SINGARAJA– Kasus rabies terus menggila. Kini seorang anak perempuan berusia 7 tahun meninggal dunia dengan status suspect rabies. Pasien dilarikan ke RSUD Buleleng, Rabu (15/6) sekitar pukul 10.00.
Sebelum dilarikan ke RSUD Buleleng, korban sebenarnya sempat dilarikan ke Puskesmas Buleleng II. Namun kondisinya memburuk. Sehingga dilarikan ke RSUD Buleleng. Saat sampai di rumah sakit, korban telah dinyatakan meninggal dunia.
Orang tua korban pun sangat syok dengan kejadian tersebut. Mereka hanya bisa menangis di ruang tunggu IGD RSUD Buleleng. Sejumlah keluarga pun berdatangan dan berusaha menenangkan orang tua korban.
Korban diketahui tinggal di Perumahan Wira Sambangan yang masuk Banjar Dinas Bangah, Desa Panji, Kecamatan Sukasada. Sebelum meninggal dunia, korban menunjukkan gejala gelisah, sulit menelan, takut angin, dan mulut berbusa.
Dari hasil penulusuran tim medis, korban sempat digigit anjing kecil sekitar dua bulan lalu. Anjing itu dibawa teman sepermainan. Kemudian korban digigit pada ujung jari telunjuk kanan. Karena menggigit, anjing itu kemudian dibuang. Saat di rumah, luka itu hanya dicuci dan tidak dibawa ke puskesmas atau rumah sakit.
Direktur RSUD Buleleng dr. Putu Arya Nugraha, Sp.PD mengatakan, korban dinyatakan telah meninggal dunia saat sampai di rumah sakit. “Kami belum sempat memberi penanganan medis apa-apa. Dari penuturan keluarga, sejak 2 hari sebelumnya memang ada meriang, demam, sulit menelan, dan meludah terus menerus. Selain itu 2 bulan lalu sempat digigit pada jari. Tidak ada riwayat pemberian VAR (Vaksin Anti Rabies),” kata Arya.
Dengan tambahan kasus tersebut, sepanjang tahun ini ada 7 orang warga yang meninggal akibat rabies. Kasus itu melonjak tajam. Sebab pada tahun 2021 lalu, hanya ada 1 kasus meninggal dunia akibat rabies.
Arya Nugraha mengatakan, penanganan rabies membutuhkan partisipasi masyarakat. Menurutnya upaya penanggulangan rabies yang paling efektif adalah mengendalikan hewan penyebar rabies. Dalam hal ini anjing. Masyarakat hanya perlu mengandangkan atau setidaknya mengikat hewan peliharaan mereka.
“Kalau dibiarkan liar, lalu terkena rabies dan menularkan ke manusia, itu tingkat kematiannya 100 persen. Selama ini pasien rabies yang masuk ke rumah sakit, pasti meninggal dunia,” kata Arya.
Menurutnya upaya pencegahan juga dapat dilakukan dengan pemberian VAR. Warga yang menjadi korban gigitan anjing diharapkan melapor secara aktif pada tim medis atau petugas peternakan.
“Kalau yang menggigit anjing liar dan yang digigit lebih dari seorang, pasti kami beri VAR. Tapi kalau digigit anjing peliharaan, kami akan minta observasi dulu. Saat observasi ini juga harus disiplin. Pastikan anjingnya diikat. Kalau dalam waktu 14 hari observasi anjingnya mati, langsung laporkan. Kami pasti berikan VAR juga,” ujar Arya.
Bagaimana dengan ketersediaan VAR? Menurutnya pasokan VAR masih sangat terbatas. Untuk kemarin misalnya, RSUD Buleleng hanya memiliki pasokan 15 dosisi VAR. Meski begitu Arya memastikan VAR akan selalu tersedia di RSUD Buleleng.
“Tidak pernah sampi benar-benar kosong. Hampir tiap hari kami amprah VAR ke Dinkes, dan selalu diberikan suplai VAR,” demikian Arya.
Sekadar diketahui, kasus rabies di Buleleng terus meningkat. Pada Senin (13/6) lalu, seorang perempuan di Desa Sari Mekar meninggal karena rabies. Hanya dua hari berselang, kasus serupa kembali terjadi di Banjar Dinas Bangah, Desa Panji. (eps)