26.7 C
Jakarta
12 September 2024, 20:34 PM WIB

Melihat Aktivitas Pelaku Agrowisata di Pancasari, Buleleng Bali

Gerbang pariwisata telah dibuka sejak sebulan lalu. Tapi sektor pariwisata di Bali Utara belum benar-benar pulih. Di Desa Pancasari misalnya. Agrowisata stroberi yang semula diserbu wisatawan, kini masih sepi. Mereka terpaksa berinovasi. Salah satunya dengan menjual bibit stroberi.

 

Eka Prasetya, Singaraja

 

GEDE Adi Mustika berjalan perlahan. Matanya cermat melihat sulur-sulur tanaman stroberi. Sulur yang dinilai sudah siap, langsung dipotong. Kemudian ditempatkan dalam wadah-wadah polybag berukuran kecil. Sulur stroberi itu sedang disiapkan menjadi bibit tanaman stroberi.

 

Sudah setahun lebih, Adi Mustika mengubah rutinitasnya. Semula dia sibuk melayani pengunjung di Wiwanda Agro, sebuah agrowisata stroberi yang ia rintis sejak 2013 silam.

 

Pandemi memaksa dia mengubah rutinitas. Semula agrowisata miliknya dipadati wisatawan. Baik wisatawan lokal, domestik, maupun mancanegara.

Saat ramai wisatawan, dia bisa meladeni hingga 70 orang wisatawan per harinya. “Sekarang sehari saja belum tentu ada yang datang. Paling-paling sebulan itu ada 20-50 orang. Kalau pas musim liburan, ya ada 70 orang sebulan,” katanya.

 

Sejak pandemi melanda, dia harus mengubah strategi bisnis. Semula dia hanya menjadikan kebun miliknya sebagai wahana wisata dan edukasi. Di atas lahan seluas 50 are itu, ada puluhan ribu tanaman stroberi berbagai jenis. Seperti sachinoka, Rosalinda, dan jumbo bali.

 

Kini kebunnya menjadi lokasi pembibitan. Dia kini fokus mengembangkan bibit jumbo Bali. Alasannya, bibit tersebut kini sedang digandrungi. Hasil penjualan bibit stroberi cukup menjanjikan. Petani stroberi dari luar Bali, ramai-ramai memesan bibit tersebut.

 

Menurutnya stroberi jumbo Bali memiliki sejumlah keunggulan. Hal yang paling mencolok adalah ukuran. Stroberi jumbo Bali memiliki ukuran sebesar telur ayam kampung. Satu kilogram stroberi jumbo Bali, biasanya berisi sekitar 24 biji buah.

Meski unggul, varietas ini juga punya kelemahan. Stroberi jumbo Bali haus akan nutrisi. Harus diberikan nutrisi secara rutin, sehingga dapat tumbuh subur.

 

Dari sisi harga jual, varietas ini juga sangat menjanjikan. Adi mengklaim sebuah bibit stroberi jumbo Bali, bisa dijual seharga Rp 60 ribu.

 

“Saya sudah kirim ke Jawa dan Sumatera. Saya jual dengan harga segitu, masih banyak yang mau beli. Sekarang juga masih ada pesnana,” katanya.

 

Menurutnya harga itu sangat menjanjikan. Dulu saat pariwisata masih jaya, ia menjual paket kunjungan senilai Rp 60 ribu. Pengunjung telah mendapatkan segelas jus stroberi. Pengunjung juga berhak mengonsumsi stroberi sepuasnya. Selama konsumsi dilakukan di areal kebun.

 

“Tapi sekarang saya jual bibit hargnya Rp 60 ribu per biji. Kalau dilihat, ya memang lebih untung jualan bibit. Tapi harus telaten. Karena tidak setiap sulur siap jadi bibit,” ungkapnya.

