31.8 C
Jakarta
13 Desember 2024, 12:16 PM WIB

Digigit Anjing Dua Bulan Lalu

Warga Buleleng Meninggal Dunia, Diduga Terjangkit Virus Rabies

SINGARAJA– Kasus rabies kembali memakan korban jiwa di Buleleng. Seorang warga di Desa Sari Mekar, Kecamatan Buleleng meninggal dunia dengan status suspect rabies pada Minggu (12/6) pagi. Warga tersebut diketahui sempat digigit anjing sekitar 2 bulan lalu.

 

Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, korban datang ke RSUD Buleleng pada Sabtu (11/6) sekitar pukul 16.30 sore. Dari penuturan keluarga, korban sempat digigit anjing sekitar 2 bulan lalu. Namun tidak pernah mendapatkan vaksin anti rabies (VAR).

 

Perbekel Sari Mekar, Ketut Reka Budiarta yang dihubungi membenarkan ada warganya yang meninggal dunia. Namun ia tidak bisa memastikan bahwa mendiang meninggal karena rabies atau tidak.

 

“Itu baru indikasi. Karena ada riwayat pernah digigit anjing. Uji labnya belum turun. Apakah rabies atau tidak, saya tidak berani memastikan,” katanya.

 

Menurut Reka, mendiang memang sempat digigit anjing sekitar 2 bulan lalu. Anjing itu merupakan peliharaan warga yang tinggal di Desa Sari Mekar, namun diliarkan. Saat kejadian, korban dan anaknya digigit seekor anjing.

 

Korban kemudian datang ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan VAR. Sayangnya korban tidak langsung mendapat VAR. Tim medis meminta agar anjing yang menggigit diobservasi selama 2 minggu.

Korban pun pulang ke rumahnya. Anjing yang sempat mengamuk itu, ternyata tidak diikat atau dikurung oleh pemiliknya. Beberapa hari berselang, anjing itu kembali menggigit orang lain.

 

Warga yang emosi, langsung membunuh anjing tersebut. Sayangnya korban tak tahu bahwa anjing itu telah dibunuh. Peristiwa itu juga tidak dilaporkan pada petugas peternakan maupun petugas kesehatan. Sehingga korban tak kunjung mendapatkan VAR hingga meninggal dunia.

 

“Apakah anjing itu rabies atau tidak, itu yang kurang pasti. Karena kejadiannya itu sudah dua bulan lebih,” jelas Reka.

 

Sementara itu, Direktur RSUD Buleleng dr. Putu Arya Nugraha Sp.PD yang dikonfirmasi terpisah, membenarkan ada seorang warga yang meninggal dengan status suspect rabies. Dari hasil pemeriksaan tim medis, gejala yang dialami korban identik dengan pasien yang mengalami rabies. Seperti takut air, takut udara, dan takut sinar.

 

“Sejak pagi sebelum dibawa ke rumah sakit, pasien tidak mau minum dan susah menelan. Setiap dipaksa minum juga tersedak. Itu memang gejala yang identik dengan rabies,” kata Arya.

 

Menurutnya kasus gigitan anjing kini mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Sejak Jumat (10/6) lalu, ada 27 kasus gigitan anjing yang dilaporkan ke RSUD Buleleng. Sebagian besar merupakan kasus gigitan anjing liar.

 

“Kami harap ada upaya mitigasi sehingga kasusnya bisa dikendalikan. Masyarakat juga kami harap mengikat atau mengandangkan anjing masing-masing. Termasuk memberikan vaksin rabies secara rutin pada anjingnya. Supaya penyakit ini bisa dikendalikan,” demikian Arya. (eps)

 

SINGARAJA– Kasus rabies kembali memakan korban jiwa di Buleleng. Seorang warga di Desa Sari Mekar, Kecamatan Buleleng meninggal dunia dengan status suspect rabies pada Minggu (12/6) pagi. Warga tersebut diketahui sempat digigit anjing sekitar 2 bulan lalu.

 

Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, korban datang ke RSUD Buleleng pada Sabtu (11/6) sekitar pukul 16.30 sore. Dari penuturan keluarga, korban sempat digigit anjing sekitar 2 bulan lalu. Namun tidak pernah mendapatkan vaksin anti rabies (VAR).

 

Perbekel Sari Mekar, Ketut Reka Budiarta yang dihubungi membenarkan ada warganya yang meninggal dunia. Namun ia tidak bisa memastikan bahwa mendiang meninggal karena rabies atau tidak.

 

“Itu baru indikasi. Karena ada riwayat pernah digigit anjing. Uji labnya belum turun. Apakah rabies atau tidak, saya tidak berani memastikan,” katanya.

 

Menurut Reka, mendiang memang sempat digigit anjing sekitar 2 bulan lalu. Anjing itu merupakan peliharaan warga yang tinggal di Desa Sari Mekar, namun diliarkan. Saat kejadian, korban dan anaknya digigit seekor anjing.

 

Korban kemudian datang ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan VAR. Sayangnya korban tidak langsung mendapat VAR. Tim medis meminta agar anjing yang menggigit diobservasi selama 2 minggu.

Korban pun pulang ke rumahnya. Anjing yang sempat mengamuk itu, ternyata tidak diikat atau dikurung oleh pemiliknya. Beberapa hari berselang, anjing itu kembali menggigit orang lain.

 

Warga yang emosi, langsung membunuh anjing tersebut. Sayangnya korban tak tahu bahwa anjing itu telah dibunuh. Peristiwa itu juga tidak dilaporkan pada petugas peternakan maupun petugas kesehatan. Sehingga korban tak kunjung mendapatkan VAR hingga meninggal dunia.

 

“Apakah anjing itu rabies atau tidak, itu yang kurang pasti. Karena kejadiannya itu sudah dua bulan lebih,” jelas Reka.

 

Sementara itu, Direktur RSUD Buleleng dr. Putu Arya Nugraha Sp.PD yang dikonfirmasi terpisah, membenarkan ada seorang warga yang meninggal dengan status suspect rabies. Dari hasil pemeriksaan tim medis, gejala yang dialami korban identik dengan pasien yang mengalami rabies. Seperti takut air, takut udara, dan takut sinar.

 

“Sejak pagi sebelum dibawa ke rumah sakit, pasien tidak mau minum dan susah menelan. Setiap dipaksa minum juga tersedak. Itu memang gejala yang identik dengan rabies,” kata Arya.

 

Menurutnya kasus gigitan anjing kini mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Sejak Jumat (10/6) lalu, ada 27 kasus gigitan anjing yang dilaporkan ke RSUD Buleleng. Sebagian besar merupakan kasus gigitan anjing liar.

 

“Kami harap ada upaya mitigasi sehingga kasusnya bisa dikendalikan. Masyarakat juga kami harap mengikat atau mengandangkan anjing masing-masing. Termasuk memberikan vaksin rabies secara rutin pada anjingnya. Supaya penyakit ini bisa dikendalikan,” demikian Arya. (eps)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/