Bersambung)

NI Komang Wirati mengaku, sehari sebelum serangan itu, dia bersama teman-temannya di Ukraina masih jalan-jalan. Warga di sana juga masih happy. Nah, sekitar jam 3 pagi itu sudah ada serangan rudal.

 

Eka Prasetya, Buleleng

 

Beberapa jam setelah serangan pertama, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kiev langsung mengeluarkan maklumat pada warga negara Indonesia (WNI) yang mukim di Ukraina. Mereka diminta mengevakuasi diri ke KBRI bila memungkinkan.

 

Wirati pun bergegas mengemas berbagai barang. Namun ia hanya bisa membawa pulang sebuah koper berukuran kecil dan sebuah tas ransel. Dompet, uang, sejumlah pakaian, serta paspor berhasil ia bawa pulang. Sedangkan dokumen-dokumen yang terkait kontrak kerja, masih tertinggal di Ukraina.

 

Pagi itu juga, ia langsung mendatangi KBRI yang terletak di 17 Universytetska Street. Kedutaan hanya berjarak sekitar 15 kilometer dari tempatnya bekerja.

Sejak 24 Februari hingga 28 Februari dia harus mengungsi di KBRI Kiev. Satu persatu WNI mulai berdatangan. Mereka tidur dengan alas seadanya. KBRI juga menyediakan konsumsi bagi para WNI yang akan menjalani proses repatriasi.

 

Wirati menyebut suasana di KBRI cukup nyaman. Kedutaan juga memberikan pelayanan yang sangat baik. Namun selama di kedutaan, dia tidak bisa tidur nyenyak. Sebab tentara Rusia semakin dekat.

 

“Tiap malam tidak bisa tidur. Biasanya dari jam 12 malam itu ada sirine. Itu artinya harus evakuasi diri ke bunker, karena ada serangan. Dari jam segitu terus ada suara rudal sampai jam 4 pagi. Memang dibilang KBRI itu aman, karena tidak akan diserang. Tapi kan tetap was-was, siapa tahu ada rudal nyasar,” ungkap wanita yang sempat bekerja di Cyprus selama 3 tahun itu.

 

Pada 28 Februari, para WNI sudah bersiap mengikuti proses repatriasi melalui bandara di Kiev. Total ada 156 orang yang siap mengikuti pemulangan. Namun pada hari itu, bandara sudah diduduki Rusia. Sehingga rencana repatriasi berubah melalui jalur darat. Mereka keluar dari Ukraina melalui Moldova, dan melanjutkan perjalanan ke Rumania.

 

Selama perjalanan keluar dari Ukraina, mereka harus melewati 6 titik pemeriksaan di bawah pengawasan tentara Ukraina. Sepanjang perjalanan dia melihat puing-puing bangunan yang hancur, tank, dan jenazah yang dibiarkan bergelimpangan di tepi jalan raya. Tapi Wirati tak sempat mengabadikan hal tersebut. (Bersambung)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/