 

Kini dia terus berusaha mengembangkan tanaman stroberi. Rencananya dalam waktu dekat dia akan mengembangkan 4.500 buah bibit stroberi jumbo Bali. Sehingga calon pembeli tak kesulitan mendapatkan bibit. Tatkala pariwisata pulih, dia berencana menjual bibit itu kepada para pengunjung. (*)

Gerbang pariwisata telah dibuka sejak sebulan lalu. Tapi sektor pariwisata di Bali Utara belum benar-benar pulih. Di Desa Pancasari misalnya. Agrowisata stroberi yang semula diserbu wisatawan, kini masih sepi. Mereka terpaksa berinovasi. Salah satunya dengan menjual bibit stroberi.

 

Eka Prasetya, Singaraja

 

GEDE Adi Mustika berjalan perlahan. Matanya cermat melihat sulur-sulur tanaman stroberi. Sulur yang dinilai sudah siap, langsung dipotong. Kemudian ditempatkan dalam wadah-wadah polybag berukuran kecil. Sulur stroberi itu sedang disiapkan menjadi bibit tanaman stroberi.

 

Sudah setahun lebih, Adi Mustika mengubah rutinitasnya. Semula dia sibuk melayani pengunjung di Wiwanda Agro, sebuah agrowisata stroberi yang ia rintis sejak 2013 silam.

 

Pandemi memaksa dia mengubah rutinitas. Semula agrowisata miliknya dipadati wisatawan. Baik wisatawan lokal, domestik, maupun mancanegara.

Saat ramai wisatawan, dia bisa meladeni hingga 70 orang wisatawan per harinya. “Sekarang sehari saja belum tentu ada yang datang. Paling-paling sebulan itu ada 20-50 orang. Kalau pas musim liburan, ya ada 70 orang sebulan,” katanya.

 

Sejak pandemi melanda, dia harus mengubah strategi bisnis. Semula dia hanya menjadikan kebun miliknya sebagai wahana wisata dan edukasi. Di atas lahan seluas 50 are itu, ada puluhan ribu tanaman stroberi berbagai jenis. Seperti sachinoka, Rosalinda, dan jumbo bali.

 

Kini kebunnya menjadi lokasi pembibitan. Dia kini fokus mengembangkan bibit jumbo Bali. Alasannya, bibit tersebut kini sedang digandrungi. Hasil penjualan bibit stroberi cukup menjanjikan. Petani stroberi dari luar Bali, ramai-ramai memesan bibit tersebut.

 

Menurutnya stroberi jumbo Bali memiliki sejumlah keunggulan. Hal yang paling mencolok adalah ukuran. Stroberi jumbo Bali memiliki ukuran sebesar telur ayam kampung. Satu kilogram stroberi jumbo Bali, biasanya berisi sekitar 24 biji buah.

Meski unggul, varietas ini juga punya kelemahan. Stroberi jumbo Bali haus akan nutrisi. Harus diberikan nutrisi secara rutin, sehingga dapat tumbuh subur.

 

Dari sisi harga jual, varietas ini juga sangat menjanjikan. Adi mengklaim sebuah bibit stroberi jumbo Bali, bisa dijual seharga Rp 60 ribu.

 

“Saya sudah kirim ke Jawa dan Sumatera. Saya jual dengan harga segitu, masih banyak yang mau beli. Sekarang juga masih ada pesnana,” katanya.

 

Menurutnya harga itu sangat menjanjikan. Dulu saat pariwisata masih jaya, ia menjual paket kunjungan senilai Rp 60 ribu. Pengunjung telah mendapatkan segelas jus stroberi. Pengunjung juga berhak mengonsumsi stroberi sepuasnya. Selama konsumsi dilakukan di areal kebun.

 

“Tapi sekarang saya jual bibit hargnya Rp 60 ribu per biji. Kalau dilihat, ya memang lebih untung jualan bibit. Tapi harus telaten. Karena tidak setiap sulur siap jadi bibit,” ungkapnya.

 

Kini dia terus berusaha mengembangkan tanaman stroberi. Rencananya dalam waktu dekat dia akan mengembangkan 4.500 buah bibit stroberi jumbo Bali. Sehingga calon pembeli tak kesulitan mendapatkan bibit. Tatkala pariwisata pulih, dia berencana menjual bibit itu kepada para pengunjung. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/